Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Kedudukan Anak Menurut Al Quran

Kompas.com, 5 November 2025, 13:31 WIB
Agus Susanto

Penulis

KOMPAS.com - Anak adalah anugerah dari Allah SWT dalam sebuah rumah tangga. Kehadiran anak sangat dinantikan bagi setiap orang tua karena kehadiran anak akan menyempurnakan rumah tangga.

Anak adalah salah satu perhiasan yang terlihat indah dalam pandangan manusia. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam Al Quran.

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ

Artinya: "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)." (Q.S. Ali Imran: 14).

Baca juga: Bolehkah Membawa Anak Kecil ke Masjid? Simak Penjelasannya

Dalam ayat lain disebutkan:

ٱلْمَالُ وَٱلْبَنُونَ زِينَةُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱلْبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا

Artinya: "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan." (Q.S. Al Kahfi: 46).

Meskipun anak merupakan perhiasan dan terasa indah dalam pandangan manusia, ada kalanya anak juga menjadi penyebab munculnya masalah dalam keluarga. Hal ini terjadi karena kedudukan anak tidak semata-mata menghadirkan keindahan, tetapi juga terkadang sebagai ujian.

Berikut ini 3 kedudukan anak berdasarkan ayat-ayat dalam Al Quran.

1. Anak Sebagai Penyejuk Hati

Kedudukan anak yang pertama adalah sebagai penyejuk hati dan penyedap pandangan mata. Inilah kedudukan anak sebagai perhiasan yang menimbulkan keindahan ketika dipandang maupun disanding. Oleh karena itu, Allah SWT memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berdoa agar memiliki anak sebagai penyejuk hati, yaitu anak-anak yang bertakwa.

وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

Artinya: “Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Al Furqan: 74).

Baca juga: Doa Agar Anak Terhindar dari Zina Lengkap dengan Terjemahannya

2. Anak Sebagai Fitnah atau Ujian

Kedudukan anak yang kedua adalah sebagai fitnah atau ujian. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam Al Quran surat Al Anfal ayat 28.

وَاعْلَمُوْٓا اَنَّمَآ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْم

Artinya: “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai ujian dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.”

Raghib Al Isfahani dalam kitab Al Mufradat fi Gharib Al Quran menuliskan bahwa fitnah berasal dari kata fatana yang mempunyai makna dasar membakar logam emas atau perak untuk mengetahui kemurniannya.

Artinya, kehadiran anak sebagai ujian untuk mengetahui apakah manusia dapat menjaga amanah berupa anak untuk dididik menjadi seorang hamba yang bertakwa dan taat kepada Allah SWT atau justru menjadi anak-anak yang rusak fitrahnya dan menjadi anak-anak yang durhaka kepada Allah SWT.

Selain itu, anak sebagai ujian juga bermakna menguji manusia apakah ia lebih mendahulukan cinta kepada Allah SWT daripada kecintaan kepada selainnya, termasuk anak. Sebagaimana Nabi Ibrahim diuji dengan anak untuk membuktikan kecintaan kepada Allah SWT.

Baca juga: Usia Berapa Anak Perempuan Seharusnya Mulai Berhijab dalam Islam?

3. Anak Sebagai Musuh

Dalam surat At Taghabun ayat 14, Allah SWT menyebutkan bahwa anak juga bisa menjadi musuh bagi orang tua.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّ مِنْ اَزْوَاجِكُمْ وَاَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْۚ وَاِنْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Dikutip dari kitab Tafsir Al Muyassar, sesungguhnya diantara para istri dan anak ada yang menjadi musuh, yaitu menghalang-halangi dari jalan Allah SWT dan menggembosi dari ketaatan kepada Allah.

Terkadang hal ini terjadi secara tidak disadari. Kecintaan yang terlalu besar kepada anak menyebabkan orang tua melanggar aturan-aturan Allah SWT untuk menuruti kehendak anak-anak. Oleh karena itu, hal ini harus diwaspadai.

Ketika anak-anak justru menjadi musuh yang dapat menjauhkan dari Allah SWT, maka tugas orang tua adalah membimbing dan memaafkan anak-anak sehingga bisa kembali ke jalan Allah SWT dan menjadi keluarga yang bertakwa.

Demikianlah 3 kedudukan anak dalam Islam. Semoga bermanfaat. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com