KOMPAS.com - Pasca lolos dari pengepungan kaum Musyrikin Quraisy, Nabi Muhammad SAW didampingi Abu Bakar Ash Shiddiq melanjutkan perjalanan hijrah ke Madinah.
Selama melakukan perjalanan hijrah ke Madinah, terjadi beberapa peristiwa yang membuat perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah menjadi lebih berliku.
Berikut kisah perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah bersama Abu Bakar Ash Shiddiq.
Baca juga: Kisah Pengepungan Rumah Nabi Muhammad SAW Sebelum Hijrah
Sebelum memasuki gua Tsur, Abu Bakar terlebih dahulu mengecek keadaan gua. Ia tidak ingin Nabi yang sangat dicintainya terkena bahaya saat memasuki gua.
Abu Bakar Ash Shiddiq berkata: “Demi Allah, janganlah Engkau masuk dalamnya sebelum aku masuk terlebih dahulu.Jika di dalam ada sesuatu yang tidak beres, biarlah aku yang terkena, asal tidak mengenai engkau.”
Abu Bakar kemudian masuk ke dalam gua. Mantelnya ia lepas dan dirobek menjadi dua bagian. Satu untuk menutupi lubang yang ada di gua tersebut, satunya lagi untuk alas. Nabi Muhammad SAW kemudian masuk dan tertidur di pangkuan Abu Bakar karena lelah.
Saat Nabi Muhammad SAW tertidur, Abu Bakar disengat seekor binatang berbisa. Namun karena tidak ingin menganggu istirahat Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar hanya diam nenahan sakit hingga mengeluarkan air mata.
Nabi Muhammad SAW baru terbangun saat air mata Abu Bakar jatuh mengenai wajahnya. Mengetahui Abu Bakar disengat binatang berbisa, Nabi Muhammad SAW meludahi bagian yang sakit itu hingga hilang rasa sakitnya.
Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar berada di gua tersebut selama tiga hari. Selama berada di gua tersebut, Abdullah bin Abu Bakar selalu datang untuk memberikan informasi dan perkembangan yang terjadi di Mekkah.
Baca juga: Kisah Hijrah Umat Islam ke Madinah
Sementara untuk keperluan minum dan menghilangkan jejak, Abu Bakar memerintahkan pembantunya yang bernama Amir bin Fuhairah untuk menggembalakan domba di dekat gua Tsur sehingga susunya bisa diperah.
Keberadaan Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar di Gua Tsur hampir saja ketahuan seandainya tidak ada pertolongan Allah. Beberapa pengejar Nabi Muhammad SAW ada yang sudah sampai di gua Tsur.
Seandainya para pengejar itu melihat ke bawah, tentu akan dapat melihat Rasulullah dan Abu Bakar.
Abu Bakar sebenarnya sudah sangat ketakutan dengan kondisi tersebut. Namun Nabi Muhammad SAW menenangkannya dengan menyatakan Allah selalu bersama mereka. Abu Bakar pun menjadi tenang karenanya.
Setelah 3 hari, Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan. Sebelumnya, Abu Bakar ternyata sudah menyiapkan kendaraan untuk berhijrah. Ia membeli 2 ekor unta dan dititipkan kepada Abdullah bin Uraiqith yang menjadi penunjuk jalan bagi perjalanan keduanya.
Baca juga: Kisah Hijrah Pertama Kaum Muslimin ke Habasyah
Perjalanan Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar ke Madinah sempat terkejar oleh Suraqah bin Malik. Hadiah 100 unta yang dijanjikan kepada siapapun yang berhasil menangkap Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar membuat Suraqah bersemangat.
Pada suatu hari, ada seorang lelaki yang mengaku melihat beberapa orang yang mengadakan perjalanan di pesisir. Berita ini dikabarkan kepada Suraqah saat berada di pertemuan kaumnya.
Demi mendapatkan hadiah, Suraqah berpura-pura tidak tertarik dan menyangkal bahwa rombongan itu adalah Nabi Muhammad SAW.
Namun setelah pulang, Suraqah diam-diam mengeluarkan kuda untuk mengejar Nabi Muhammad SAW. Tak lupa ia membawa tombak dan anak panah. Pengejaran itu hampir berhasil. Suraqah bisa mengejar Nabi Muhammad SAW.
Begitu mendekati Nabi Muhammad SAW, tiba-tiba kuda yang ditunggangi Suraqah terperosok. Kejadian ini terulang sampai tiga kali. Hal ini membuat Suraqah frustasi dan menyerah. Ia memohon kepada Nabi Muhammad SAW agar tidak diapa-apakan.
Suraqah kemudian menyampaikan informasi tentang apa yang terjadi serta menawarkan bekalnya. Namun Nabi Muhammad SAW menolak tawaran tersebut dan hanya meminta kepada Suraqah untuk merahasiakan perjalanan mereka.
Sebelum beranjak pergi, Suraqah meminta jaminan keamanan kepada Nabi Muhammad SAW. Pembantu Abu Bakar, Amir bin Fuhairah kemudian diperintahkan untuk menuliskan jaminan keamanan tersebut.
Setelah itu Suraqah pulang dan menyampaikan bahwa ia tidak mendengar kabar apa-apa tentang perjalanan Nabi Muhammad SAW.
Baca juga: Mushab bin Umair, Utusan Rasulullah Pertama yang Berdakwah di Madinah
Selama menempuh perjalanan hijrah, ada beberapa kejadian yang dialami Nabi Muhammad SAW. Beliau sempat bertemu dengan Ummu Ma’bad, seorang wanita yang terkena dermawan.
Sayangnya, saat itu sedang masa paceklik. Kambing-kambing Ummu Ma’bad tidak ada yang hamil atau bisa menghasilkan susu.
Nabi Muhammad SAW kemudian mendekati salah satu kambing yang sudah tua. Nabi Muhammad SAW meminta ijin untuk memerah susu kambing tersebut.
Ajaib, atas izin Allah, kambing tersebut menghasilkan susu dalam jumlah banyak yang dapat mencukupi kebutuhan Nabi Muhammad SAW beserta rombongan dan memenuhi bejana Ummu Ma’bad.
Nabi Muhammad SAW juga bertemu dengan Abu Buraidah. Pada awalnya Abu Buraidah ingin menangkap Nabi Muhammad SAW karena menginginkan hadiah 100 unta.
Namun setelah bertemu Nabi Muhammad SAW, Abu Buraidah beserta 70 orang kaumnya masuk Islam.
Baca juga: Kisah Masuk Islamnya Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab
Sebelum masuk ke Madinah, Nabi Muhammad SAW sempat mampir ke pinggiran kota Madinah, tepatnya di Quba’. Disitu Nabi Muhammad SAW dan rombongan menginap selama empat hari di rumah Kultsum bin Al Hidm. Selama berada di Quba’, Nabi Muhammad SAW mendirikan masjid pertama setelah Nubuwah.
Setelah itu, Beliau melanjutkan perjalanan. Sesampainya di Madinah, Nabi Muhammad SAW disambut dengan sukacita dan gegap gempita.
Sejak saat itu Madinah berubah nama menjadi Madinah. Hampir semua orang yang hadir berharap Rasulullah bersedia menginap di rumahnya.
Demi menghindarkan kecemburuan, Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk menginap ditempat dimana untanya berhenti.
Berdasarkan ketentuan Allah, unta beliau berhenti di daerah Bani Najjar yang masih punya hubungan darah dengan Beliau. Tempat tersebut saat ini berada di kompelks Masjid Nabawi.
Begitu unta berhenti dan Nabi Muhammad SAW turun dari punggung unta, Abu Ayyub Al Anshary berinisiatif mengambil pelana unta Nabi Muhammad SAW dan berkata: “Seseorang itu beserta pelananya.”
Rasulullah akhirnya singgah di rumah Abu Ayyub Al Anshary.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini