Editor
KOMPAS.com - Kementerian Agama mengungkap temuan penting dalam hasil Asesmen Pendidikan Agama Islam (PAI) 2025.
Data menunjukkan sebanyak 58,26 persen guru Pendidikan Agama Islam (PAI) jenjang SD di Indonesia belum fasih membaca Al Quran atau masih berada pada kategori pratama atau dasar.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Amien Suyitno, menyebut kondisi tersebut sebagai tantangan serius bagi kualitas pendidikan keagamaan di sekolah dasar.
“Guru PAI adalah ujung tombak pendidikan keagamaan di sekolah. Ketika lebih dari separuh guru PAI SD belum fasih membaca Al Quran, ini menjadi tantangan serius yang harus dijawab dengan kebijakan yang sistematis dan berkelanjutan,” ujar Suyitno di Jakarta, Selasa (30/12/2025).
Baca juga: Menag Sebut Kemampuan Baca Al Quran Guru Agama Masih Lemah
Asesmen ini dilakukan terhadap 160.143 guru PAI SD/SDLB di seluruh Indonesia yang mengikuti tes dan kuesioner melalui aplikasi SIAGA Kementerian Agama.
Proses penilaian menggunakan metode triangulasi yang dilakukan oleh Lembaga Taḥsin dan Taḥfīẓ Al-Qur’an (LTTQ) Universitas PTIQ Jakarta, dengan tingkat kepercayaan tinggi pada agregat nasional maupun daerah.
Selain kategori pratama yang mendominasi, hasil asesmen juga mencatat 30,4 persen guru berada pada kategori madya, sementara hanya 11,3 persen yang masuk kategori mahir. Adapun 27,51 persen guru PAI dinilai membutuhkan perhatian khusus.
Secara kuantitatif, Indeks Membaca Al Quran guru PAI SD/SDLB berada pada angka rata-rata 57,17, yang masuk kategori rendah.
Analisis indikator menunjukkan kelemahan paling menonjol terdapat pada pemahaman hukum bacaan tajwid, dengan skor terendah dibandingkan indikator membaca lainnya.
Suyitno menegaskan rendahnya indeks tersebut tidak bisa dilepaskan dari beragam faktor, mulai dari variasi latar belakang pendidikan guru, keterbatasan akses penguatan kompetensi, hingga belum optimalnya integrasi kemampuan membaca Al Quran dalam sistem pembinaan karier guru PAI.
“Ke depan, penguatan kompetensi membaca Al Quran harus menjadi bagian integral dari rekrutmen, sertifikasi, hingga penilaian kinerja guru PAI,” tegasnya.
Senada dengan itu, Direktur Pendidikan Agama Islam Kemenag, M Munir, menilai temuan asesmen ini memberikan dasar yang kuat bagi penajaman program intervensi ke depan.
“Data ini sangat jelas menunjukkan bahwa persoalan utama bukan hanya pada aspek pedagogik, tetapi pada kompetensi dasar guru PAI itu sendiri, khususnya kemampuan membaca Al Quran secara tartil dan sesuai kaidah tajwid,” kata Munir.
Menurut Munir, dominasi kategori pratama menunjukkan sebagian besar guru masih berada pada level membaca dasar dan belum mencapai kefasihan ideal sebagai teladan bagi siswa.
“Jika guru masih terbata-bata atau belum memahami tajwid dengan baik, maka proses transfer literasi Al Quran kepada siswa akan ikut terdampak. Ini menjelaskan mengapa kemampuan membaca Al Quran siswa SD juga masih didominasi kategori dasar,” ujarnya.
Sebagai tindak lanjut, Kementerian Agama merekomendasikan sejumlah langkah strategis. Di antaranya penguatan kompetensi profesional guru PAI, intervensi khusus bagi guru yang masih berada pada kategori pratama, serta penilaian kemampuan membaca Al Quran dalam proses rekrutmen dan pengembangan karier fungsional.
Baca juga: Calon Petugas Haji 2026 Bakal Jalani Diklat Semi-Militer, Ini Tujuannya
Selain itu, Kemenag juga mendorong reorientasi program sertifikasi guru PAI dengan memasukkan indikator kemampuan membaca Al Quran, pelibatan pesantren, perguruan tinggi keagamaan Islam, dan lembaga pendidikan Al Quran sebagai mitra strategis, serta dukungan studi lanjut bagi guru PAI SD/SDLB.
Evaluasi berkala melalui asesmen nasional membaca Al Quran dan PAI juga akan terus dilakukan untuk memantau peningkatan kualitas pendidikan keagamaan di tingkat dasar.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang