KOMPAS.com-Maulid Nabi Muhammad SAW 2025 menjadi salah satu momen penting bagi umat Islam di seluruh dunia.
Setiap tanggal 12 Rabiul Awal, umat Islam memperingati kelahiran Rasulullah SAW dengan berbagai kegiatan keagamaan, mulai dari pembacaan salawat, pengajian, hingga berbagi sedekah.
Perayaan ini bukan hanya mengenang sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW, tetapi juga kesempatan untuk meneladani akhlak dan perjuangan beliau dalam menyebarkan risalah Islam.
Baca juga: Rebo Wekasan 2025: Sejarah, Waktu, Tradisi, dan Pandangan Islam
Dilansir dari laman Baznas, tradisi peringatan Maulid Nabi pertama kali dikenal pada masa Dinasti Fatimiyah di Mesir sekitar abad ke-11 Masehi.
Pada saat itu, perayaan digelar untuk mengenang kelahiran Rasulullah sekaligus mempererat persatuan umat Islam.
Seiring berjalannya waktu, tradisi ini menyebar ke berbagai wilayah Islam dan diadopsi oleh budaya Muslim di Asia, Afrika, hingga Eropa.
Sejumlah ulama memandang peringatan Maulid sebagai wujud kecintaan umat kepada Rasulullah.
Imam Jalaluddin al-Suyuti menegaskan, memperingati Maulid Nabi adalah amalan baik selama diisi dengan kegiatan sesuai syariat, seperti membaca Al-Qur’an, salawat, dan pengajian (Husnul Maqsid fi Amalil Maulid).
Meskipun tidak ada dalil eksplisit dalam Alqur’an maupun hadis yang memerintahkan perayaan Maulid, para ulama memperbolehkannya selama tidak melanggar ajaran Islam.
Imam Ibn Hajar al-Asqalani bahkan menyebut bahwa peringatan ini merupakan cara mengenang kelahiran sosok yang paling dicintai Allah (Fath al-Bari).
Baca juga: Rebo Wekasan Dipercaya Hari Musibah, Bagaimana Menurut Islam?
Salah satu amalan utama adalah memperbanyak pembacaan sholawat kepada Rasulullah SAW.
Dalam hadis disebutkan, “Barang siapa bersholawat kepadaku sekali, maka Allah akan memberikan rahmat kepadanya sepuluh kali” (HR. Muslim).
Peringatan Maulid Nabi biasanya diisi dengan kisah perjalanan hidup Rasulullah, mulai dari kelahiran hingga perjuangan beliau dalam menegakkan Islam.
Melalui kisah tersebut, umat dapat mengambil inspirasi dari akhlak dan keteladanan Nabi Muhammad SAW.
Momentum Maulid juga dimanfaatkan untuk bersedekah dan membantu sesama, terutama kaum dhuafa.
Rasulullah dikenal sebagai sosok yang dermawan, sehingga amalan berbagi sangat dianjurkan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Selain membaca salawat, umat Islam juga dianjurkan memperbanyak membaca Alquran, shalat sunnah, dan berdzikir.
Amalan ini menjadi bentuk syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Baca juga: Perbedaan Husnul Khotimah dan Khusnul Khotimah, Jangan Sampai Salah Doa
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tetap menjadi tradisi luas, meski terdapat perbedaan pandangan di kalangan ulama.
Sebagian ulama dari kalangan salafi berpendapat bahwa Maulid tidak pernah dilakukan para sahabat dan tidak memiliki dasar syar’i yang kuat.
Menurut mereka, ibadah seharusnya hanya dilakukan sesuai teladan Rasulullah tanpa tambahan.
Namun, ulama dari kalangan Asy’ariyah dan Maturidiyah, seperti al-Suyuti dan Ibn Hajar al-Haitami, berpendapat bahwa perayaan ini termasuk bid’ah hasanah atau inovasi baik.
Perayaan Maulid dinilai sah selama bertujuan mengenang Nabi, mempererat silaturahmi, dan meningkatkan keimanan umat Islam.
Meski terdapat perbedaan pandangan, Maulid tetap menjadi salah satu tradisi besar yang mengingatkan kembali akan perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam membawa risalah Islam.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!