KOMPAS.com - Al Qadhi Abu Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi bin Muhammad Al Bazzar Al Anshari atau yang lebih dikenal sebagai Al Bazar Al Anshari adalah seorang ulama ahli hadits dari kalangan kaum Anshar.
Al Qadhi Abu Bakar Muhammad pernah punya pengalaman tentang bagaimana keikhlasan akan mendapatkan balasan yang luar biasa dari Allah SWT. Berikut kisahnya seperti dikutip dari buku Masuk Surga Tanpa Ibadah karya Agus Susanto.
Baca juga: Kisah Lukman Al Hakim dan Anaknya: Takdir Allah Selalu yang Terbaik
Al Qadhi Abu Bakar Muhammad menceritakan bahwa ketika berada di Mekah, suatu hari beliau merasa sangat kelaparan dan tidak menemukan sesuatu yang bisa dimakannya.
Tiba-tiba Al Qadhi menemukan sebuah kantong dari sutera yang diikat dengan kaos kaki yang terbuat dari sutera pula. Al Qadhi pun memungutnya dan membawanya pulang. Setelah dibuka, ternyata kantong tersebut berisi sebuah kalung permata yang sangat indah.
Ketika Al Qadhi keluar dari rumah, terdengar seorang bapak tua berteriak mencari kantongnya yang hilang sambil memegang kantong kain yang berisi uang lima ratus dinar.
Bapak tua itu mengatakan, “Barangsiapa yang menemukan dan mengembalikan kantong sutera kepunyaanku, akan kuberi imbalan 500 dinar.”
Mendengar hal tersebut, Al Qadhi berkata dalam hati, “Aku sedang membutuhkan uang untuk membeli makanan. Aku bisa mengambil uang dinar emas itu untuk aku manfaatkan dan mengembalikan kantong sutera ini padanya.”
Al Qadhi kemudian mengajak orang tua itu ke rumahnya dan memperlihatkan kantong yang ditemukannya. Kantong tersebut cocok dengan ciri-ciri yang disebutkan oleh orang tua tersebut.
Al Qadhi pun mengembalikan kantong sutera berisi kalung mutiara itu. Ketika disodori kantong berisi 500 dinar sebagai imbalannya, Al Qadhi mengatakan, “Sudah seharusnya aku mengembalikannya kepadamu tanpa mengambil upah untuk itu.”
Orang tua itu terus memaksa Al Qadhi untuk menerima uang tersebut dan Al Qadhi tetap bersikeras menolaknya. Akhirnya orang tua tersebut mengalah dan pamit meninggalkan rumah Al Qadhi.
Baca juga: Kisah Pencuri Bertaubat: Meninggalkan yang Haram Diganti dengan yang Halal
Selang beberapa waktu setelah kejadian itu, Al Qadhi mengadakan perjalanan dengan perahu. Namun sayang, perahu yang ditumpanginya pecah dan semua penumpangnya meninggal, kecuali Al Qadhi yang selamat karena mampu berpegangan pada sepotong papan.
Al Qadhi terdampar di sebuah pulau yang berpenduduk. Karena tidak tahu harus kemana, Al Qadhi menuju ke masjid di pulau tersebut.
Pada saat sedang membaca Al Quran di masjid, para penduduk mendengarkannya dan meminta Al Qadhi untuk mengajari mereka membaca Al Quran.
Tak hanya sampai di situ, penduduk juga meminta Al Qadhi untuk mengajari mereka menulis Al Quran. Dari hasil mengajar itulah Al Qadhi memperoleh penghasilan dan dapat hidup dengan layak.
Setelah agak lama tinggal di pulau tersebut dan merasa akrab dengan penduduknya, Al Qadhi mendapat tawaran untuk menikahi seorang putri yatim piatu di kampung tersebut yang mempunyai harta cukup banyak.
Pada awalnya, Al Qadhi menolak, namun akhirnya menerima juga saran penduduk. Pada saat dipertemukan dan dinikahkan dengan gadis itu, betapa terkejutnya Al Qadhi melihat kalung yang dikenakan oleh istrinya, yang tak lain adalah kalung mutiara yang ditemukannya dulu.
Baca juga: Kisah Pembunuh 100 Orang yang Masuk ke Dalam Surga
Usut punya usut, ternyata kalung tersebut merupakan kepunyaan ayah dari si gadis, yang tak lain adalah orang yang dulu kehilangan kantong sutera berisi kalung mutiara.
Orang tua tersebut pernah berdoa, “Aku tidak pernah mendapatkan seorang muslim di dunia ini (sebaik) orang yang telah mengembalikan kalung ini kepadaku. Ya Allah, pertemukanlah aku dengan orang itu hingga aku dapat menikahkannya dengan puteriku.”
Akhirnya, Al Qadhi mulai mengarungi kehidupan bersama gadis berkalung permata itu dan dikaruniai dua orang anak. Setelah isterinya meninggal, kalung permata menjadi harta pusaka untuk Al Qadhi dan kedua anaknya.
Tetapi kedua anaknya juga meninggal sehingga kalung permata itu menjadi hak Al Qadhi. Beliau pun menjualnya seharga seratus ribu dinar dan digunakan untuk membiayai kehidupannya.
Dari kisah di atas, dapat diambil pelajaran bahwa keikhlasan itu akan mendatangkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Seseorang tidak perlu khawatir berbuat kebaikan tanpa mengharapkan balasan dari manusia, karena balasan itu akan diberikan oleh Allah SWT dengan cara-Nya.
Keikhlasan dalam berbuat kebaikan akan diganti dengan yang lebih baik di dunia, dan di akhirat akan dibalas dengan surga.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang