KOMPAS.com-Delapan dekade silam, langit Hiroshima dan Nagasaki berubah menjadi lautan api.
Ledakan dahsyat bom atom menghancurkan dua kota tersebut, meninggalkan jejak kematian massal dan penderitaan panjang yang tak pernah benar-benar berakhir.
Berdasarkan data International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN), bom uranium yang dijatuhkan di Hiroshima pada Agustus 1945 merenggut nyawa sekitar 140.000 orang hingga akhir tahun itu.
Baca juga: Muhammadiyah Sosialisasikan Kalender Hijriah Global di Mesir, Langkah Menuju Kesatuan Dunia Islam
Tiga hari kemudian, bom plutonium meledak di Nagasaki, menewaskan kurang lebih 74.000 jiwa.
Para penyintas pun harus menjalani sisa hidup mereka dengan penyakit kronis, termasuk kanker, akibat paparan radiasi.
Bagi Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad, peristiwa ini adalah potret nyata kebodohan manusia. Ia menegaskan, puluhan ribu orang meninggal seketika, belum termasuk korban yang menderita cacat seumur hidup akibat radiasi.
“Manusia menciptakan alat untuk memusnahkan dirinya sendiri,” ujar Dadang, dilansir dari laman Muhammadiyah, Selasa (12/8/2008).
Baca juga: Sejarah Bom Hiroshima Nagasaki yang Akhiri Perang Dunia II Tahun 1945
Dia mengingatkan bahwa saat ini terdapat lebih dari 9.000 hulu ledak nuklir di seluruh dunia—daya ledak yang jauh lebih besar dibanding bom atom 80 tahun lalu.
Mengutip pandangan para ahli, Dadang menyebut jumlah tersebut mampu memusnahkan populasi bumi hingga tiga kali lipat atau overkill.
“Manusia itu serakah tapi bodoh, membuat senjata yang kelak akan membunuhnya sendiri,” katanya.
Ia menyadari, upaya pelucutan senjata nuklir bukanlah hal yang mudah. Persaingan antarnegara, terutama di antara kekuatan besar dunia, membuat senjata strategis ini sulit dihapuskan meskipun kampanye internasional terus digalakkan.
Meski demikian, Dadang menegaskan pentingnya terus menyadarkan para pemimpin dunia.
“Mungkin terkesan sia-sia, tetapi kita harus terus mengingatkan demi mencegah malapetaka bagi seluruh makhluk di bumi,” ucapnya.
Dadang juga menilai tragedi Hiroshima dan Nagasaki perlu terus dikenang. “Kisah ini harus disuarakan setiap saat agar dunia mengerti betapa mengerikannya dampak bom nuklir,” tambahnya.
Peringatan 80 tahun tragedi bom atom ini sejalan dengan pandangan Muhammadiyah yang tertuang dalam Tanfidz Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-47 tahun 2015 di Makassar. Dalam dokumen tersebut, Muhammadiyah menegaskan komitmennya untuk menanamkan nilai kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, dan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.
Baca juga: 80 Tahun Bom Atom Hiroshima, Trauma Para Penyintas, Luka, hingga Penyakit yang Mewarisi Keturunannya
Melalui gagasan Islam Berkemajuan, Muhammadiyah menolak segala bentuk perang, terorisme, kekerasan, penindasan, dan perusakan bumi, termasuk kejahatan kemanusiaan seperti penggunaan senjata pemusnah massal.
Konsep Islam Berkemajuan juga menjunjung keberagaman, mengusung pesan damai, toleran, dan moderat, serta mengemban risalah rahmatan li al-‘alamin yang memberikan kontribusi positif bagi kemanusiaan universal.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!