KOMPAS.com - Khaulah binti Tsa’labah dikenal sebagai perempuan salehah yang sangat dekat dengan Allah.
Dilansir dari Kolom Ustadz Muh Fiqih Shofiyul Am dalam NU Online, kisah Khaulah menjadi latar turunnya (asbabun nuzul) Surat Al-Mujadilah, mengajarkan pentingnya kesabaran dan pengaduan hanya kepada Allah saat menghadapi masalah rumah tangga.
Muhammad bin Jarir At-Tabari dalam "Jami’ul Bayan an Ta’wil Ayi al-Qur’an" mencatat beberapa versi nama Khaulah, seperti Khuwailah binti Tsa’labah, Khuwailah binti Khuwailid, Khuwalihah binti Ash-Shamit, dan Khuwailah binti Ad-Dulaij. Suaminya adalah Aus bin Ash-Shamit.
Baca juga: Peringatan 80 Tahun Bom Atom Hiroshima-Nagasaki, Muhammadiyah Serukan Perdamaian Dunia
Kisah Khaulah tak bisa dipisahkan dari ayat pertama Surat Al-Mujadilah:
قَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّتِيْ تُجَادِلُكَ فِيْ زَوْجِهَا وَتَشْتَكِيْٓ اِلَى اللّٰهِۖ وَاللّٰهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَاۗ اِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ
qad sami‘allâhu qaulallatî tujâdiluka fî zaujihâ wa tasytakî ilallâhi wallâhu yasma‘u taḫâwurakumâ, innallâha samî‘um bashîr
Artinya: “Sungguh, Allah telah mendengar ucapan wanita yang mengajukan gugatan kepadamu (Nabi Muhammad) tentang suaminya dan mengadukan kepada Allah, padahal Allah mendengar percakapan kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam Mafatihul Ghaib menjelaskan bahwa suatu hari, Aus mengajak Khaulah berhubungan intim setelah ia selesai shalat.
Khaulah menolak, hingga membuat Aus marah dan menjatuhkan zhihar — menyamakan istrinya dengan ibunya.
Khaulah lalu mengadu kepada Rasulullah SAW:
“Wahai Rasulullah, Aus menikahiku ketika aku masih muda dan menarik. Kini aku sudah dewasa, anak-anakku pun sudah banyak, namun dia menyamakanku dengan ibunya (zhihar). Anak-anakku masih kecil-kecil; jika kuberikan mereka kepadanya, maka mereka akan terlantar, namun jika bersamaku, mereka akan kelaparan.”
Dalam satu riwayat, Rasulullah menjawab, “Aku tidak memiliki solusi untuk masalahmu.”
Dalam riwayat lain, beliau berkata, “Kamu haram baginya.”
Khaulah menimpali:
“Wahai Rasulullah, dia tidak menceraikan aku secara talak. Dia adalah ayah dari anak-anakku, dan aku sangat mencintai mereka.”
Khaulah terus menangis dan mengadu kepada Allah, hingga turun ayat pertama Surat Al-Mujadilah sebagai jawaban dari langit.
Rasulullah memanggil Aus dan menanyakan alasannya. Aus mengaku tergoda setan dan meminta keringanan.
Rasulullah membacakan empat ayat pertama Surat Al-Mujadilah, lalu menanyakan apakah ia sanggup memerdekakan budak. Aus menjawab tidak.
Beliau bertanya lagi apakah sanggup berpuasa dua bulan berturut-turut. Aus kembali berkata tidak. Terakhir, Rasulullah bertanya apakah sanggup memberi makan 60 orang miskin. Aus mengatakan tidak, kecuali jika dibantu.
Rasulullah lalu memberinya 15 sha’ makanan, ditambah 15 sha’ dari Aus, dan disedekahkan kepada 60 orang miskin.
Islam mengubah zhihar dari yang dulunya dianggap talak menjadi pelanggaran yang wajib dibayar kafarat, tanpa memutuskan ikatan pernikahan. Kisah ini mengajarkan:
Baca juga: Kemenag Selamatkan Jutaan Arsip Bersejarah Haji Indonesia di Jeddah lewat Digitalisasi
Khaulah binti Tsa’labah menjadi teladan kesabaran, doa, dan keyakinan bahwa pertolongan Allah akan datang kepada hamba yang bersungguh-sungguh memohon.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!