KOMPAS.com - Seorang tukang sepatu bernama Ali bin Muwaffaq dari Damaskus mempunyai kisah yang luar biasa. Kisah ini diceritakan oleh Abdullah bin Mubarak, seorang Tabi'ut Tabi'in asal Khurasan, Iran.
Untuk lebih memahami kisah tukang sol sepatu tersebut, berikut penuturannya seperti dikutip dari buku Tadzkiratul Auliya' karya Fariduddin Attar.
Baca juga: Kisah Sumur Raumah: Sedekah Abadi Utsman Bin Affan Hingga Saat Ini
Ketika selesai menunaikan ibadah haji, Abdullah bin Mubarak tinggal di Mekkah. Suatu malam, ia bermimpi melihat dua orang malaikat turun dari langit. Mereka berdialog tentang kondisi haji yang baru saja selesai ditunaikan.
Malaikat itu menyatakan bahwa ada sekitar 600.000 orang yang berhaji, tapi tak ada satupun yang hajinya benar-benar mabrur. Mendengar hal tersebut, Abdullah bin Mubarak terkejut. Orang yang sudah bersusah payah datang dari berbagai pelosok, ternyata amalan hajinya tidak sempurna.
Namun malaikat itu kemudian melanjutkan bahwa ada seorang tukang sepatu di Damaskus bernama Ali bin Muwaffaq. Ia tidak berangkat haji, namun ia mendapatkan pahala haji mabrur dan diampuni semua dosa-dosanya.
Baca juga: Kisah Uwais Al Qarni: Memperoleh Derajat Tinggi karena Berbakti pada Ibu
Abdullah bin Mubarak pun segera terbangun dari tidurnya. Ia kemudian bertekad pergi ke Damaskus untuk menemui orang yang disebut dalam mimpinya.
Setelah mengadakan perjalanan beberapa waktu, akhirnya ia berhasil sampai di Damaskus. Abdullah bin Mubarak segera memulai misinya. Ia bertanya ke orang-orang mengenai Ali bin Muwaffaq.
Sekian waktu ia menanyakan keberadaan Ali bin Muwaffaq, akhirnya ia berhasil mendapat petunjuk yang jelas. Tak lama kemudian, ia bertemu dengan tukang sepatu tersebut. Abdullah bin Mubarak pun menceritakan mimpinya.
Ali bin Muwaffaq terkejut mendengar hal tersebut. Ia lantas menceritakan apa yang terjadi. Ia adalah seorang tukang sepatu. Sehari-hari ia membuat sepatu untuk dijual, terkadang juga mereparasi sepatu yang rusak.
Baca juga: Sirah Nabawiyah: Kisah Hidup Nabi Muhammad SAW dari Lahir hingga Wafat
Ia sudah melakukan pekerjaannya selama 30 tahun. Dari hasil kerjanya, ia sisihkan sebagian. Ali Bin Muwaffaq mempunyai cita-cita untuk bisa menunaikan haji. Setelah 30 tahun menekuni pekerjaannya, akhirnya terkumpul uang yang cukup untuk berangkat haji.
Namun suatu hari, istrinya yang sedang hamil mencium bau masakan dari tetangganya. Sang istri ingin mencicipi masakan tersebut. Ali bin Muwaffaq pergi menemui tetangganya dan mengutarakan maksud kedatangannya.
Tetangga yang memasak itu adalah seorang janda dengan beberapa anaknya. Ia mengatakan bahwa masakan tersebut haram untuk Ali bin Muwaffaq dan istrinya, tetapi tidak dengan ia dan anak-anaknya.
Janda tersebut menceritakan bahwa ia sudah beberapa hari tidak makan. Saat sedang berjalan, ia menemukan bangkai keledai dan mengambil beberapa potong dagingnya. Ia kemudian memasak untuk memberi makan anak-anaknya. Ia terpaksa melakukannya karena tidak ada lagi yang bisa dimakan.
Baca juga: Kisah Barshisha: Ahli Ibadah yang Masuk Neraka
Mendengar hal tersebut, Ali bin Muwaffaq terkejut dan turut merasakan kesedihan mendalam. Akhirnya ia merelakan tabungan hajinya untuk memenuhi kebutuhan janda dan anak-anaknya tersebut. Ia merelakan tidak jadi berangkat haji demi menolong tetangganya.
Atas amalannya tersebut, Ali Muwaffaq mendapat pahala haji mabrur meskipun tidak jadi menunaikan ibadah haji.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang