KOMPAS.com - Hati adalah raja dalam diri manusia. Keadaan manusia akan tergantung dari bagaimana kondisi hatinya. Hal ini sebagaimana dijelaskan Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
Artinya: “Ketahuilah, bahwa dalam jasad terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh jasad pun menjadi baik. Dan jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah, ia adalah qalbu (hati).” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Baca juga: Karakteristik Orang yang Memiliki Hati yang Selamat (Qalbun Salim)
Ibnul Qayyim Al Jauziyah, seorang ulama besar asal Damaskus membagi hati manusia menjadi tiga macam, yaitu hati yang sehat (qalbun salim), hati yang sakit (qalbun maridh), dan hati yang mati (qalbun mayyit).
Berikut ini penjelasan lengkap mengenai ketiga jenis hati tersebut.
Hati yang sehat atau hati yang selamat adalah hati yang besih, hati yang dipenuhi hidayah Allah SWT sehingga ia senantiasa taat mengabdikan diri kepada Allah SWT.
Dalam hati yang sehat, akal mampu menyerap dorongan nurani menjadi pandangan hidup dan dasar dari setiap aktivitas. Sementara itu, peran nafsu dapat dijaga sesuai dengan proporsinya sebagai sarana untuk mendukung ketaatan kepada Allah SWT.
Hati yang sehat ini disampaikan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ * إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Artinya: “(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan qalbun salim.” (Q.S. Asy-Syu’ara: 88-89).
Ciri hati yang sehat ada tiga, yaitu memiliki akidah yang benar, lurus, dan terbebas dari segala bentuk kesyirikan, terbebas dari berbagai penyakit hati, dan memiliki kemampuan dan semangat untuk melakukan ketaatan.
Baca juga: Karakteristik Orang yang Memiliki Hati yang Sakit (Qalbun Maridh)
Hati yang sakit adalah hati yang berada dalam kondisi yang berubah-ubah. Terkadang dia taat dan patuh pada aturan Allah SWT, namun sering juga melakukan kemaksiatan dan melanggar aturan Allah. Dorongan fitrah dan hawa nafsu silih berganti menguasai hati.
Di dalam hati yang sakit terdapat kecintaan, keimanan, keikhlasan, dan tawakal kepada Allah sebagai sumber kehidupan dan sehatnya hati.
Akan tetapi, dalam hati ini terdapat pula kecintaan terhadap syahwat, hasad (dengki), sombong, dan ujub (bangga diri) yang merupakan sumber bencana dan kehancurannya.
Karakteristik hati yang sakit adalah merasakan berat dalam menjalankan ibadah atau melaksanakan ketaatan kepada Allah tetapi merasa ringan dalam melakukan kemaksiatan.
Hal ini seperti tubuh yang sedang sakit, ia akan merasa berat untuk menjalankan aktivitas atau kegiatan.
Jika hati yang sakit tidak segera diobati, maka sakitnya akan semakin parah. Hati dipenuhi dengan noda-noda hitam yang semakin membesar hingga akhirnya menutupi seluruh permukaan hati.
Dalam kondisi ini, hati akan menjadi mati dan tidak mampu lagi membedakan antara kebaikan dan keburukan.
Baca juga: 9 Doa Selamat Dunia dan Akhirat, Lengkap Beserta Artinya
Hati yang mati adalah hati yang kosong dari petunjuk. Hati ini telah dikuasai oleh hawa nafsu sehingga akal dan fitrah tidak lagi berfungsi.
Hati yang mati tidak ada bedanya dengan jasad yang tidak bernyawa. Ia tidak mampu merasakan apapun yang menyentuhnya. Demikian juga dengan hati yang mati, berbagai nasehat tidak mampu menyentuhnya. Allah menggambarkan kondisi ini dalam beberapa firman-Nya:
وَإِن يَرَوْا۟ كُلَّ ءَايَةٍ لَّا يُؤْمِنُوا۟ بِهَا
Artinya: “...Dan jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya…” (Q.S. Al An’aam: 25).
Hati yang mati tidak mampu merasakan kenikmatan dalam berbuat kebaikan dan tidak mampu merasakan kesedihan ketika berbuat maksiat dan melanggar aturan Allah Swt.
Bagi mereka, tidak ada beda antara kebaikan dan keburukan. Maka tidak mengherankan jika mereka dengan mudah melakukan berbagai kejahatan, kemaksiatan, dan kedzaliman.
Kesedihan dan kegembiraan hati yang mati diukur dari puas atau tidaknya hawa nafsu. Ketika hawa nafsu terpuaskan, maka ia akan merasakan kegembiraan. Sebaliknya, jika hawa nafsunya tidak terpenuhi, maka ia merasakan kesedihan.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini