Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenag Perkuat Juru Damai di Daerah Rawan Konflik, Luncurkan Aplikasi "Si Rukun"

Kompas.com, 23 September 2025, 13:26 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com - Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementerian Agama (Kemenag) memperkuat kapasitas para aktor kerukunan atau juru damai di sejumlah daerah yang dinilai rentan terjadi konflik sosial keagamaan.

Kepala PKUB Kemenag Adib Abdushomad mengatakan, sejumlah wilayah seperti Sukabumi, Depok, dan beberapa daerah di Sumatera Barat akan menjadi fokus dalam program pelatihan resolusi konflik yang digelar dalam waktu dekat.

"Kami rencanakan bulan depan ada penguatan bagi aktor-aktor resolusi konflik, terutama di daerah-daerah seperti Jawa Barat dan Sumatera Barat. Beberapa kasus sebelumnya terjadi di Sukabumi dan Depok, ini yang menjadi perhatian kita," kata Adib di Jakarta, Selasa (23/9/2025).

Baca juga: Kemenag Pastikan 629 Ribu Guru Agama Bersertifikat PPG di 2027

Sebagai bagian dari penguatan kapasitas tersebut, PKUB akan menyelenggarakan pelatihan khusus bagi calon juru damai bekerja sama dengan Wali Songo Mediation Center. Pelatihan dijadwalkan berlangsung di Batam, Kepulauan Riau (Kepri).

"Nanti para aktor kerukunan itu akan mendapatkan sertifikasi, sehingga memiliki kapasitas yang memadai dalam mediasi dan penanganan konflik berbasis keagamaan," ujarnya.

Pelatihan itu akan melibatkan perwakilan daerah yang sebelumnya belum dapat mengikuti program serupa, terutama dari wilayah yang menunjukkan potensi atau riwayat konflik.

"Terkait Sukabumi misalnya, kami minta perwakilan dari Jawa Barat untuk ikut serta. Mereka akan jadi bagian dari jaringan juru damai yang bisa diandalkan ketika muncul potensi konflik," katanya.

Peluncuran Aplikasi "Si Rukun"

Selain pelatihan, PKUB juga menyiapkan sistem deteksi dini konflik sosial keagamaan yang diberi nama Si Rukun.

Aplikasi ini akan diluncurkan pada 29 September 2025 dan diharapkan memperkuat peran negara dalam mencegah eskalasi konflik sejak dini.

"Tugas PKUB itu merawat kerukunan. Karena itu, sebelum konflik meledak, kami perlu sistem peringatan dini. Si Rukun ini menjadi bagian dari strategi kita agar jangan sampai konflik terjadi," ujar Adib.

Baca juga: Kepala Kanwil Kemenag NTB Zamroni Azis Minta Maaf Usai Aksi Lempar Mikrofon Viral

Ia menambahkan, ketika konflik sudah terjadi, peran juru damai menjadi krusial untuk memediasi dan menyelesaikan masalah di tingkat akar rumput.

"Kita tidak ingin menunggu sampai konflik pecah. Tapi kalau sudah terjadi, setidaknya kita punya orang-orang yang terlatih untuk masuk dan menengahi," kata Adib Abdushomad.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com