KOMPAS.com-Kementerian Agama (Kemenag) menyatakan rukyatulhilal awal Rabiul Akhir 1447 H berhasil dilakukan di sejumlah titik observasi di Indonesia pada Senin (22/9/2025).
Hilal terpantau pada ketinggian rendah, termasuk di Observatorium Tgk. Chiek Kuta Karang, Lhoknga, Aceh, dan Observatorium Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Sulawesi Selatan.
Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kemenag, Arsad Hidayat, menyebut hasil pengamatan kali ini signifikan karena citra hilal terekam pada posisi lebih rendah dari biasanya.
Baca juga: Sejarah Nama-nama Bulan dalam Kalender Hijriyah
Menurutnya, capaian ini menunjukkan rukyatulhilal yang dilakukan para ahli falak semakin akurat dan dapat diandalkan sebagai dasar penetapan awal bulan hijriah.
Arsad menjelaskan, berdasarkan data hisab, saat matahari terbenam pada 29 Rabiul Awal 1447 H, tinggi hilal di Indonesia berkisar antara 3,41° di Melonguane hingga 4,7° di Pelabuhan Ratu.
Sementara itu, elongasi geosentris tercatat antara 6,17° di Waris dan 7,58° di Banda Aceh.
“Parameter ini sudah memenuhi kriteria imkanur rukyat MABIMS, sehingga hasil rukyat konsisten dengan perhitungan hisab,” kata Arsad di Jakarta, Senin (22/9/2025), dilansir dari laman Kemenag.
Baca juga: Doa dan Bacaan Dianjurkan di Bulan Rabi’ul Awal, Raih Berkah Kelahiran Nabi
Ia menilai keberhasilan pengamatan hilal ini menjadi bukti kapasitas ilmiah Indonesia yang didukung instrumen modern.
Kemampuan menangkap citra hilal pada posisi rendah dinilai sebagai capaian penting yang memperkuat legitimasi sidang isbat dan meningkatkan keyakinan masyarakat.
Arsad menambahkan, kegiatan rukyatulhilal dilakukan serentak di sejumlah titik di seluruh provinsi.
Tim pengamat terdiri dari unsur Kemenag, ormas Islam, perguruan tinggi, lembaga astronomi, serta perwakilan pengadilan agama.
“Kebersamaan ini memastikan rukyat berjalan transparan, objektif, dan dapat dipertanggungjawabkan,” ujarnya.
Ia menegaskan, hasil rukyat menjadi bukti empiris dalam penetapan awal bulan hijriah.
“Kita bersyukur hilal awal Rabiul Akhir 1447 H berhasil teramati, sehingga umat Islam memasuki bulan baru secara serentak dan penuh kepastian,” tambahnya.
Sementara itu, Kasubdit Hisab Rukyat dan Syariah Kemenag, Ismail Fahmi, menyebut keberhasilan kali ini penting bagi perkembangan ilmu falak di Indonesia.
Menurutnya, citra hilal sebelumnya hanya dapat diperoleh pada ketinggian 5°, namun kini dapat diamati di bawah 5° berkat teknologi teleskop digital dan olah citra.
Ismail menjelaskan, data observasi dari Aceh, Makassar, hingga Jawa terekam dengan baik dan dapat diverifikasi secara ilmiah.
Hal ini menegaskan bahwa bukti rukyat tidak hanya berupa kesaksian mata, tetapi juga foto dan video.
Baca juga: Teks Khutbah Sholat Gerhana Bulan
Ia menilai konsistensi hasil rukyat dengan data hisab memperkuat kolaborasi antara astronomi dan fikih dalam penetapan kalender hijriah.
“Kalender kita tidak hanya berbasis hitungan, tetapi juga teruji dengan pengamatan langsung. Sinergi ini menjadi keunggulan Indonesia,” jelasnya.
Ismail menambahkan, pengamatan kali ini menorehkan sejarah karena berhasil memvisualisasikan hilal lebih awal dari perkiraan sebelumnya.
Dengan demikian, Indonesia turut memberi kontribusi dalam pengembangan metode rukyat global.
Ia menekankan pentingnya dokumentasi hasil rukyat untuk pendidikan dan penelitian di masa depan.
“Data yang dimiliki akan menjadi referensi penting bagi generasi mendatang serta memperkaya literatur astronomi Islam di Indonesia,” katanya.
Menurutnya, capaian ini menegaskan kesiapan Indonesia sebagai salah satu pusat rujukan observasi hilal di Asia Tenggara.
Indonesia memiliki SDM falak yang kompeten, jaringan observatorium yang berkembang, serta dukungan kuat dari pemerintah.
“Dengan capaian ini, kita optimis penetapan awal bulan hijriah di Indonesia akan semakin kokoh. Umat Islam dapat beribadah dengan tenang, karena didukung bukti hisab dan rukyat yang valid,” tutup Ismail.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini