Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hikmah di Balik Bencana Alam: Panduan Islam Menghadapi Musibah dengan Bijak

Kompas.com, 12 Desember 2025, 20:03 WIB
Khairina

Editor

Sumber MUI

KOMPAS.com-Bencana alam seperti gempa bumi, banjir, tsunami, atau erupsi gunung berapi adalah peristiwa yang berada di luar kendali manusia. Namun, bagi seorang Muslim, musibah bukan sekadar kejadian alam biasa.

Musibah merupakan tanda kebesaran Allah SWT serta peringatan agar manusia kembali merenung dan mengingat-Nya.

Peristiwa-peristiwa alam ini mengingatkan kita bahwa tidak ada yang terjadi tanpa izin Allah.

Segala sesuatu di alam semesta ini sudah diatur oleh Allah SWT, sesuai dengan kehendak dan hikmah-Nya.

Baca juga: 7 Pelajaran Berharga di Balik Bencana Banjir di Sumatera Menurut Islam

Dilansir dari laman MUI, keyakinan pertama yang perlu ditanamkan adalah bahwa setiap kejadian berada dalam genggaman kekuasaan Allah. Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya:

وَعِنْدَهٗ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ اِلَّا هُوَۗ

“Kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahuinya selain Dia.” (QS Al-An‘am: 59)

Ayat ini menegaskan bahwa semua hal yang tampak maupun yang tersembunyi berada di tangan Allah.

Seorang mukmin harus meyakini bahwa setiap musibah mengandung hikmah besar yang Allah kehendaki demi kebaikan hamba-Nya.

Baca juga: PBNU Gerakkan Satu Juta Keluarga NU untuk Bantu Korban Bencana di Sumatera

Oleh karena itu, ketika terjadi bencana seperti gempa atau banjir, kita perlu memahaminya sebagai peringatan lembut dari Allah untuk memperbaiki diri.

Musibah adalah panggilan untuk memperbanyak istighfar, menata hati, dan meningkatkan ketakwaan.

Dari sinilah kita mulai mengambil hikmah serta kewajiban yang harus dilakukan, di antaranya adalah:

Memohon dan berdoa kepada Allah SWT

Saat musibah datang, baik itu gempa, banjir, atau bencana lainnya, seorang mukmin harus semakin mendekatkan diri kepada Allah, bukan menjauh.

Musibah seharusnya menjadi momen untuk melembutkan hati, menyadarkan diri, dan kembali kepada-Nya dengan penuh ketundukan. Namun, seringkali manusia lalai; bencana datang, tetapi hati tetap keras dan tidak kembali kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT:

أَفَلَا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلٰكِنْ قَسَتْ قُلُوْبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطٰنُ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Namun mengapa mereka tidak tunduk merendahkan diri ketika siksaan Kami datang menimpa mereka? Bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan setan menjadikan indah apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS Al-An’am: 43)

Baca juga: Khutbah Jumat Singkat: Pelajaran Berharga Dari Bencana Banjir di Sumatera

Bersyukur atas keselamatan yang Allah berikan

Ketika melihat orang lain tertimpa musibah, seorang mukmin diajarkan untuk memuji Allah karena telah diselamatkan dari ujian tersebut.

Syukur seperti ini bukan untuk merendahkan orang yang terkena musibah, melainkan sebagai bentuk pengakuan bahwa keselamatan adalah semata-mata karunia Allah, bukan karena kekuatan kita sendiri.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan dalam Sunan Tirmidzi bahwa siapa yang melihat orang lain tertimpa musibah lalu memuji Allah karena ia diselamatkan, maka Allah akan menjaganya dari musibah tersebut.

Rasa Takut kepada Allah dan Murka-Nya

Setiap bencana yang terjadi adalah peringatan agar manusia tidak merasa aman dari murka Allah SWT.

Rasa takut yang benar (khauf) adalah sifat mulia yang membuat seorang mukmin menjaga diri dari dosa, berhati-hati dalam perbuatan, serta menyadari betapa besarnya kekuasaan Allah atas alam semesta.

Allah menegaskan dalam ayat-ayat-Nya seperti QS Al-Isra: 59, Al-A’raf: 97–98, dan Al-Mulk: 16–18 bahwa berbagai bencana dan kejadian menakutkan adalah peringatan bagi manusia agar mereka tidak lalai.

Baca juga: Ketua Umum PP Muhammadiyah Instruksikan Infak Jumat Dialihkan untuk Korban Bencana

Bertobat dan Memohon Ampunan

Musibah sering kali menjadi pengingat bahwa dosa-dosa manusia memiliki konsekuensi. Namun, dalam waktu yang sama, Allah membuka pintu rahmat-Nya dan mengajak manusia untuk kembali bertaubat.

Tobat merupakan jalan utama untuk menghilangkan sebab-sebab yang mendatangkan murka Allah dan membuka pertolongan-Nya.

Allah menegaskan dalam QS Asy-Syura: 30 bahwa musibah terjadi akibat perbuatan manusia, namun Allah juga memaafkan sebagian besar kesalahan tersebut.

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS Asy-Syura: 30)

Dalam QS Al-Anfal: 33, Allah menjelaskan bahwa suatu kaum tidak akan diazab selama mereka tetap memohon ampun kepada-Nya.

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS Al-Anfal: 33)

Ulama seperti Qatadah, Ibnu Mas’ud, dan Ibnul Qayyim menyatakan bahwa bencana besar adalah ajakan agar manusia bertobat dan meninggalkan dosa.

Dengan memahami hikmah-hikmah ini, seorang mukmin tidak hanya melihat bencana sebagai sebuah ketakutan, tetapi sebagai momentum untuk mendekat kepada Allah dan memperbaiki diri.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Panduan Lengkap Sholat Tahajud: Niat, Tata Cara, hingga Doa Panjang Rasulullah SAW
Panduan Lengkap Sholat Tahajud: Niat, Tata Cara, hingga Doa Panjang Rasulullah SAW
Aktual
Kemenhaj Arab Saudi Imbau Jemaah Tak Tiduran di Masjid, Ini Alasannya
Kemenhaj Arab Saudi Imbau Jemaah Tak Tiduran di Masjid, Ini Alasannya
Aktual
Kiai Kampung Desak Pemerintah Libatkan Swasta Bersihkan Kayu Gelondongan di Lokasi Bencana
Kiai Kampung Desak Pemerintah Libatkan Swasta Bersihkan Kayu Gelondongan di Lokasi Bencana
Aktual
Bandara Taif Jadi Alternatif Haji, Masa Tinggal Bisa Dipangkas Jadi 35 Hari
Bandara Taif Jadi Alternatif Haji, Masa Tinggal Bisa Dipangkas Jadi 35 Hari
Aktual
Hikmah di Balik Bencana Alam: Panduan Islam Menghadapi Musibah dengan Bijak
Hikmah di Balik Bencana Alam: Panduan Islam Menghadapi Musibah dengan Bijak
Aktual
7 Pelajaran Berharga di Balik Bencana Banjir di Sumatera Menurut Islam
7 Pelajaran Berharga di Balik Bencana Banjir di Sumatera Menurut Islam
Aktual
Hukum Walimah dalam Islam: Wajib atau Sunnah Muakkadah?
Hukum Walimah dalam Islam: Wajib atau Sunnah Muakkadah?
Aktual
Kemenag-BP Taskin Sinergi, Kelola Dana Umat Rp 1200 T Atasi Kemiskinan
Kemenag-BP Taskin Sinergi, Kelola Dana Umat Rp 1200 T Atasi Kemiskinan
Aktual
Batas Akhir Pelunasan Biaya Haji 2026 Tahap 1, Cek Jadwalnya!
Batas Akhir Pelunasan Biaya Haji 2026 Tahap 1, Cek Jadwalnya!
Aktual
Doa Terbaik untuk Pengantin Baru Agar Rumah Tangga Langgeng dan Penuh Berkah
Doa Terbaik untuk Pengantin Baru Agar Rumah Tangga Langgeng dan Penuh Berkah
Doa dan Niat
Doa Agar Hidup Berkah dan Beruntung dalam Segala Urusan
Doa Agar Hidup Berkah dan Beruntung dalam Segala Urusan
Doa dan Niat
Wamenhaj: Manipulasi Kuota Haji Harus Dibersihkan hingga ke Akar
Wamenhaj: Manipulasi Kuota Haji Harus Dibersihkan hingga ke Akar
Aktual
Rekonstruksi Ponpes Al Khoziny, Cak Imin: Semoga Tidak Dikorupsi
Rekonstruksi Ponpes Al Khoziny, Cak Imin: Semoga Tidak Dikorupsi
Aktual
MUI Soroti Jomplangnya Penghimpunan Zakat: Baru Terkumpul Rp 41 T dari Potensi Rp 327 T
MUI Soroti Jomplangnya Penghimpunan Zakat: Baru Terkumpul Rp 41 T dari Potensi Rp 327 T
Aktual
Tata Cara Mandi Shalat Jumat Lengkap dengan Niatnya
Tata Cara Mandi Shalat Jumat Lengkap dengan Niatnya
Doa dan Niat
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com