KOMPAS.com - Kemerdekaan Indonesia yang kita nikmati hari ini tidak lahir dalam semalam.
Di balik proklamasi 17 Agustus 1945, ada peran besar para ulama yang mengorbankan ilmu, tenaga, dan jiwa demi tegaknya bangsa.
Mereka bukan hanya tokoh agama, tetapi juga arsitek kebangsaan yang menggerakkan rakyat melawan penjajahan.
Salah satu tonggak awal pergerakan nasional dimulai dari Sarekat Islam (SI) yang didirikan pada 1911 oleh HOS Tjokroaminoto.
Baca juga: Muhammadiyah Sosialisasikan Kalender Hijriah Global di Mesir, Langkah Menuju Kesatuan Dunia Islam
Melalui SI, semangat persatuan dan nasionalisme Islam mulai ditanamkan. Tjokroaminoto dikenal bukan hanya sebagai pemimpin SI, tapi juga guru bagi tokoh-tokoh besar seperti Soekarno, yang kelak memproklamasikan kemerdekaan.
Kemudian pada tahun 1926, KH Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonialisme sekaligus penguatan identitas keislaman.
Kontribusinya yang paling monumental adalah Resolusi Jihad pada Oktober 1945. Fatwa ini menyatakan bahwa mempertahankan tanah air adalah bagian dari jihad fi sabilillah, yang mendorong lahirnya perlawanan rakyat, terutama di Surabaya.
Dari sisi lain, KH Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya pada 1912, fokus pada pendidikan dan reformasi sosial.
Ia meyakini bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa adalah bentuk perlawanan terhadap kebodohan dan penjajahan. Sekolah-sekolah Muhammadiyah menjadi fondasi lahirnya generasi pembelajar yang turut serta dalam perjuangan kemerdekaan.
Usai kemerdekaan, perjuangan para ulama belum selesai. KH Wahid Hasyim, putra dari KH Hasyim Asy’ari, turut menjadi bagian dari BPUPKI dan berperan penting dalam perumusan dasar negara Indonesia.
Ia menjembatani antara nilai-nilai keagamaan dengan prinsip-prinsip universal dalam Pancasila.
Selain itu, organisasi seperti Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dan Masyumi berperan besar dalam menyatukan kekuatan Islam dalam perjuangan politik dan konsolidasi pasca-kemerdekaan.
MIAI, yang berdiri tahun 1937, menjadi wadah persatuan umat Islam, yang kemudian dilanjutkan perannya oleh Partai Masyumi.
Ulama tidak hanya berdakwah dari mimbar, tetapi juga memimpin dari garis depan perjuangan.
Baca juga: Banser Apresiasi Densus 88 Tangkap 6 Terduga Terorisme, Dorong Kolaborasi Tangkal Radikalisme
Peran mereka sangat penting dalam membentuk karakter bangsa: moderat, religius, dan cinta tanah air.
Dari resolusi jihad hingga meja perumusan Pancasila, perjuangan para ulama telah menorehkan jejak emas dalam sejarah Indonesia.
Kini, tugas kita adalah meneruskan semangat itu: menjaga kemerdekaan dengan ilmu, iman, dan aksi nyata.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!