Editor
KOMPAS.com — Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar meresmikan Markaz Turats Ulama Kudus yang berlokasi di Jalan Sunan Kudus, Jawa Tengah.
Markaz ini didirikan sebagai pusat pelestarian karya-karya ulama terdahulu di Kabupaten Kudus agar dapat dikenali, dipelajari, dan diwariskan kepada generasi muda.
Peresmian markaz ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh KH Miftachul Akhyar, didampingi Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus, MC Fatchan.
Baca juga: PWNU Jawa Timur Tegaskan Tidak Berpihak dalam Polemik PBNU, Pilih Jaga Persatuan NU
Kehadiran Rais Aam PBNU menjadi penegasan dukungan penuh PBNU terhadap upaya pelestarian khazanah keilmuan ulama Nusantara.
Ketua Turats Ulama Kudus, Nanal Ainal Fauz, mengatakan peresmian Markaz Turats Ulama Kudus merupakan momentum penting dalam upaya pelestarian, pengkajian, dan pengembangan warisan intelektual ulama, khususnya ulama Kudus.
“Turats Ulama Kudus ini merupakan ikhtiar khidmah untuk melestarikan karya-karya turats peninggalan para ulama leluhur kita, terutama ulama Kudus, agar tidak punah dimakan zaman,” ujarnya usai peresmian di Kudus, Selasa (17/12/2025).
Menurut Nanal, markaz ini berfungsi sebagai pusat dokumentasi, riset, dan pengkajian karya-karya ulama, baik berupa manuskrip, kitab kuning, maupun karya keilmuan lain yang menjadi fondasi tradisi Islam Ahlussunnah wal Jamaah.
“Keberadaan markaz ini diharapkan menjadi rujukan akademik bagi santri, peneliti, dan masyarakat luas,” katanya.
Saat ini, Turats Ulama Kudus telah mengumpulkan sekitar 100 kitab karya ulama Kudus, baik dalam bentuk manuskrip asli maupun cetakan lama.
Salah satu program utama yang dijalankan adalah digitalisasi manuskrip, termasuk naskah tertua yang diperkirakan ditulis sekitar tahun 1750 Masehi atau hampir berusia tiga abad.
Manuskrip tersebut merupakan karya ulama bernama Kodi Syahabuddin di Semarang, yang disalin oleh ulama Kudus dari kawasan Damaran, dekat Menara Kudus, Abu Raden Muhammad, yang kala itu menjabat sebagai kodi atau hakim Kudus.
Selain karya di bidang fikih dan ushul fikih, markaz ini juga menyimpan berbagai kitab maulid karya ulama Kudus.
Di antaranya Fathul Aliyil Garim karya Syeikh Abdul Hamid Kudus, ulama asal Kudus yang kemudian menjadi pengajar di Masjidil Haram. Kitab ini hingga kini masih dibaca rutin setiap malam 17 Hijriah di kawasan Menara Kudus.
Koleksi lainnya mencakup kitab maulid karya KH Ahmad Ratin Ahmad Kamal Hambali, pendiri NU asal Kudus, serta terjemahan dan syarah Maulid Al-Barzanji berbahasa Jawa karya KH Subhan Dili Tempasan.
Baca juga: PBNU Kerahkan Seluruh Elemen NU Bantu Penyintas Banjir Sumatera, dari Sembako hingga Trauma Healing
Nanal menegaskan, kehadiran Rais Aam PBNU dalam peresmian ini menjadi simbol penguatan tradisi keilmuan pesantren yang berakar pada sanad keilmuan otoritatif.
“Markaz ini diharapkan mampu menjawab tantangan zaman dengan menghadirkan Islam yang moderat, berkarakter, dan tetap berpijak pada tradisi,” ujarnya.
Dengan berdirinya Markaz Turats Ulama Kudus, nilai-nilai keilmuan, spiritualitas, dan keteladanan para ulama diharapkan terus hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang