Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

34,6 Juta Pernikahan Tidak Tercatat, Kemenag Dorong Anak Muda Catat Nikah Resmi

Kompas.com, 30 September 2025, 15:30 WIB
Khairina

Penulis

KOMPAS.com-Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama, Abu Rokhmad, menyoroti fenomena penurunan pencatatan pernikahan di kalangan anak muda Indonesia.

Pada 2025, tercatat sebanyak 1,5 juta pasangan yang resmi menikah, namun jumlah pernikahan tidak tercatat justru jauh lebih tinggi.

Baca juga: 9 Jenis Pernikahan yang Dilarang dalam Islam Lengkap dengan Dalil Alquran dan Hadis

34,6 Juta Pernikahan Tidak Tercatat

Abu Rokhmad menjelaskan bahwa terdapat sekitar 70 juta penduduk Indonesia yang saat ini berada pada usia menikah.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 34,6 juta pernikahan tidak tercatat secara hukum.

“Nikah siri itu sah secara agama, tetapi tidak tercatat di bumi. Akibatnya, istri dan anak tidak terlindungi secara hukum. Kami ingin mendorong agar pernikahan tercatat di langit dan di bumi,” kata Abu Rokhmad dalam Bincang Syariah Goes to Campus di Universitas Indonesia (UI), Depok, Senin (29/9/2025), dilansir dari laman Kemenag.

Baca juga: Kemenag Luncurkan GAS Nikah untuk Dorong Kesadaran Pencatatan Pernikahan

Edukasi Melalui Kampus

Acara Bincang Syariah Goes to Campus diselenggarakan Ditjen Bimas Islam Kemenag.

Kegiatan ini juga telah berlangsung di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta dan UIN Alauddin Makassar.

Kegiatan tersebut menjadi bagian dari rangkaian Blissful Mawlid yang mengangkat tema Membumikan Shalawat, Merawat Jagat.

“Kehadiran kami di UI bukan sekadar seremonial, tetapi untuk membuka kolaborasi riset, edukasi, dan dakwah yang berdampak nyata bagi umat,” tambah Abu Rokhmad.

Mahasiswa Diharapkan Jadi Agen Perubahan

Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah, Arsad Hidayat, mengatakan bahwa program ini menjadi wahana efektif untuk mempertemukan mahasiswa dengan ulama, akademisi, dan influencer keagamaan.

“Kita ingin isu-isu agama tidak hanya dipahami secara tekstual, tetapi juga dikaitkan dengan problem lingkungan, sosial, dan kemanusiaan yang sedang kita hadapi bersama,” ujarnya.

Program Nikah Fest untuk Pasangan Muda

Menurut Arsad, Bimas Islam juga menginisiasi program Nikah Fest di Masjid Istiqlal.

Program ini ditujukan untuk pasangan muda yang siap menikah tetapi terkendala biaya.

Hingga saat ini, ada 100 pasangan yang telah melangsungkan pernikahan melalui program tersebut.

Bahkan, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) turut membantu pasangan muda dengan dukungan biaya usaha pasca menikah.

“Ini bagian dari ikhtiar menjaga generasi muda agar siap membangun keluarga sakinah,” jelas Arsad.

Dorong Konten Positif tentang Masjid

Selain itu, Bimas Islam juga menggandeng komunitas masjid travelers dan influencer media sosial.

Kolaborasi ini bertujuan mengampanyekan konten positif tentang masjid di ruang digital.

Dengan kerja sama bersama kampus seperti UI, gerakan ini diharapkan semakin mengakar.

“Kita ingin mahasiswa tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga peduli lingkungan, sosial, dan keagamaan,” pungkas Arsad.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com