Editor
KOMPAS.com-Menteri Agama Nasaruddin Umar memastikan fasilitas pendidikan di bawah kewenangan Kementerian Agama yang rusak atau hilang akibat bencana akan mulai dibangun kembali pada tahun anggaran 2026.
Nasaruddin menyatakan Kemenag telah menerima data lengkap terkait madrasah dan pesantren yang hanyut, rusak berat, maupun rusak ringan akibat bencana.
Data tersebut juga mencakup mahasiswa terdampak bencana, termasuk mereka yang orang tuanya masih berada di lokasi pengungsian.
Baca juga: Menag Nasaruddin Umar Jadi “Bapak Angkat” Mahasiswa Terdampak Banjir di Aceh
“Kami telah menerima data secara lengkap terhadap madrasah dan pesantren yang hanyut, rusak parah dan rusak ringan, termasuk mahasiswa terdampak bencana yang orang tuanya berada di tempat pengungsian,” kata Nasaruddin saat berada di UIN Ar Raniry, Darussalam, Banda Aceh, Sabtu (20/12/2025), dilansir dari Antara.
Pernyataan itu disampaikan di sela penyerahan bantuan tanggap darurat bertajuk Bangkit dan Pulih Kembali bersama Menteri Agama bagi mahasiswa terdampak bencana di Aceh.
Total bantuan yang disalurkan dalam program tersebut mencapai Rp 2,3 miliar.
Menag menjelaskan, selain dukungan anggaran penanganan bencana yang telah disiapkan oleh Presiden Prabowo Subianto, Kementerian Agama juga mengalokasikan anggaran khusus untuk pembangunan kembali fasilitas pendidikan yang terdampak.
Anggaran tersebut akan difokuskan pada pemulihan sarana pendidikan yang rusak maupun hilang akibat bencana.
“Kita juga akan merelokasi anggaran untuk program rehabilitasi pada tahun 2026. Setelah tahap tanggap darurat, kami akan bergerak untuk program rehabilitasi dan pemulihan yang dilaksanakan secara berkelanjutan,” ujar Nasaruddin.
Baca juga: Di Madinah, Menag Nasaruddin Umar Ajak Ulama Dunia Doakan Korban Bencana Sumatera
Dalam penanganan bencana di Aceh, Kementerian Agama disebut telah hadir sejak fase awal bencana.
Pada tahap awal, Kemenag menyalurkan bantuan pangan bagi masyarakat terdampak.
Pada tahap kedua, Menteri Agama menyerahkan bantuan senilai Rp 37,95 miliar bagi para penyintas bencana di Aceh melalui kolaborasi Kemenag, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), dan lembaga zakat.
Nasaruddin mengatakan kehadirannya di Aceh merupakan bagian dari upaya memastikan program kemanusiaan berjalan secara berkelanjutan dan tepat sasaran.
“Sejak awal bencana, jajaran Kementerian Agama sudah bergerak bersama relawan dan mitra zakat. Ini sesuai dengan arahan Bapak Presiden bahwa seluruh unsur pemerintah harus hadir untuk membantu para penyintas. Kami akan sekuat tenaga membantu memulihkan kondisi ini,” kata Nasaruddin.
Baca juga: Harmony Award 2025: Menag Sebut Indeks Harmoni Indonesia Tertinggi Sepanjang Sejarah
Bantuan yang disalurkan difokuskan untuk mendukung pemulihan fasilitas dan satuan kerja Kementerian Agama yang terdampak bencana.
Fasilitas tersebut antara lain Kantor Urusan Agama (KUA), madrasah, dayah, dan masjid di sejumlah wilayah Aceh.
Adapun bantuan yang dibawa meliputi genset, pakaian, selimut, perlengkapan shalat, bahan kebutuhan pokok, hingga mesin penyulingan air bersih.
Selain bantuan tanggap darurat, Menag menegaskan pemerintah juga menyiapkan langkah pemulihan jangka menengah dan jangka panjang.
“Insya Allah dana yang disiapkan akan cukup untuk membangun fasilitas pendidikan, termasuk sekolah yang hanyut saat banjir,” ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Agama hingga 18 Desember 2025, sejumlah Raudhatul Athfal (RA) dan madrasah di Provinsi Aceh dilaporkan hanyut akibat banjir.
Fasilitas pendidikan tersebut antara lain RA Seunong, MIN 5 Pidie Jaya, MIS Pasir, RA Al Hijrah Badrul Ulum, MIS Badrul Ulum, MTs Badrul Ulum, dan MAS Badrul Ulum.
Selain itu, sejumlah RA dan madrasah dilaporkan roboh, yakni RA Al-Ikhlas, MAS Baitul Hidayah, dan MTsS Wih Tenang Uken.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang