Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulit Tidur? Begini Rasulullah Ajarkan Doa Hilangkan Insomnia

Kompas.com - 03/10/2025, 08:49 WIB
Farid Assifa

Editor

Sumber MUIDigital

KOMPAS.com – Pernahkah Anda mengalami momen ketika tubuh sudah rebah di atas ranjang, namun pikiran justru semakin gaduh? Bukannya terlelap, rasa gelisah malah bergulir dari satu masalah ke masalah lain, membuat mata sulit terpejam.

Fenomena ini bukan hal asing. Sebuah survei yang dilakukan Honestdocs pada 2019—setahun sebelum pandemi—menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat produktif Indonesia mengalami gangguan tidur.

Dari 2.944 responden, sebanyak 68 persen adalah perempuan dan 32 persen laki-laki berusia 18–24 tahun. Hasilnya, lebih dari dua pertiga responden mengaku kurang tidur.

Baca juga: Ada Apa dengan Usia 40 Tahun Menurut Islam? Ini Penjelasan Buya Yahya

Penyebabnya beragam. Sekitar 28 persen menyebut kesulitan tidur karena insomnia, stres, hingga depresi.

Padahal, menurut rekomendasi Kementerian Kesehatan, orang berusia 18–40 tahun seharusnya mendapatkan tidur 7–8 jam per hari.

Di era digital saat ini, gawai dan media sosial turut memperburuk keadaan. Tak sedikit orang yang justru menunda tidur karena keasyikan menggulir layar Instagram atau TikTok.

Ternyata Sahabat Nabi pun Pernah Alami Insomnia

Namun, kesulitan tidur bukan hanya masalah generasi modern. Ribuan tahun lalu, sahabat Nabi Muhammad SAW, Zaid bin Tsabit, juga pernah mengeluhkan insomnia yang dialaminya.

Dalam kitab al-Adzkar karya Imam an-Nawawi (w. 676 H), diceritakan bahwa Zaid bin Tsabit mendatangi Rasulullah SAW karena sulit tidur.

Rasulullah kemudian mengajarkan sebuah doa khusus yang dibaca sebelum tidur ketika hati sedang gelisah:

اللَّهُمَّ غارَتِ النُّجومُ، وهَدأَتِ العُيونُ، وأنت حَيٌّ قيُّومٌ للا تأْخُذُك سِنةٌ ولا نومٌ، يا حَيُّ يا قيُّومُ، أهْدِئْ لَيْلِي، وأنِمْ عَيني

“Allohumma ghoorotin nujuumu wa hadaatil ‘uyuunu, wa anta hayyun qayyumun laa ta’khudzuka sinatun wa laa namun, yaa hayyu ya qayyum ahdi’ layli, wa anim ‘ainii.”

Artinya: “Ya Allah, bintang gemintang telah meredup, kebanyakan mata telah beristirahat. Sedang Engkau Yang Maha Hidup lagi terus-menerus mengurus makhluk-Mu. Engkau tidak dilanda oleh kantuk dan tidak pula tidur. Wahai Yang Maha Hidup lagi terus-menerus mengurus, istirahatkanlah malamku dan tidurkanlah mataku.”

Menurut riwayat tersebut, setelah membaca doa ini, Zaid bin Tsabit merasakan ketenangan hingga akhirnya bisa tidur dengan nyenyak.

Tidur Bukan Sekadar Istirahat Fisik

Kisah ini mengajarkan bahwa tidur bukan sekadar rutinitas biologis, tetapi juga bagian dari ibadah dan ketenangan jiwa.

Rasulullah SAW sendiri menekankan pentingnya tidur yang cukup sebagai cara menjaga kesehatan tubuh, sekaligus menguatkan spiritualitas.

Baca juga: Tata Cara Shalat Gaib Lengkap dengan Bacaan Niat, Doa, dan Artinya

Bagi masyarakat modern yang kerap dihantui overthinking sebelum tidur, doa ini bisa menjadi solusi spiritual untuk menenangkan hati.

Sembari tetap menjaga pola hidup sehat, doa dari Rasulullah SAW ini dapat membantu siapa pun yang merasa pikirannya terlalu riuh di malam hari.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com