KOMPAS.com - Turunnya surat Al Mudatsir ayat 1-7 menandai dimulainya perintah untuk berdakwah. Secara umum, dakwah Rasulullah Muhammad SAW pada awal penyebaran agama Islam dibagi menjadi dua, yaitu dakwah secara sembunyi-sembunyi dan dakwah secara terang-terangan.
Berikut ini kisah dakwah Rasulullah Muhammad SAW pada awal penyebaran agama Islam.
Baca juga: Kisah Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Dakwah pertama Rasulullah Muhammad SAW disampaikan kepada orang-orang terdekatnya, yaitu keluarga dan para sahabat Beliau.
Khadijah merupakan wanita yang pertama-tama masuk Islam, kemudian diikuti oleh sepupu Beliau Ali bin Abi Thalib yang saat itu masih berusia 10 tahun.
Selain itu, pada hari bertama berdakwah, masuk Islam pula pembantu Rasulullah Zaid bin Haritsah dan sahabat Beliau Abu Bakar.
Abu Bakar sangat dalam berdakwah. Berkat seruannya, masuk Islam beberapa orang, seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash, dan Thalhah bin Ubaidillah.
Berturut-turut masuk Islam pula Bilal bin Rabbah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Abu Salamah, Arqam bin Abil Arqam, Utsman bin Mazh’un, Qudamah, Abdullah, Ubaidah bin Harits, Said bin Zaid, Fathimah bin Khattab, Asma’ binti Abu Bakar, Aisyah binti Abu Bakar, Khabbab bin Aratt, dan Abdullah bin Mas’ud.
Baca juga: Kisah Pasukan Bergajah Menjelang Lahirnya Rasulullah SAW
Mereka yang mula-mula masuk Islam ini disebut sebagai Assabiqunal awwalun. Menurut sejarawan, jumlahnya sekitar 40 orang.
Pada awal disyariatkannya Islam, Allah memerintahka untuk melaksanakan sholat tetapi belum lima waktu. Menurut Muqatil bin Sulaiman, kewajiban sholat saat itu hanya dua waktu saja, yaitu sholat dua rakaat di pagi hari dan dua rakaat di petang hari.
Tata cara sholat dan wudhu diajarkan secara langsung oleh Malaikat Jibril kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Sholat pada waktu itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Suatu hari, Abu Thalib memergoki Rasulullah dan Ali bin Abu Thalib sedang melaksanakan sholat.
Meski tidak masuk Islam, Abu Thalib memberikan semangat kepada mereka untuk menguatkan hati dalam menjalankan perintah tersebut.
Baca juga: Kisah Penyusuan Nabi Muhammad SAW kepada Halimah Sa’diyah
Setelah dakwah secara sembunyi-sembunyi berjalan selama tiga tahun, Allah SWT kemudian memerintahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW untuk berdakwah secara terang-terangan.
فَٱصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْمُشْرِكِينَ
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Q.S. al-Hijr: 94).
Kelompok yang diseru pertama kali pada fase dakwah secara terang-terangan adalah keluarga besar Beliau, yaitu Bani Hasyim.
Rasulullah Muhammad SAW mengumpulkan mereka dan menyampaikan dakwahnya. Berbagai reaksi muncul dalam dakwah itu. Abu Thalib sebagai orang yang sangat sayang kepada Rasulullah Muhammad SAW menyampaikan dukungannya meskipun tidak mau meninggalkan agama lamanya.
“Kami tidak suka menolongmu, menjadi penasihatmu dan membenarkan perkataanmu. Orang-orang yang menjadi bani bapakmu ini sudah bersepakat. Aku hanya segelintir orang diantara mereka. Namun akulah orang yang pertama kali mendukung apa yang engkau sukai. Maka lanjutkanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Demi Allah, aku senantiasa akan menjaga dan melindungimu, namun aku tidak mempunyai pilihan lain untuk meninggalkan agama Bani Abdul Muthalib,” ujar Abu Thalib.
Baca juga: Kisah Hidup Nabi Muhammad SAW: Masa Pengasuhan Ibu, Kakek, dan Paman
Sementara paman lain Rasulullah, yaitu Abu Lahab menentangnya, “Demi Allah! Ini adalah kabar buruk. Ambillah Tindakan terhadap lainnya sebelum orang lain melakukannya.”
Namun berkat perlindungan Abu Thalib, Abu Lahab tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan perlindungan ini pula, Rasulullah Muhammad SAW kemudian menyeru kepada kaum Quraisy secara umum.
Beliau mengumpulkan masyarakat Quraisy di bukit Shafa dan menyampaikan dakwahnya.
Dakwah tersebut ditentang keras oleh Abu Lahab, “Celakalah engkau untuk selama-lamanya. Untuk inikah engkau menggumpulkan kami?” Allah kemudian membalas perkataan Abu Lahab ini dengan menurutkan surat Al Lahab.
Semakin gencarnya dakwah Rasulullah Muhammad SAW menyebabkan para pemuka kaum Quraisy khawatir. Mereka melakukan berbagai upaya untuk menghalangi dakwah Beliau, apalagi musim haji akan segera tiba.
Untuk menghalangi dakwah Rasulullah, para pemuka Quraisy berkumpul di tempat Al Walid bin Mughirah untuk menentukan sikap. Mereka mengusulkan untuk menyebut Muhammad sebagai seorang dukun, orang gila, penyair, dan penyihir. Sayangnya pendapat itu dimentahkan semua oleh Al Walid karena tuduhan itu tidak sesuai dengan kondisi Rasulullah.
“Demi Allah, perkataan Muhammad benar-benar manis, pangkalnya benar-benar cerdik dan cabangnya benar-benar matang. Tidaklah kalian mengucapkan sedikit saja dari perkataan tersebut melainkan dia mengetahui bahwa itu bukanlah hal yang batil. Namun sebutan yang paling mirip untuk dia adalah penyihir. Dia datang membawa suatu perkataan menyerupai sihir yang bisa memisahkan antara seseorang dengan bapaknya, seseorang dengan saudaranya, seseorang dengan istrinya, seseorang dengan kerabat dekatnya sehingga kalian berpecah belah karenanya,” ucap Al Walid.
Baca juga: Kisah Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah Binti Khuwailid
Ketika musim haji tiba, Rasulullah Muhammad SAW benar-benar gencar melaksanakan dakwahnya sehingga Namanya menyebar di seantero Jazirah Arab, meskipun saat itu belum banyak yang menerima seruannya.
Demi menghambat dakwah Rasulullah, para pemuka Quraisy menempuh berbagai cara, mulai dari melontarkan hinaan dan ejekan, menjelek-jelekkan ajaran Beliau, mencari tandingan, dan melakukan berbagai penawaran.
Salah satu tawaran kepada Beliau adalah untuk saling bergantian dalam menyembah sesembahan. Hal ini menjadi asbabun nuzul turunnya surat Al Kafirun. Ada juga tawaran bersifat duniawi untuk Rasulullah Muhammad SAW seperti kedudukan, harta, dan wanita agar mau meninggalkan dakwah, namun semua ditampik.
Ada satu ungkapan Rasulullah yang sangat terkenal untuk menolak tawaran menghentikan dakwah: “Walaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku berpaling dari risalah yang aku bawa, aku tidak akan berhenti sampai Allah SWT mengantarkan aku pada kejayaan Islam atau aku binasa karenanya.“
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini