Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Tragedi Al Khoziny, Kemenag Gandeng Basarnas Benahi Keamanan Pesantren

Kompas.com - 11/10/2025, 07:49 WIB
Farid Assifa

Editor

Sumber Kemenag

KOMPAS.com – Tragedi ambruknya bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, yang merenggut puluhan nyawa santri, menjadi momentum penting bagi Kementerian Agama (Kemenag) untuk berbenah.

Kini, Kemenag menggandeng Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) guna memperkuat sistem mitigasi risiko di lingkungan pesantren seluruh Indonesia.

Direktur Pesantren Kemenag, Basnang Said, mengatakan kolaborasi ini merupakan bentuk tanggung jawab moral agar kejadian serupa tidak terulang.

Baca juga: Hukum Berdoa di Media Sosial Menurut Muhammadiyah

“Kami sangat berduka atas musibah yang menimpa para santri di Sidoarjo. Namun, duka ini juga menjadi panggilan moral bagi kita untuk berbenah,” ujar Basnang di Jakarta, Jumat (10/10/2025).

Basnang menjelaskan, langkah awal yang ditempuh adalah membangun sistem mitigasi risiko berbasis pendataan, pembinaan, dan peningkatan kapasitas kelembagaan pesantren.

Menurutnya, keselamatan santri dan kelayakan bangunan harus menjadi bagian dari standar penyelenggaraan pendidikan keagamaan.

“Kami ingin memastikan setiap satuan pendidikan keagamaan memiliki standar keamanan yang memadai, agar santri dapat belajar dan tinggal dengan aman,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Subdirektorat Pengerahan dan Pengendalian Operasi Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia Basarnas RI, Emi Freezer, mengungkapkan bahwa hasil investigasi awal menunjukkan penyebab utama ambruknya bangunan di Pesantren Al Khoziny adalah kegagalan konstruksi.

“Tidak adanya struktur penyangga bertahap membuat bangunan runtuh total. Ini menjadi pembelajaran penting bahwa gedung pendidikan, termasuk pesantren, harus memenuhi standar teknis dan keselamatan,” jelas Emi.

Basarnas mencatat tragedi tersebut sebagai salah satu bencana non-alam terbesar tahun 2025, dengan korban meninggal mencapai 67 santri.

Baca juga: Gus Yahya: Kerja Bakti Santri Bukan Eksploitasi, Tapi Tradisi Pendidikan Pesantren

“Kami siap memperkuat sinergi dengan Kemenag dan lembaga terkait untuk memastikan kesiapsiagaan serta penanggulangan risiko di pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan lainnya,” ujar Emi.

Kemenag menegaskan, kerja sama lintas sektor ini diharapkan menjadi pijakan strategis untuk membangun pesantren yang aman, tangguh, dan berkelanjutan—tempat para santri menimba ilmu dalam suasana yang penuh perlindungan dan kasih sayang.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com