Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Sri Mulyani Dijarah, Munas MUI 2025 Soroti Isu AI di Media Sosial

Kompas.com, 17 September 2025, 12:24 WIB
Farid Assifa

Editor

Sumber MUIDigital

KOMPAS.com – Musyawarah Nasional (Munas) Majelis Ulama Indonesia (MUI) ke-11 tahun 2025 akan menjadi ruang penting untuk membahas sejumlah isu strategis yang tengah mengguncang kehidupan umat dan bangsa, mulai dari persoalan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) hingga pemanfaatan nuklir untuk peradaban.

Ketua SC Munas MUI 2025, KH Masduki Baidlowi, menegaskan bahwa tema AI dan media sosial berbasis digital layak menjadi sorotan.

Pasalnya, teknologi ini terbukti membawa dampak besar, termasuk dalam kasus viral yang menimpa mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Baca juga: November, MUI Akan Gelar Munas 2025 untuk Tentukan Pemimpin Baru

“Beliau menjadi korban media sosial. Beredar video seakan-akan Ibu Sri Mulyani mengatakan guru adalah beban negara, padahal beliau tidak pernah mengucapkan itu,” ujar Kiai Masduki, Rabu (17/9/2025) di Kantor MUI, Menteng, Jakarta Pusat.

Masduki menilai, fenomena echo chamber dalam algoritma digital mendorong penyebaran post truth yang berujung pada kesalahpahaman publik.

Bahkan, rumah Sri Mulyani kala itu sempat diserang akibat provokasi berbasis informasi palsu.

“Ini korban yang salah. Kita semua harus belajar dari kejadian ini. Maka, AI dan media sosial harus masuk dalam pembahasan Munas MUI,” tegasnya.

Nuklir untuk Peradaban

Selain isu AI, Munas MUI 2025 juga akan menyoroti urgensi pemanfaatan energi nuklir. Menurut Kiai Masduki, nuklir merupakan sumber energi yang efisien dan sudah digunakan oleh banyak negara maju, meski masih menimbulkan rasa takut di kalangan masyarakat Indonesia.

“Semua negara yang memakai listrik nuklir juga ketakutan, termasuk Jepang. Tetapi, mereka tetap bisa menggunakannya untuk kepentingan peradaban. Mengapa Indonesia tidak bisa?” ucapnya.

Isu strategis tentang AI dan nuklir ini, lanjut Masduki, akan dirumuskan dalam bentuk rekomendasi resmi Munas MUI.

Ia menekankan, MUI perlu hadir memberikan pandangan etis, moral, sekaligus solusi keumatan di tengah derasnya perkembangan zaman.

Baca juga: MUI Apresiasi Polri Pulihkan Keadaan usai Unjuk Rasa Rusuh

Siap Hadirkan Presiden

Munas MUI ke-11 dijadwalkan berlangsung pada 20–23 November 2025 di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara. Acara tersebut rencananya akan dihadiri sekaligus dibuka oleh Presiden RI Prabowo Subianto.

“Persoalan AI dan nuklir adalah tantangan besar. MUI harus menjawabnya dengan panduan moral dan kebijakan yang berpihak pada umat,” tutup Kiai Masduki.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com