KOMPAS.com - Meningkatnya pengaruh media sosial membuat orang lebih agresif dan mudah menumpahkan kata-kata sebebas-bebasnya. Hal ini berdampak bagi mudahnya orang untuk mencaci maki orang lain baik secara langsung maupun melalui media sosial.
Ketika seseorang membalas cacian dengan cacian, maka yang terjadi adalah permusuhan yang lebih besar dan kebencian yang semakin mendalam. Islam telah mengajarkan cara elegan untuk membalas cacian. Berikut uraian selengkapnya.
Baca juga: Kisah Bilal bin Rabah: Sang Muadzin Rasulullah SAW
Nabi Muhammad SAW melarang umatnya untuk mencaci maki, hal ini disampaikan dalam hahdits berikut;
قَالَ جَابرٌ بن سليْم رَضيَ اللهُ عَنْه : قُلْتُ: اعْهَدْ إِلَيَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: «لَا تَسُبَّنَّ أَحَدًا» قَالَ: فَمَا سَبَبْتُ بَعْدَهُ حُرًّا، وَلَا عَبْدًا، وَلَا بَعِيرًا، وَلَا شَاةً،
Artinya: "Jabir Bin Salim RA bercerita, “Aku berkata, “Buatlah ikatan perjanjian denganku Ya Rasulallah!” beliau lalu menjawab, “Janganlah sekali-kali engkau memaki orang lain”. Kata Jabir, “Sejak itulah aku tidak pernah memaki seorang pun, baik ia berstatus orang merdeka atau hamba sahaya, termasuk tidak memaki unta dan kambing”." (H.R. Abu Daud).
Sementara dalam riwayat lain dijelaskan:
اَلْمُسْتَبَّانِ شَيْطَانَانِ يَتَهَاتَرَانِ وَيَتَكَاذَبَانِ
Artinya: “Dua orang yang saling memaki adalah seperti dua setan yang saling menjatuhkan dan mendustakan lawannya.”
Baca juga: Kumpulan Hadits Pendek tentang Akhlak Mulia Lengkap dengan Artinya
Cara elegan membalas caci maki dicontohkan oleh Hasan Al Bashri. Dalam buku Butir-butir Hikmah Sufi karya K.H. M.A. Fuad Hasyim, dikisahkan suatu hari Hasan Al Bashri mendapat kabar bahwa ada seseorang yang mencaci maki dan menjelek-jelekkan dirinya.
Ketika mendengar hal tersebut, Hasan Al Bashri hanya tersenyum dan tetap tenang. Ia kemudian memerintahkan seseorang untuk mengirimkan hadiah kurma sepenuh nampan untuk orang tersebut.
Orang yang menjelek-jelekkan Hasan Al Bashri terkejut dengan apa yang terjadi. Ia tidak menyangka bahwa apa yang ia lakukan justru berdampak sebaliknya. Kejelekan yang dilakukan justru dibalas dengan kebaikan.
Orang tersebut kemudian mendatangi Hasan Al Bashri dan bertanya, "Aku berkata jelek tentang anda, kenapa anda mengirimkan hadiah kepadaku?”
Hasan Al Bashri menjawab, “Anda telah menceritakan kejelekanku, berarti anda telah menghadiahkan pahala kebaikan anda kepadaku, maka aku ingin memberikan balasan kepada anda.”
Baca juga: 7 Keutamaan Akhlak Mulia dalam Pandangan Islam
Dalam sebuah riwayat yang terdapat dalam Musnad Imam Ahmad, Suatu hari Nabi Muhammad SAW bertamu ke rumah Abu Bakar Ash Shiddiq. Ketika sedang bercengkerama dengan Nabi Muhammad SAW, tiba-tiba datang seorang Arab badui menemui Abu Bakar dan langsung mencaci maki Abu Bakar. Makian dan kata-kata kotor keluar keluar dari mulut orang itu. Namun, Abu Bakar tidak menghiraukannya.
Ia melanjutkan perbincangan dengan Nabi Muhammad SAW. Melihat hal ini, Nabi Muhammad SAW tersenyum. Kemudian orang Arab badui itu kembali mencaci maki Abu Bakar. Kali ini makian dan hinaannya lebih kasar.
Namun, dengan keimanan yang kokoh serta kesabarannya, Abu Bakar tetap membiarkan orang tersebut. Rasulullah SAW kembali memberikan senyum. Semakin marahlah orang Arab badui ini.
Untuk ketiga kalinya, si badui mencerca Abu Bakar dengan makian yang jauh lebih menyakitkan. Kali ini, Abu Bakar tidak dapat menahan amarahnya. Dibalasnya makian orang Arab badui itu dengan makian pula.
Saat itu terjadilah perang mulut antara Abu Bakar dengan orang Badui tersebut. Seketika itu Nabi Muhammad SAW beranjak dari tempat duduknya. Ia meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapkan salam.
Baca juga: Doa Agar Mempunyai Akhlak Mulia Lengkap dengan Terjemahannya
Melihat hal ini, selaku tuan rumah Abu Bakar tersadar dan menjadi bingung. Dikejarnya Nabi Muhammad SAW yang sudah sampai halaman rumah.
Kemudian Abu Bakar memanggil beliau. "Wahai Nabi Muhammad SAW, janganlah Anda biarkan aku dalam kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, jelaskan kesalahanku," pintanya.
Nabi Muhammad SAW menjawab, "Sewaktu ada seorang Arab badui datang lalu mencelamu, dan engkau tidak menanggapinya, aku tersenyum karena banyak Malaikat di sekelilingmu yang akan membelamu di hadapan Allah.
Begitu pun, yang kedua kali ketika ia mencelamu dan engkau tetap membiarkannya, maka para Malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya. Oleh sebab itu, aku tersenyum.
Namun, ketika kali yang ketiga ia mencelamu dan engkau menanggapinya, dan engkau membalasnya, maka seluruh Malaikat pergi meninggalkanmu. Hadirlah Iblis di sisimu.
Oleh karena itu, aku tidak ingin berdekatan dengannya, dan aku tidak memberikan salam kepadanya."
Baca juga: Doa Nabi Yusuf AS: Wajah Bercahaya, Akhlak Mulia, dan Perlindungan dari Maksiat
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, ketika seseorang dicaci maki kemudian membalasnya dengan caci maki, sesungguhnya setan hadir untuk memperkeruh suasana dan membuat permusuhan antara kedua orang yang saling mencaci semakin bertambah.
Maka cara terbaik untuk meredam permasalahan tersebut adalah dengan mendiamkannya saja. Diam bukan berarti kalah, tetapi dengan diam, justru malaikatlah yang akan membalaskan caci maki tersebut.
Seseorang tidak perlu mengotori hati dan mulutnya dengan kata-kata kotor dan tercela. Hal itu tentu lebih selamat dan menenangkan dibanding dengan membalas caci makian.
Sementara cara terbaik membalas caci maki adalah dengan memaafkannya, bahkan memberikannya hadiah. Itu termasuk perbuatan yang sangat mulia.
Baca juga: Adab-adab Bertetangga dalam Islam Lengkap dengan Dalilnya
Ketika seseorang tidak membalas caci maki dengan caci maki, maka Allah SWT akan memberikan pertolongan kepadanya.
يَا رَسُول اللَّه، إِنَّ لِي قَرابَةً أَصِلُهُمْ وَيَقْطَعُوني، وَأُحْسِنُ إِلَيْهِم وَيُسِيئُونَ إِليَّ، وأَحْلُمُ عنهُمْ وَيَجْهَلُونَ علَيَّ، فَقَالَ: لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ المَلَّ، وَلا يَزَالُ معكَ مِنَ اللَّهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلكَ
Artinya: “Wahai Rasulullah, sama memiliki kerabat, saya sambung tapi mereka malah meutuskan, mereka berbuat buruk kepada saya tapi saya berusaha untuk berbuat baik kepada mereka. Mereka berbuat jahil kepada saya tapi saya sabar tidak ingin membalas dengan yang sama. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘jika yang kamu katakan itu benar, maka seakan-akan kamu menaburkan debu panas ke wajahnya dan senantiasa Allah akan menolong kamu selama kamu terus berbuat seperti itu'.” (H.R. Muslim).
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang