KOMPAS.com - Sirah Nabawiyah artinya perjalanan hidup Nabi, dalam hal ini Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW adalah teladan kehidupan bagi seluruh umat manusia sehingga perjalanan hidupnya patut dipelajari.
Seseorang yang mengetahui perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, ia akan dapat mengambil pelajaran dan manfaat dari kisah perjalanan tersebut. Untuk mengetahui secara garis besar perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, berikut pemaparannya berdasar buku Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam.
Baca juga: Kisah Pasukan Bergajah Menjelang Lahirnya Rasulullah SAW
Kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW dimulai ketika Abdul Muthalib menikahkan putranya yang bernama Abdullah dengan anak perempuan dari pemimpin Bani Zuhrah, yaitu Aminah binti Wahab.
Abdullah dan Aminah pun menikah dan menghabiskan waktu bersama selama sepuluh hari. Setelah itu Abdullah harus meninggalkan Aminah untuk berdagang ke Syam. Saat ditinggalkan, Aminah sudah dalam keadaan mengandung. Sayangnya, Abdullah tidak pernah pulang lagi karena meninggal dan dimakamkan di Yatsrib atau Madinah.
Saat Abdullah meninggal, usia kandungan Aminah sudah 6 bulan. Waktu pun berlalu hingga akhirnya lahirlah bayi Aminah yang diberi nama Muhammad oleh kakeknya, Abdul Muthalib.
Bayi Muhammad lahir pada hari Senin, bulan Rabiul Awal tahun gajah. Disebut tahun gajah karena kelahiran Nabi Muhammad berdekatan dengan saat terjadinya penyerangan pasukan bergajah pimpinan Abrahah dari Yaman. Dalam tahun masehi, lahirnya Nabi Muhammad SAW terjadi pada tahun 571.
Setelah lahir, Nabi Muhammad pada awalnya disusui oleh Tsuwaibah, budak Abu Lahab yang dibebaskan. Penduduk Mekkah saat itu mengenal tradisi menyusukan anaknya kepada orang lain.
Tak lama kemudian, Nabi Muhammad dibawa oleh Halimatus Sa'diyah untuk disusukan hingga usia 2 tahun.
Baca juga: Kisah Penyusuan Nabi Muhammad SAW kepada Halimah Sa’diyah
Nabi Muhammad kembali diasuh oleh Halimatus Sa'diyah hingga usia 4-5 tahun. Nabi Muhammad dikembalikan dan diasuh oleh Aminah. Nabi dalam pengasuhan ibunya sampai usia 6 tahun karena ditinggal meninggal sang ibu saat berkunjung ke Madinah untuk berziarah ke makam ayah Nabi Muhammad.
Sepeninggal sang ibu, Nabi Muhammad SAW diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib sampai usia 8 tahun. Abdul Muthalib meninggal saat usia Nabi menginjak 8 tahun. Pengasuhan kemudian beralih ke pamannya Abu Thalib.
Sejak kecil, Nabi Muhammad rajin membantu pamannya untuk menggembalakan kambing. Dan ketika usianya sudah sampai 12 tahun, ia diajak untuk berdagang ke Syam. Saat itulah Abu Thalib bertemu dengn Pendeta Bahira yang mengabarkan bahwa ada tanda-tanda kenabian pada keponakannya.
Untuk itu, Pendeta Bahira menasehatkan agar segera kembali ke Mekkah dan menjaga dengan baik keponakannya. Salah satu tanda kenabian saat itu adalah Nabi Muhammad selalu dinaungi awan ketika berjalan.
Di masa remaja, Nabi Muhammad SAW tumbuh menjadi remaja yang gagah dan pedagang yang amanah. Ia dijuluki sebagai al amin atau orang yang dapat dipercaya dan amanah. Ia mendapat kepercayaan untuk membawa dagangan para saudagar Mekkah untuk dijajakan ke Syam dan negeri-negeri lain.
Baca juga: Kisah Kehidupan Masa Remaja Nabi Muhammad SAW
Salah satu saudagar yang mempercayakan dagangannya kepada Nabi Muhammad adalah seorang janda kaya bernama Khadijah binti Khuwailid. Nabi membawa dagangan tersebut ke Syam bersama dengan pembantu Khadijah yang bernama Maisarah.
Sepulang dari berdagang, Maisarah menceritakan betapa luar biasanya Nabi Muhammad dalam berdagang. Dan selama jalan bersama, Nabi Muhammad selalu dinaungi awan yang menjaganya dari panas.
Cerita Maisarah ini membuat Khadijah takjub dan berhasrat untuk menikahi Nabi Muhammad. Keinginan pun disampaikan, Nabi Muhammad menyambut ajakan nikah itu dengan mengajak pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib untuk meminang Khadijah.
Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad SAW menikah dengan Khadijah yang saat itu sudah berusia 40 tahun. Meskipun ada sebagian yang menuliskan usia Khadijah saat itu 28 tahun.
Dari pernikahan tersebut, lahirlah 4 putri yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kutsum, dan Fatimah serta 2 putra, yaitu Abdullah dan Qasim.
Baca juga: Kisah Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah Binti Khuwailid
Menjelang usia 40 tahun, Nabi Muhammad sering merasakan kegelisahan mengenai kondisi masyarakat yang semakin rusak. Maka Nabi Muhammad SAW sering bertahanuts (menyendiri untuk beribadah dan menjauhkan diri dari dosa) di Gua Hira'.
Nabi Muhammad bisa menghabiskan waktu selama beberapa hari, bahkan bulan untuk bertahanuts di gua Hira'. Lebih intensif lagi menjelang diangkat menjadi Nabi. Pada bulan Ramadhan tanggal 17 tiga belas tahun sebelum Hijriah, Nabi didatangi Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu pertama, yaitu surat Al 'Alaq ayat 1-5.
Turunnya Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu ini menandai pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir.
Baca juga: Kisah Pengangkatan Menjadi Nabi dan Turunnya Wahyu Pertama
Tugas seorang Nabi dan Rasul adalah menyebarkan risalah kepada kaumnya. Nabi Muhammad kemudian memberitahukan tentang Islam kepada keluarga, kerabat dekat, dan pra sahabat. Ada beberapa orang yang menerimanya dan ada pula yang menolaknya.
Orang-orang yang pertama kali memeluk Islam disebut dengan Assabiqunal Awwalun, jumlahnya sekitar 30-40 orang.
Dakwah kemudian meluas ke seluruh masyarakat di Mekkah. Dakwah tersebut ternyata tidak mudah. Tokoh-tokoh Quraisy banyak yang menentang dakwah Nabi, terutama pamannya Abu Lahab atau Abdul Uzza bin Abdul Muthalib.
Dakwah di Mekkah semakin berat ketika istri tercinta, Khadijah, dan paman yang melindunginya, Abu Thalib meninggal. Nabi Muhammad kemudian berusaha melebarkan dakwahnya ke Thaif, tetapi penolakan keras yang justru didapatkan.
Beratnya dakwah di Mekkah ini kemudian mendapat jalan keluar ketika Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW beserta umat Islam untuk berhijrah ke Madinah.
Baca juga: Kisah Dakwah Rasulullah Muhammad SAW di Awal Penyebaran Agama Islam
Setelah berhijrah ke Madinah, dakwah Islam menemui titik kemudahan. Mayoritas masyakarat Madinah menerima dakwah Nabi Muhammad dengan baik. Di sinilah Islam berkembang dengan pesat dan menjadi sebuah kekuatan besar di masyarakat.
Perlahan-lahan, berbagai hambatan yang menghalangi dakwah Islam satu persatu berhasil disingkirkan, entah melalui diplomasi maupun peperangan. Berbagai peperangan dimenangkan umat Islam, kecuali pada perang Uhud.
Di Perang Uhud, umat Islam menderita kekalahan akibat ketidak disiplinan pasukan pemanah yang harusnya berjaga hingga peperangan usai. Namun mereka terburu-buru turun untuk turut berebut harta rampasan perang. Akibatnya, kemenangan yang sudah di depan mata sirna, berganti kekalahan yang memilukan.
Puncak dari perjuangan Nabi Muhammad dan Umat Islam datang setelah berhasil menaklukkan Mekkah tanpa kekerasan. Peristiwa ini disebut dengan Fathu Makkah. Islam akhirnya berkembang pesat diseantero jazirah Arab.
Baca juga: Alasan Penduduk Madinah Menerima Islam dengan Tangan Terbuka
Kemenangan gemilang umat Islam terhadap musuh yang selama ini menentang dakwah dengan keras, yaitu kaum kafir Quraisy menandai kesuksesan Nabi Muhammad SAW dalam mengemban risalah Kenabian.
Ketika risalah sudah sempurna dan membumi, maka tugas risalah sudah selesai. Itulah saat Nabi Muhammad SAW untuk kembali ke Pangkuan Allah SWT.
tepat pada Hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal, tahun ke-11 hijriah, Nabi Muhammad SAW wafat. Sang Nabi Agung dikebumikan di kamarnya. Kepemimpinan Islam pun beralih kepada Abu Bakar Ash Shiddiq.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang