Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ali Masykur Musa
Ketua Umum JATMAN | Mursyid dan Pengasuh Ponpes Pasulukan

Prof Dr KH Ali Masykur Musa MSi MHum adalah Mudir Ali Idarah Aliyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyah / (JATMAN) sekaligus Mursyid Thariqal Naqshanbandiyah Khalidiyah dan Pengasuh Pondok Pesantren Pasulukan, Condet, Jakarta.

Peran Tarekat untuk Kemerdekaan Republik Indonesia

Kompas.com - 10/11/2025, 09:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BILA kita menyusuri lembaran sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, seringkali kita temukan narasi heroik yang bersumber dari kekuatan fisik, diplomasi, dan pemikiran.

Namun, ada satu elemen spiritual yang kerap terabaikan, padahal memiliki peran yang sangat signifikan: Tarekat. Tarekat, sebagai institusi pendidikan spiritual Islam (tarbiyah ruhiyah), bukan hanya mencetak pribadi-pribadi yang shaleh secara individu, tetapi juga melahirkan pejuang-pejuang tangguh yang berani mengorbankan jiwa dan raga untuk membela tanah air dari cengkeraman penjajah.

Landasan Spiritual Perjuangan: Ikhlas dan Tawakkal

Perjuangan fisik tanpa dibarengi dengan kekuatan spiritual ibarat badan tanpa nyawa. Di sinilah peran sentral tarekat. Para mursyid tarekat mengajarkan pentingnya keikhlasan dan ketawakalan dalam setiap tindakan, termasuk berjihad. Allah SWT berfirman:

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

Artinya : “Katakanlah (Muhammad), ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).’” (QS. Al-An’am: 162-163)

Ayat ini menjadi fondasi bagi setiap mujahid. Hidup dan mati hanya untuk Allah. Semangat inilah yang menghilangkan rasa takut kepada penjajah dan hanya takut kepada Allah semata. Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

Artinya : “Barangsiapa yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah, maka ia berada di jalan Allah.” (HR. Bukhari)

Para penjajah dengan jelas ingin menghapuskan nilai-nilai ketuhanan dan menggantinya dengan nilai-nilai kolonial yang menindas. Berjuang melawan mereka adalah bentuk dari jihad fi sabilillah untuk meninggikan kalimat Allah di bumi Nusantara.

Pendidikan Mental dan Karakter Pejuang

Tarekat adalah madrasah untuk membentuk akhlakul karimah dan mental yang kuat. Dalam kitab Ihya’ ‘Ulumuddin , Imam Al-Ghazali menukil sebuah maqolah (ucapan hikmah):

رُوِّضُوا أَنْفُسَكُمْ عَلَى الْأَخْلَاقِ الشَّرِيفَةِ، فَإِنَّ الْعِبَادَةَ لَيْسَتْ فِي رَكْعَاتٍ تُرَكَّعُهَا، وَإِنَّمَا الْعِبَادَةَ فِي خِدْمَةِ الْخَلْقِ وَكَفِّ الْأَذَى عَنْهُمْ

Artinya : “Latihlah dirimu dengan akhlak yang mulia, karena ibadah itu bukan hanya pada rakaat-rakaat yang engkau kerjakan, sesungguhnya ibadah itu adalah dalam berkhidmat kepada makhluk dan menahan diri dari menyakiti mereka.”

Khidmat kepada makhluk inilah yang mendorong para salikin (penempuh jalan tarekat) untuk membela rakyat Indonesia yang tertindas. Mereka berjuang bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok, tetapi untuk kemaslahatan umat dan bangsa.

Disiplin dalam zikir dan wiridan melatih kesabaran dan keteguhan hati, sementara baiat kepada mursyid mengajarkan nilai kepatuhan pada pemimpin dalam koridor kebaikan, yang kemudian diterjemahkan dalam kesetiaan pada perjuangan bangsa.

Bukti Sejarah: Santri dan Kiai Pejuang

Sejarah mencatat, banyak tokoh pejuang kemerdekaan yang merupakan pengamal tarekat. Pangeran Diponegoro, sang pelopor Perang Jawa, adalah seorang mursyid tarekat Syattariyah. Perangnya bukan hanya perlawanan fisik, tetapi juga perang sabil (jihad fi sabilillah).

Demikian pula, Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama yang digaungkan oleh Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 tidak lepas dari semangat jihad yang menjadi ruh dari pendidikan pesantren yang banyak mengajarkan kitab-kitab tasawuf dan tarekat.

Fatwa jihad itu kemudian memicu berkobarnya Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, yang kini kita peringati sebagai Hari Pahlawan.

Dalam kitab Kifayatul Atqiya’ , Sayid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani menulis:

وَأَشْرَفُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

Artinya : “Dan jihad yang paling mulia adalah menyampaikan perkataan yang benar di hadapan penguasa yang zalim.”

