Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Olimpiade Madrasah Resmi Dimulai, Ajang Cetak Ilmuwan Penerus Ibnu Sina

Kompas.com, 8 Agustus 2025, 16:24 WIB
Farid Assifa

Editor

Sumber Kemenag

KOMPAS.com - Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama resmi meluncurkan Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) 2025 pada Jumat (8/8/2025) di Aula MAN 1 Kota Bandung, Jawa Barat.

Program ini akan berlangsung secara daring dari Agustus hingga November 2025, dengan puncak acara nasional digelar luring di Provinsi Banten pada 2–6 November 2025.

Mengusung tema “Islam dan Teknologi Digital: Inovasi Sains Untuk Generasi Indonesia Maju dan Berdaya Saing Global”, OMI 2025 merupakan integrasi dari dua ajang bergengsi sebelumnya, yaitu Kompetisi Sains Madrasah (KSM) dan Madrasah Young Researcher Supercamp (MYRES).

Baca juga: Fasolatan, Panduan Sholat dari Kemenag untuk Semua Kalangan

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, menyampaikan bahwa OMI bukan hanya ruang unjuk prestasi akademik, tetapi juga ajang pembinaan karakter, spiritualitas, dan penguatan integritas murid madrasah.

“Melalui olimpiade ini, kita ingin menunjukkan bahwa madrasah bukan hanya tempat belajar ilmu agama, tetapi juga pusat lahirnya ilmuwan muda unggul dalam sains, teknologi, dan humaniora,” tegasnya dikutip dari situs resmi Kemenag.go.id.

Integrasi Sains, Islam, dan Kearifan Lokal

OMI 2025 menempatkan nilai-nilai keislaman dan budaya lokal sebagai bagian integral dari kompetisi. Para siswa didorong untuk melihat sains sebagai bentuk ibadah dan pengembangan diri sesuai ajaran Islam.

“Kita ingin membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kokoh secara akhlak dan spiritual. Ini sekaligus memperkaya perspektif ilmiah murid dengan kearifan lokal yang mereka miliki,” jelas Suyitno.

Ajang Cetak Generasi Melek Sains dan Iman

OMI 2025 juga menghadirkan public lecture bertema “Sejarah Keemasan Sains Islam” yang membahas kontribusi para tokoh seperti Al-Khwarizmi, Ibnu Sina, dan Al-Biruni dalam membangun peradaban.

Harapannya, dari madrasah-madrasah ini akan lahir penerus Ibnu Sina — generasi melek sains, kokoh iman, dan mampu menjadi pencerah di tengah dunia global.

Suyitno menyebutkan bahwa OMI menjadi ruang strategis bagi siswa Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah untuk bersaing secara nasional, sekaligus menjaring bibit unggul yang akan disiapkan ke ajang internasional, terutama dalam bidang sains dan keislaman.

Peningkatan Intelektual dan Akhlak

Direktur KSKK Madrasah, Nyayu Khodijah, menambahkan bahwa OMI merupakan bagian dari upaya Kemenag menyediakan ruang kolaborasi bagi siswa untuk mengembangkan potensi, meningkatkan pola pikir kritis, akhlak mulia, dan kecakapan teknologi.

“Selain untuk mengembangkan potensi, OMI juga ditujukan untuk membentuk siswa yang berkarakter, berwawasan kebangsaan, dan unggul dalam sains berbasis nilai-nilai keagamaan,” ucapnya.

Baca juga: Tata Cara Mandi Wajib dan Bacaan Niatnya Sesuai Panduan Kemenag

Tahapan dan Lokasi Final

Seluruh proses seleksi OMI 2025 akan berlangsung secara full online, baik untuk bidang sains maupun riset. Final nasional akan digelar secara offline di Provinsi Banten pada 2–6 November 2025.

Kick-off OMI 2025 dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk Dirjen Pendis, Direktur KSKK Madrasah, Plt. Kakanwil Kemenag Jabar, perwakilan Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas), serta para kepala madrasah dari seluruh Indonesia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com