KOMPAS.com - Rebo wekasan atau Rebo pungkasan merupakan istilah untuk menyebut hari wabu terakhir dalam di bulan Safar. Bulan Safar adalah bulan kedua dalam penanggalan hijriah.
Di masyarakat, muncul kepercayaan bahwa hari rabu terakhir di bulan safar merupakan saat turunnya bala bencana sehingga harus dilakukan amalan-amalan agar terhindar dari bela bencana tersebut.
Baca juga: Rebo Wekasan Dipercaya Hari Musibah, Bagaimana Menurut Islam?
Sejarah rebo wekasan berasal dari seorang ulama sufi bernama Syekh Ahmad bin Umar Ad-Dairabi. Dalam kitabnya Mujarrabat Ad Dairabi, dijelaskan bahwa pada hari rabu terakhir di bulan Safar, akan diturunkan 320 ribu bencana. Hari itu menjadi hari terberat sepanjang tahun.
Untuk menanggulangi hal tersebut, Syekh Ahmad bin Umar Ad Dairabi menganjurkan untuk melakukan amalan sholat sebanyak 4 rakaat.
Tradisi rebo wekasan kemudian berkembang di berbagai daerah, menyesuaikan dengan kebudayaan setempat.
Baca juga: Doa Sholat Hajat: Arab, Latin, dan Artinya
Dilansir dari kompas.com, tradisi rebo wekasan diyakini dimulai pada masa Wali Songo.
Beberapa daerah mengadakan acara ritual dengan berbagai cara, antara lain:
1. Di Aceh tradisi rebo wekasan dikenal dengan istilah Rabu Abeh. Tradisi yang dilakukan awalnya memotong kerbau dan kepalanya dibuang ke laut. Namun lambat tradisi ini berganti dengan pembacaan sholawat, dzikir, dan doa
2. Di Bantul, tradisi rebo wekasan ditandai dengan mengarak lemper raksasa yang kemudian di bagi-bagikan kepada warga
3. Di Banten, ada tradisi Dudus atau mandi kembang tujuh rupa diikuti dengan sedekah bumi
4. Di Banyuwangi, tradisi rebo wekasan diperingati dengan acara petik laut, yaitu dengan cara menyelenggarakan doa bersama yang diikuti dengan ritual melarung sesaji yang diletakkan dalam sebuah kapal kecil ke tengah laut.
5. Di Maluku Tengah, tradisi rebo wekasan ditandai dengan mandi safar untuk mendatangkan keselamatan dan menghindarkan dari mara bahaya.
Baca juga: Doa Istikharah: Arab, Latin, dan Artinya
Rebo Wekasan pada tahun 2025 jatuh pada tanggal 20 Agustus 2025 atau bertepatan dengan tanggal 26 Safar tahun 1447 hijriah.
Amalan yang bisa dilakukan pada malam rebo wekasan adalah sholat 4 rakaat menurut Syekh Ahmad bin Umar Ad Dairabi. Setiap rakaatnya membaca Al Kautsar sebanyak 17 kali, surat Al Ikhlas sebanyak 5 kali, Al Falaq dan An Nas masing-masing sekali. Setelah selesai sholat membaca doa tolak bala.
Menurut Syekh Ahmad bin Umar Ad Dairabi, barangsiapa mengerjakan hal tersebut, maka Allah akan menjaganya dari segala bencana yang turun pada hari itu, serta tidak akan mendekatinya satu pun bencana dari bencana-bencana tersebut sampai akhir tahun.
Secara umum, amalan sholat seperti yang disampaikan oleh Syekh Ahmad bin Umar Ad Dairabi tidak diajarkan oleh Rasulullah SAW. Tidak ada sholat khusus saat tiba di hari Rabu terakhir di bulan Safar.
Baca juga: 3 Doa untuk Negeri agar Makmur dan Sejahtera: Arab, Latin, dan Artinya
Rebo wekasan yang diyakini sebagai hari sial karena turunnya 320 bencana tidak dikenal dalam Islam menurut mayoritas ulama.
Dalam Islam, meyakini hari-hari tertentu sebagai hari sial disebut dengan tathayyur. Hukum dari tathayyur adalah dilarang dan masuk dalam kategori kesyirikan.
Al Qarafi dalam Al Furuq menyatakan at tathayyur artinya sangkaan dalam hati bahwa akan terjadi kesialan.
Dalam haditsnya, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula tanda kesialan, tidak (pula) burung (tanda kesialan), dan juga tidak ada (kesialan) pada bulan Safar.” (H.R. Bukhari).
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!