Editor
KOMPAS.com - Dalam Islam, waktu memiliki kedudukan yang sangat penting. Setiap pergantian waktu salat bukan sekadar penanda ibadah, tetapi juga membawa nilai teologis dan spiritual.
Salah satu waktu yang paling sarat makna adalah waktu Maghrib, yaitu saat terbenamnya matahari yang menandai peralihan dari siang menuju malam.
Secara fikih, waktu Maghrib dimulai sejak terbenamnya matahari secara sempurna, yakni ketika seluruh piringan matahari telah hilang dari ufuk barat. Hal ini berdasarkan hadis sahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Abi Aufa, Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila matahari telah terbenam dari sini dan malam telah datang dari sini, maka telah tiba waktu berbuka bagi orang yang berpuasa.”
Baca juga: Amalan Peredam Murka Allah SWT Sehingga Azab Tidak Ditimpakan kepada Manusia
Hadis ini menjadi dasar utama bahwa terbenamnya matahari adalah penanda pasti masuknya waktu Maghrib, baik untuk berbuka puasa maupun melaksanakan salat Maghrib.
Para ulama sepakat bahwa waktu Maghrib berakhir dengan hilangnya mega merah (syafaq ahmar) di ufuk barat. Hal ini dijelaskan dalam hadis Nabi SAW:
“Waktu Maghrib itu selama mega merah belum hilang.” (HR. Muslim)
Mazhab Syafi’i, Maliki, dan Hanbali berpendapat bahwa mega merah adalah warna kemerahan yang tersisa setelah matahari terbenam. Jika warna tersebut telah lenyap dan langit mulai gelap sempurna, maka masuklah waktu Isya.
Waktu Maghrib memiliki keutamaan tersendiri dalam Islam. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu sore dan pagi.” (QS. Ar-Rum: 17)
Sebagian ulama tafsir, seperti Imam Ath-Thabari dan Ibnu Katsir, menjelaskan bahwa “waktu sore” mencakup waktu Maghrib. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak zikir, doa, dan ibadah pada waktu ini.
Rasulullah SAW juga menganjurkan agar tidak menunda shalat Maghrib, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Nabi selalu menyegerakan salat Maghrib setelah matahari terbenam.
Dilansir dari Sabili, dalam hadis sahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW menganjurkan agar orang tua menjaga anak-anak di rumah saat Maghrib, karena pada waktu tersebut setan mulai menyebar. Setelah waktu Maghrib berlalu, barulah anak-anak diperbolehkan kembali beraktivitas di luar rumah.
عَنْ جَابِر بن عَبْد الله رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ أَوْ أَمْسَيْتُمْ فَكُفُّوْا صِبْيَانَكُمْ فَإِنَّ الشَّيَاطِيْنَ تَنْتَشِرُ حِيْنَئِذٍ فَإِذَا ذَهَبَتْ سَاعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَخِلُّوْهُمْ وَأَغْلِقُوْا الْأَبْوَابَ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا
"Dari Jabir bin 'Abdullah radliyallahu 'anhuma, Rasulullah SAW bersabda: 'Jika kegelapan malam datang, atau kalian berada pada petang hari, jagalah anak-anak kalian karena pada saat itu setan sedang berkeliaran. Jika malam telah berlalu beberapa saat, bolehlah kalian biarkan mereka dan tutuplah pintu rumah dan sebutlah nama Allah karena setan tidak akan membuka pintu yang tertutup'." (HR Bukhari & Muslim)
Anjuran ini menunjukkan bahwa waktu Maghrib bukan hanya waktu ibadah, tetapi juga waktu perlindungan spiritual dan keluarga.
Lalu sampai kapan waktu maghrib itu berlangsung? Nabi SAW bersabda yang terdapat dalam shahih Muslim:
عن جابر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا ترسلوا فواشيكم وصبيانكم إذا غابت الشمس حتى تذهب فحمة العشاء فإن الشياطين تنبعث إذا غابت الشمس حتى تذهب فحمة العشاء
"Dari Jabir ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Jangan biarkan ternak dan anak-anakmu lepas berkeliaran ketika matahari terbenam sampai hilangnya cahaya senja (waktu isya). Karena setan keluar ketika matahari terbenam sampai hilang cahaya senja'." Oleh karena itu waktu larangan dimulai dari Maghrib sampai masuknya waktu isya. Setelah itu, tidak mengapa anak-anak keluar.
Secara simbolik, Maghrib melambangkan peralihan dan introspeksi. Siang dengan segala aktivitas duniawi telah usai, dan malam menjadi ruang untuk mendekatkan diri kepada Allah. Karena itu, para ulama menekankan pentingnya mengisi waktu Maghrib dengan salat berjamaah, zikir, membaca Al-Qur’an, serta doa.
Baca juga: Khutbah Jumat 26 Desember 2025 Keutamaan Bulan Rajab
Dengan memahami waktu Maghrib secara benar, umat Islam diharapkan tidak hanya tepat waktu dalam ibadah, tetapi juga mampu menangkap hikmah besar dari pergantian siang dan malam yang telah Allah tetapkan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang