KOMPAS.dom - Pada saat berusia 40 tahun, Nabi Muhammad diangkat menjadi Nabi dan Rasul Terakhir. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 17 Ramadhan.
Berikut kisah lengkap dari peristiwa tersebut.
Sebelum diangkat menjadi Utusan Allah, Nabi Muhammad kerap merasakan keprihatinan atas kondisi masyarakat saat itu.
Berbagai bentuk penyimpangan yang ada membuat Nabi Muhammad bersedih dan kerap mengasingkan diri di dalam gua Hira’ yang terletak di Jabal Nur. Letaknya sekitar dua mil dari kota Mekkah. Aktivitas Nabi Muhammad ini kerap disebut dengan tahanuts atau uzlah.
Baca juga: Kisah Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Tahanuts mempunyai pengertian menyendiri untuk melakukan ibadah atau mendekatkan diri kepada Allah. Tentu ibadah yang dilakukan sesuai dengan keyakinan agama Ibrahim yang masih ada sisa-sisanya saat itu.
Sedangkan uzlah mempunyai makna mengasingkan diri. Keduanya biasa disebut untuk membahasakan aktivitas Nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi Nabi.
Nabi Muhammad biasa melakukan tahanuts selama berhari-hari. Oleh karena itu, Nabi Muhammad membawa bekal makanan ke dalam gua dan acapkali membagikannya kepada orang-orang miskin yang ditemuinya.
Pada bulan Rajab dan Ramadhan, bahkan Nabi Muhammad bisa menghabiskan sebulan penuh berada di dalam gua.
Nabi Muhammad mulai membiasakan bertahanuts selama tiga tahun sebelum turunnya Nubuwah.
Sementara dalam 6 bulan terakhir sebelum masa kenabian, Nabi Muhammad kerap bermimpi yang merupakan salah satu dari tanda-tanda nubuwah.
Baca juga: Kisah Penyusuan Nabi Muhammad SAW kepada Halimah Sa’diyah
Ketika sedang bertahanuts di Gua Hira, Rasulullah didatangi Malaikat Jibril saat sedang tidur sebagaimana Sabda Rasulullah:
"Jibril mendatangiku saat aku tidur dengan membawa secarik kain sutera yang di dalamnya terdapat tulisan."
Malaikat Jibril berkata: "Bacalah!"
Aku berkata: "Aku tidak bisa membaca."
Malaikat Jibril mendekapku dengan kain sutera tersebut hingga aku merasa seolah-olah sudah mati kemudian ia melepasku dan berkata: "Bacalah!"
Aku menjawab: "Apa yang mesti aku baca?"
Malaikat Jibril mendekapku dengan kain sutera itu hingga aku merasa seolah-olah sudah mati, kemudian ia melepasku kembali dan berkata: "Bacalah!"
Aku berkata: "Apa yang mesti aku baca?"
Jibril kembali mendekap kembali diri dengan sangat kencang dengan kain sutera tersebut hingga aku merasa seolah-olah sudah mati, kemudian ia melepasku, dan berkata: "Bacalah!"
Aku berkata: "Apa yang mesti aku baca?" Aku katakan itu dengan harapan ia melepasku sebagaimana yang sebelumnya ia lakukan terhadap diriku.”
Lalu Malaikat Jibrill membacakan surat Al ‘Alaq: 1-5.
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ - خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ - اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ - الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ - عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Nabi Muhammad pun mengikuti bacaan tersebut. Setelah itu Malaikat Jibril pergi. Nabi Muhammad merasa ayat tersebut sudah tersimpan dalam hatinya. Tak lama setelah itu, Nabi Muhammad keluar dari Gua Hira’ dan berjalan pulang.
Baca juga: Kisah Hidup Nabi Muhammad SAW: Masa Pengasuhan Ibu, Kakek, dan Paman
Saat berada di tengah-tengah gunung, tiba-tiba Rasulullah mendengar sebuah suara dari langit: "Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah sedangkan aku adalah Jibril."
Nabi Muhammad mendongakkan kepala ke langit dan melihat Malaikat Jibril dalam sosok seorang laki-laki yang membentangkan kedua kakinya ke ufuk langit.
Kemanapun Nabi Muhammad mengarahkan pandangannya, disitu Malaikat Jibril menampakkan diri. Nabi Muhammad hanya bisa berdiri mematung sebelum akhirnya pulang dengan rasa ketakutan mendalam.
Nabi Muhammad kemudian pulang menemui Khadijah dan berbaring di pahanya, bersandar merapat padanya.
Khadijah berkata: "Wahai suamiku, semalam kau kemana saja? Aku telah mengirim orang-orangku untuk mencarimu hingga mereka tiba di Mekkah Atas, kemudian pulang dengan tangan hampa." Maka aku ceritakan kepada Khadijah peristiwa yang baru saja aku alami.
Khadijah berkata: "Suamiku, bergembiralah, dan kokohlah. Demi Dzat yang jiwa Khadijah berada di Tangan-Nya, ku harap engkau diangkat menjadi Nabi untuk umat ini."
Pasca kejadian tersebut, Khadijah kemudian menemui sepupunya yang mendalami agama Kristen, Waraqah bin Naufal untuk meminta pendapatnya. Ternyata apa yang dialami
Nabi Muhammad merupakan sebuah pertanda yang sudah digariskan dalam kitab-kitab sebelumnya.
"Quddus, Quddus (Maha Suci) Allah, Demi Dzat yang jiwa Waraqah ada di Tangan-Nya, jika semua yang engkau tuturkan benar, wahai Khadijah, sungguh dia telah didatangi Jibril (Namus) yang dahulu pernah datang kepada Musa. Dia adalah Nabi untuk umat ini. Katakanlah padanya hendaknya ia bersabar," ujar Waraqah.
Baca juga: Kisah Pasukan Bergajah Menjelang Lahirnya Rasulullah SAW
Setelah turunnya wahyu pertama, beberapa hari wahyu tidak turun. Pada masa itu Nabi Muhammad merasa gelisah dan sedih. Beberapa kali Nabi Muhammad naik ke puncak gunung dan berkeinginan untuk terjun ke bawah. Namun setiap kali niat itu muncul, bayangan
Malaikat Jibril nampak dan berkata, “Wahai Muhammad, engkau adalah benar-benar Rasul Allah.” Hal tersebut membuat Nabi Muhammad tenang kembali.
Ibnu Hajar menjelaskan bahwa pada masa terputusnya wahyu, Nabi Muhammad berusaha menenangkan diri dan mengusir kegelisahannya. Ketika hati Nabi Muhammad mulai teguh dan merindukan kedatangan wahyu berikutnya, Malaikat Jibril datang lagi untuk kedua kalinya.
Wahyu tersebut turun tatkala Nabi Muhammad sedang berjalan dan tiba-tiba terdengar suara dari langit. Nabi Muhammad mendongakkan pandangannya ke atas dan melihat Malaikat Jibril berada di antara langit dan bumi. Nabi Muhammad kemudian terjerembab jatuh ke tanah dan segera berlari pulang.
“Selimutilah aku, selimutilah aku,” seru Nabi Muhammad kepada Khadijah. Lalu turunlah Surat Al Mudatsir ayat 1-7.
يٰٓاَيُّهَا الْمُدَّثِّرُۙ قُمْ فَاَنْذِرْۖوَرَبَّكَ فَكَبِّرْۖ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْۖوَالرُّجْزَ فَاهْجُرْۖوَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُۖوَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْۗ
Artinya: “Hai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.”
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini