Editor
KOMPAS.com — Silaturahmi antara Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar dan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (28/12/2025), menegaskan kembalinya tata kelola PBNU pada hasil Muktamar ke-34 serta berakhirnya ketegangan internal pasca-islah di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.
Pertemuan yang digelar di Pesantren Miftachussunnah, kediaman KH Miftachul Akhyar, berlangsung dalam suasana teduh dan penuh kekeluargaan.
Agenda diisi dengan doa bersama, sholawatan, serta makan nasi talaman sebagai simbol penguatan kebersamaan dan keguyuban pimpinan NU.
Baca juga: Silaturahmi di Surabaya Menandai Berakhirnya Polemik di PBNU
Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf mengatakan, pertemuan tersebut difokuskan untuk memperkuat suasana batin kebersamaan pasca-islah, sementara pembahasan teknis organisasi akan dilakukan pada waktu mendatang.
“Alhamdulillah tadi sudah kumpul semua. Kita bersama-sama berdoa, bersolawat. Mudah-mudahan ke depan akan ada pembicaraan yang lebih lanjut,” ujar Saifullah Yusuf usai pertemuan, dikutip dari Antara.
Gus Ipul—sapaan akrabnya—menegaskan bahwa pembahasan mengenai langkah-langkah organisasi ke depan, termasuk agenda Muktamar Nahdlatul Ulama, akan dibicarakan secara khusus oleh Rais Aam PBNU bersama Ketua Umum PBNU.
“Hari ini kita sudah kumpul, sudah bisa guyup, makan bareng, solawatan. Alhamdulillah,” katanya.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menegaskan bahwa silaturahmi tersebut memperkuat hasil islah yang telah dicapai dalam pertemuan para kiai sepuh NU di Lirboyo. Ia menyatakan bahwa seluruh persoalan yang sempat mencuat telah dianggap selesai.
“Dulu kita berangkat bersama-sama, dan kita akan terus berjalan bersama-sama sampai akhir sesuai mandat pertemuan Lirboyo. Semua hal yang kemarin menjadi persoalan sudah kita anggap lewat. Sudah tidak ada. Kita sudah kembali pada kebersamaan,” ujar Gus Yahya, seperti dikutip dari video Antara.
Pernyataan tersebut sekaligus menegaskan bahwa dinamika internal PBNU telah diselesaikan melalui mekanisme musyawarah dan islah sesuai tradisi jam’iyyah NU.
Sebelumnya, Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar menegaskan bahwa kesepakatan islah di Lirboyo tidak serta-merta mengubah struktur kepengurusan PBNU yang telah ditetapkan melalui Muktamar ke-34.
“Keputusan pleno itu belum dinasakh, belum diralat. Jadi masih berlaku,” ujar KH Miftachul Akhyar kepada wartawan, Jumat (26/12/2025).
Namun hasil Rapat Konsultasi Syuriyah PBNU bersama para Mustasyar di Lirboyo menegaskan bahwa kepemimpinan PBNU hasil Muktamar ke-34 tetap sah dan konstitusional, dengan KH Miftachul Akhyar sebagai Rais Aam dan KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum PBNU.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah Kediri, KH Muhibul Aman, menyebut kesepakatan tersebut sebagai pijakan penting untuk mengakhiri polemik internal dan mengembalikan tata kelola organisasi sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) NU.
Ia menegaskan bahwa tidak terdapat mekanisme pemberhentian Ketua Umum PBNU atau pengangkatan Penjabat Ketua Umum di luar forum Muktamar.
Baca juga: Islah Lirboyo Diperkuat di Surabaya, Gus Yahya: Kita Sudah Kembali pada Kebersamaan
“Oleh karena itu, seluruh keputusan atau tindakan sepihak di luar mekanisme Muktamar adalah tidak sah dan batal demi hukum organisasi,” tegasnya.
Dengan silaturahmi di Surabaya ini, para pimpinan NU mengajak seluruh struktur dan warga Nahdlatul Ulama untuk menghentikan polemik, kembali pada adab jam’iyyah, serta memperkuat persatuan organisasi menjelang persiapan Muktamar ke-35 Nahdlatul Ulama.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang