Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nabi Ayub AS, Ujian Panjang dan Doa Penuh Keyakinan

Kompas.com, 24 Desember 2025, 10:43 WIB
Norma Desvia Rahman,
Farid Assifa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam sejarah para nabi, kisah Nabi Ayub AS menempati tempat istimewa sebagai simbol keteguhan iman di tengah penderitaan panjang.

Ia dikenal sebagai sosok yang saleh, taat beribadah, dan dikaruniai kehidupan yang lapang. Harta melimpah, keluarga yang harmonis, serta kedudukan terhormat menjadikan Nabi Ayub AS contoh manusia yang hidup dalam kecukupan tanpa melupakan Tuhan.

Namun, kehidupan yang tampak sempurna itu justru menjadi awal dari ujian besar. Allah menakdirkan Nabi Ayub AS menghadapi cobaan berlapis, bukan untuk menjatuhkannya, melainkan untuk memperlihatkan kualitas imannya.

Dari kisah inilah, umat manusia diajak memahami bahwa keimanan sejati tidak diuji saat lapang, melainkan ketika hidup berada di titik paling berat.

Baca juga: Kisah Nabi Shaleh AS: Unta Betina Awal Kehancuran Kaum Tsamud

Kehilangan Harta dan Keluarga

Ujian Nabi Ayub AS datang secara bertahap. Harta kekayaannya musnah, ternaknya binasa, dan ladang-ladangnya rusak.

Tidak berhenti di situ, satu per satu anggota keluarganya pun wafat. Dalam waktu singkat, Nabi Ayub AS kehilangan hampir seluruh sandaran duniawinya.

Namun, tidak tercatat satu keluhan pun keluar dari lisannya. Ia tetap memuji Allah dan menerima takdir dengan penuh kerelaan.

Kesabaran Nabi Ayub AS bukanlah sikap pasrah tanpa kesadaran, melainkan bentuk keyakinan mendalam bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.

Penyakit Kulit dan Penderitaan Fisik

Dikutip dari buku Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, cobaan terbesar Nabi Ayub AS datang dalam bentuk penyakit berat yang menyerang tubuhnya.

Dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa ia mengalami penyakit kulit yang parah dan berlangsung dalam waktu yang sangat lama.

Tubuhnya melemah, rasa sakit terus-menerus menggerogoti fisiknya, hingga ia terasing dari lingkungan sekitar.

Meski demikian, penyakit itu tidak merusak kejernihan hatinya. Nabi Ayub AS tetap menjaga lisannya dari keluh kesah dan hatinya dari prasangka buruk kepada Allah.

Ia menjalani hari-hari dengan sabar, memohon pertolongan hanya kepada Tuhan, tanpa kehilangan rasa syukur atas nikmat iman yang masih ia miliki.

Baca juga: Kisah Nabi Nuh AS, Ketaatan di Tengah Ejekan dan Penolakan

Kesetiaan Istri dan Doa yang Penuh Kerendahan

Di tengah penderitaan panjang itu, Nabi Ayub AS tidak sepenuhnya sendiri. Istrinya setia mendampingi, merawat, dan menopang kehidupannya dengan penuh kesabaran.

Kesetiaan ini menjadi bagian penting dari kisah Nabi Ayub AS, menegaskan bahwa ujian tidak hanya ditanggung oleh satu orang, tetapi juga oleh orang-orang terdekat yang setia berjalan bersama.

Setelah bertahun-tahun bersabar, Nabi Ayub AS akhirnya memanjatkan doa yang terekam dalam Al-Qur’an.

وَاَيُّوْبَ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗٓ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ

wa ayyûba idz nâdâ rabbahû annî massaniyadl-dlurru wa anta ar-ḫamur-râḫimîn

Artinya: (Ingatlah) Ayyub ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku,) sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.”

Doa ini singkat, tetapi penuh makna. Nabi Ayub AS tidak menyebutkan secara rinci penderitaannya, tidak pula meminta secara eksplisit agar penyakitnya diangkat.

Ia hanya menyampaikan kondisi dirinya, lalu menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada kasih sayang Allah.

Justru dari doa yang penuh adab inilah pertolongan Allah datang. Tanpa nada protes, tanpa menyalahkan takdir.

Nabi Ayub AS menunjukkan bahwa puncak iman seorang hamba terletak pada keyakinan bahwa Allah selalu Maha Mengetahui dan Maha Mengasihi, bahkan ketika manusia berada di titik paling lemah.

Baca juga: Kisah Nabi Hud AS: Azab Orang Sombong dan Awal Kehancuran Kaum ‘Ad

Kesembuhan dan Pemulihan Kehormatan

Allah mengabulkan doa Nabi Ayub AS. Ia diperintahkan untuk menghentakkan kakinya ke tanah, lalu memancarlah air yang menjadi sarana kesembuhan.

Penyakit yang lama dideritanya pun lenyap. Tubuhnya kembali sehat, kekuatannya pulih, dan kehidupannya diperbaiki.

Tidak hanya itu, Allah mengembalikan harta dan keluarganya, bahkan melipatgandakannya sebagai bentuk rahmat dan pelajaran bagi manusia.

Ujian panjang Nabi Ayub AS berakhir dengan kemuliaan, bukan karena ia menuntut balasan, tetapi karena kesabarannya yang tulus.

Pelajaran dari Kesabaran Nabi Ayub AS

Kisah Nabi Ayub AS mengajarkan bahwa penderitaan bukan tanda kebencian Allah, melainkan bisa menjadi jalan pemurnian iman.

Kesabaran yang ditunjukkan Nabi Ayub AS bukan sekadar menahan diri, tetapi menjaga hati agar tetap percaya dan berserah kepada Allah dalam kondisi apa pun.

Di tengah dunia modern yang sering mengukur kebahagiaan dari kesehatan, harta, dan status sosial, kisah Nabi Ayub AS menjadi pengingat bahwa kekuatan sejati terletak pada keteguhan iman.

Ia menunjukkan bahwa ujian seberat apa pun tidak akan mampu meruntuhkan hati yang sepenuhnya bergantung kepada Allah.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca tentang


Terkini Lainnya
Ada Libur Panjang di Uni Emirat Arab meski Natal Bukan Libur Nasional
Ada Libur Panjang di Uni Emirat Arab meski Natal Bukan Libur Nasional
Aktual
Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar Buka Suara soal Pemberhentian Gus Yahya
Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar Buka Suara soal Pemberhentian Gus Yahya
Aktual
149.159 Jamaah Lunas, Pelunasan Bipih Haji 2026 Tahap I Resmi Ditutup
149.159 Jamaah Lunas, Pelunasan Bipih Haji 2026 Tahap I Resmi Ditutup
Aktual
Apa Itu Dabbah? Hewan yang Muncul sebagai Pertanda Hari Kiamat
Apa Itu Dabbah? Hewan yang Muncul sebagai Pertanda Hari Kiamat
Doa dan Niat
Doa Perlindungan dari Bencana Hujan Lebat Lengkap dengan Artinya
Doa Perlindungan dari Bencana Hujan Lebat Lengkap dengan Artinya
Doa dan Niat
Jangan Lupa Dibaca! Doa Sebelum Bekerja agar Aktivitas Bernilai Ibadah
Jangan Lupa Dibaca! Doa Sebelum Bekerja agar Aktivitas Bernilai Ibadah
Doa dan Niat
Muazin Masjid Nabawi Syekh Faisal Nauman Wafat, Mengabdi 25 Tahun Kumandangkan Azan
Muazin Masjid Nabawi Syekh Faisal Nauman Wafat, Mengabdi 25 Tahun Kumandangkan Azan
Aktual
Sholat Dhuha: Pengertian, Hukum, Waktu Pelaksanaan, dan Dalil Kesunnahannya
Sholat Dhuha: Pengertian, Hukum, Waktu Pelaksanaan, dan Dalil Kesunnahannya
Aktual
Mengenal Jin Dasim: Perusak Rumah Tangga dan Cara Mengatasinya
Mengenal Jin Dasim: Perusak Rumah Tangga dan Cara Mengatasinya
Doa dan Niat
Kisah Nabi Sulaiman AS: Pemimpin Bijak dengan Karunia Besar
Kisah Nabi Sulaiman AS: Pemimpin Bijak dengan Karunia Besar
Aktual
Kisah Nabi Ayub AS, Ujian Panjang dan Doa Penuh Keyakinan
Kisah Nabi Ayub AS, Ujian Panjang dan Doa Penuh Keyakinan
Aktual
Kisah Umar Bin Khattab, Dari Penentang Menjadi Pembela Islam
Kisah Umar Bin Khattab, Dari Penentang Menjadi Pembela Islam
Aktual
Libur Nataru, Kemenag Siapkan 6.919 Masjid Ramah Pemudik di Seluruh Indonesia
Libur Nataru, Kemenag Siapkan 6.919 Masjid Ramah Pemudik di Seluruh Indonesia
Aktual
KH Ma’ruf Amin Mundur dari Ketua Wantim MUI, Surat Pengunduran Diri Akan Dibahas
KH Ma’ruf Amin Mundur dari Ketua Wantim MUI, Surat Pengunduran Diri Akan Dibahas
Aktual
Alasan KH Ma’ruf Amin Ajukan Pengunduran Diri sebagai Ketua Wantim MUI
Alasan KH Ma’ruf Amin Ajukan Pengunduran Diri sebagai Ketua Wantim MUI
Aktual
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com