Para mursyid dan kiai tarekat telah mempraktikkan maqolah ini. Mereka tidak gentar menyuarakan kebenaran dan mengobarkan semangat perlawanan di hadapan penguasa kolonial yang jelas-jelas zalim. Mereka adalah pilar spiritual yang menjadi sumber motivasi bagi para pejuang di garis depan.

Relevansi Tarekat di Masa Kini

Dengan demikian, peran tarekat untuk kemerdekaan RI adalah sebuah keniscayaan sejarah. Tarekat memberikan fondasi spiritual, mental, dan moral yang kokoh bagi para pejuang. Semangat ikhlas, tawakkal, disiplin, dan khidmat untuk rakyat yang diajarkan dalam tarekat menjadi bahan bakar yang menggerakkan perlawanan terhadap penjajah.

Di era kemerdekaan ini, perjuangan belum usai. Tantangan berubah bentuk, dari penjajah fisik menjadi penjajahan pemikiran, moral, dan ekonomi. Peran tarekat tetap relevan untuk mencetak generasi yang tidak hanya kuat spiritualitasnya, tetapi juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi, berakhlak mulia, dan berani membela kebenaran dan keadilan.

Tarekat, dengan ajaran tasawufnya yang otentik, tetap menjadi benteng terakhir dalam mempertahankan martabat bangsa dan negara Indonesia yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.(*)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Penyakit ‘Ain: Pengertian, Ciri, dan Cara Mencegahnya
Penyakit ‘Ain: Pengertian, Ciri, dan Cara Mencegahnya
Doa dan Niat
Kenali 10 Malaikat dan Tugasnya dalam Islam: Dari Pembawa Wahyu hingga Penjaga Surga
Kenali 10 Malaikat dan Tugasnya dalam Islam: Dari Pembawa Wahyu hingga Penjaga Surga
Aktual
Peran Tarekat untuk Kemerdekaan Republik Indonesia
Peran Tarekat untuk Kemerdekaan Republik Indonesia
Aktual
Tafsir Surat Al Ankabut ayat 45: Shalat Mencegah Perbuatan Keji dan Mungkar
Tafsir Surat Al Ankabut ayat 45: Shalat Mencegah Perbuatan Keji dan Mungkar
Doa dan Niat
Dari Jakarta, Negara Asia–Pasifik Serukan Akhiri Derita Rakyat Palestina
Dari Jakarta, Negara Asia–Pasifik Serukan Akhiri Derita Rakyat Palestina
Aktual
Contoh Doa Upacara Hari Pahlawan, Penuh Makna dan Haru untuk Negeri
Contoh Doa Upacara Hari Pahlawan, Penuh Makna dan Haru untuk Negeri
Doa dan Niat
Teks Doa Upacara Hari Pahlawan 2025 Resmi dari Kemendikdasmen
Teks Doa Upacara Hari Pahlawan 2025 Resmi dari Kemendikdasmen
Aktual
Manfaat Puasa Senin Kamis bagi Kesehatan dan Spiritual, Lengkap dengan Niat dan Dalil
Manfaat Puasa Senin Kamis bagi Kesehatan dan Spiritual, Lengkap dengan Niat dan Dalil
Doa dan Niat
Cara Taubat setelah Nonton Film Porno agar Zina Mata Diampuni Allah
Cara Taubat setelah Nonton Film Porno agar Zina Mata Diampuni Allah
Aktual
Doa Dijauhkan dari Musibah Dunia dan Agama Lengkap dengan Artinya
Doa Dijauhkan dari Musibah Dunia dan Agama Lengkap dengan Artinya
Doa dan Niat
Doa Berlindung dari Hilangnya Nikmat Lengkap dengan Artinya
Doa Berlindung dari Hilangnya Nikmat Lengkap dengan Artinya
Doa dan Niat
Doa Ketika Melihat Awan Gelap Lengkap dengan Artinya
Doa Ketika Melihat Awan Gelap Lengkap dengan Artinya
Doa dan Niat
Hukum Sulam Alis dalam Islam, Boleh atau Dilarang? Ini Penjelasannya
Hukum Sulam Alis dalam Islam, Boleh atau Dilarang? Ini Penjelasannya
Aktual
Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji’un: Arti, Penulisan, dan Waktu Tepat Mengucapkannya
Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji’un: Arti, Penulisan, dan Waktu Tepat Mengucapkannya
Doa dan Niat
Teks Doa Peringatan Hari Pahlawan Tahun 2025 Resmi dari Kemendikdasmen
Teks Doa Peringatan Hari Pahlawan Tahun 2025 Resmi dari Kemendikdasmen
Aktual
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke