KOMPAS.com-Penurunan drastis volume air di Sungai Eufrat membuat dasar sungai terlihat jelas di wilayah Raqqa, Suriah.
Gundukan tanah berkilau menyerupai emas muncul di area yang sebelumnya terendam air.
Fenomena ini memicu warga sekitar berbondong-bondong ke lokasi untuk menggali tanah tersebut dengan harapan menemukan emas.
Laporan Shafaq News menyebutkan, aktivitas penggalian dilakukan secara spontan tanpa pengaturan resmi dan berpotensi membahayakan keselamatan.
Bagi masyarakat setempat, fenomena ini menjadi harapan di tengah krisis air dan ekonomi yang berkepanjangan.
Baca juga: Alasan Sungai Eufrat Tiba-tiba Mengering, Pertanda Buruk?
Fenomena ini kerap dikaitkan dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA.
Dalam hadis Shahih Muslim disebutkan:
"Begitu dekat (hari kiamat) yaitu ketika Sungai Furat menyibak harta kekayaan berupa emas yang terkandung di dalamnya, barangsiapa yang datang kepadanya maka janganlah ia mengambil sesuatu pun darinya."
Dalam riwayat lain disebutkan: "Menyibak gunung emas."
(HR. Muslim)
Selain itu, Shahih Bukhari juga memuat riwayat serupa:
“Tidak lama lagi Eufrat tersingkap perbendaharaan-perbendaharaan emasnya, maka barangsiapa mendatanginya, jangan ia mengambilnya sedikitpun.”
Dalam riwayat lain: “Tersingkap gunung emas.”
(HR. Bukhari no. 7119)
Riwayat-riwayat ini menjadi rujukan utama bagi sebagian pihak yang mengaitkan fenomena surutnya Sungai Eufrat dengan tanda-tanda akhir zaman.
Baca juga: Bukan Emas yang Muncul di Sungai Eufrat Saat Kering, tapi...
Pakar agama asal Irak, Asaad al-Hamdani, yang dikutip Shafaq News, menegaskan bahwa hadis tentang “gunung emas” di Sungai Eufrat memang sahih dan dikenal luas dalam tradisi Sunni.
Namun, ia mengingatkan bahwa menghubungkan hadis ini secara langsung dengan fenomena yang sedang terjadi memerlukan pemahaman mendalam dan kajian komprehensif, baik dari sisi agama maupun sains.
Menurutnya, penafsiran yang tergesa-gesa berpotensi menyesatkan masyarakat dan mengaburkan pesan inti dari hadis.
Baca juga: Sungai Eufrat Mengering, Warga Berlomba Berburu Emas, Mengaitkan dengan Tanda Kiamat
Sungai Eufrat merupakan sungai terpanjang di Asia Barat dengan panjang sekitar 2.800 kilometer.
Alirannya bermula dari pegunungan Anatolia di Turki, melintasi Suriah, dan bermuara di Irak sebelum bergabung dengan Sungai Tigris membentuk Shatt al-Arab yang menuju Teluk Persia.
Sejak ribuan tahun lalu, Eufrat menjadi pusat peradaban Mesopotamia kuno seperti Sumeria, Akkadia, Babilonia, dan Asyur.
Fungsi vitalnya mencakup sumber air minum, irigasi pertanian, perikanan, dan jalur transportasi.
Fenomena surutnya Sungai Eufrat saat ini disebabkan oleh kombinasi faktor alam dan manusia.
Fenomena surutnya Sungai Eufrat tidak terlepas dari faktor-faktor alam dan manusia yang kompleks:
Suhu di kawasan Timur Tengah meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir.
Curah hujan tahunan menurun tajam, memicu kekeringan yang berkepanjangan.
Kompas.com melaporkan bahwa periode kekeringan parah telah berlangsung bertahun-tahun, membuat debit air Eufrat terus menyusut.
Turki membangun Bendungan Ilisu sebagai bagian dari proyek Southeastern Anatolia Project (GAP).
Bendungan ini mengurangi aliran air ke Suriah dan Irak secara signifikan.
ANTARA mencatat bahwa setelah bendungan dioperasikan penuh pada 2019, debit air ke hilir turun di bawah kesepakatan internasional.
Konflik berkepanjangan di Suriah merusak jaringan irigasi dan pompa air.
Banyak kanal tersumbat atau hancur, sehingga distribusi air ke lahan pertanian terhenti.
Sektor pertanian dan warga mengambil air dalam jumlah besar tanpa regulasi ketat.
Hal ini mempercepat penurunan debit sungai.
Menurut Shafaq News, penurunan debit air merusak habitat ikan dan ekosistem sungai.
Lahan pertanian mengering, memicu migrasi penduduk dan memperburuk krisis pangan.
Insinyur geologi Khaled al-Shammari yang dikutip Shafaq News menjelaskan bahwa kilauan di dasar sungai belum tentu berasal dari emas murni.
Mineral seperti pirit atau “emas bodoh” memiliki kilau serupa tetapi tidak memiliki nilai yang sama dengan emas.
Diperlukan analisis laboratorium untuk memastikan kandungan logam tersebut.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!