Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klarifikasi PBNU soal Foto Rais Aam dan Gus Yahya Dalam Satu Pesawat

Kompas.com - 27/11/2025, 12:16 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com — Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), H Nur Hidayat, memberikan klarifikasi resmi terkait beredarnya foto Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar yang terlihat bersama rombongan mantan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) di Bandara Juanda, Surabaya, pada Kamis (27/11/2025).

Menurutnya, foto tersebut menimbulkan spekulasi yang tidak tepat dan perlu diluruskan agar tidak memicu tafsir keliru di tengah situasi organisasi yang sedang sensitif.

Dalam pernyataan resminya, Nur Hidayat menjelaskan kronologi lengkap kejadian tersebut berdasarkan laporan langsung dari Rais Aam.

Baca juga: PWNU Tiga Wilayah Serukan Islah Redakan Dinamika Internal PBNU

Kebetulan Satu Pesawat, Tidak Ada Dialog

Pada pukul 05.13 WIB, sesaat setelah memasuki pesawat Batik Air ID 7511 dari Jakarta, Rais Aam menginformasikan kepada staf Syuriyah bahwa dirinya secara tidak sengaja berada dalam satu pesawat dengan rombongan Gus Yahya.

Rais Aam duduk di kursi 3D, sementara Gus Yahya dan rombongannya berada di baris kedua.

“Tidak ada pembicaraan apapun selama di dalam pesawat,” tegas Nur Hidayat, mengutip penjelasan dalam surat klarifikasi yang dikonfirmasi Kompas.com via sambungan WhatsApp, Kamis.

Rais Aam Memilih Tidak ke VIP Room

Setibanya di Bandara Juanda sekitar pukul 07.28 WIB, staf Gus Yahya sempat mengarahkan Rais Aam menuju ruang VIP. Namun, Rais Aam memilih langsung menuju area parkir karena sehari sebelumnya beliau berangkat ke Jakarta menggunakan mobil pribadi yang dititipkan di bandara.

Dalam perjalanan kaki menuju parkiran, Gus Yahya dan rombongan mengikuti Rais Aam sambil menyampaikan permohonan waktu untuk sowan. Rais Aam menjawab singkat: “Mangke kulo ningali jadwal.”

Momen inilah yang kemudian diabadikan dalam sejumlah foto dan video yang beredar.

Instruksi Take Down Foto dan Video

Nur Hidayat menambahkan, Rais Aam meminta agar semua foto atau video terkait momen tersebut dihapus atau ditake-down, mengingat konteksnya yang sangat rawan disalahartikan.

“Demikian klarifikasi ini disampaikan untuk dijadikan pedoman semua pihak,” ujar Nur Hidayat.

Penegasan: Persoalan PBNU Harus Diselesaikan Lewat Mekanisme Organisasi

Kepada Kompas.com, Nur Hidayat juga menekankan bahwa klarifikasi ini penting untuk mengingatkan kembali bahwa segala persoalan organisasi harus diselesaikan melalui mekanisme resmi PBNU, bukan melalui opini yang berkembang di publik.

Baca juga: Kiai dan Santri Istighosah di Surabaya, Doakan NU Segera Berbenah

“Klarifikasi ini disampaikan untuk menegaskan bahwa persoalan organisasi diselesaikan di dalam mekanisme organisasi. Mekanisme tersebut sudah dijelaskan dalam Surat Edaran beberapa hari lalu. Namun ada yang menafikan dengan tuduhan surat tidak sah,” tegasnya.

Ia meminta seluruh pihak menahan diri dan menghormati proses organisasi agar keutuhan dan marwah jam’iyyah tetap terjaga.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Saat Rais Aam PBNU dan Gus Yahya Satu Pesawat Tanpa Saling Bicara...
Saat Rais Aam PBNU dan Gus Yahya Satu Pesawat Tanpa Saling Bicara...
Aktual
Klarifikasi PBNU soal Foto Rais Aam dan Gus Yahya Dalam Satu Pesawat
Klarifikasi PBNU soal Foto Rais Aam dan Gus Yahya Dalam Satu Pesawat
Aktual
PWNU Tiga Wilayah Serukan Islah Redakan Dinamika Internal PBNU
PWNU Tiga Wilayah Serukan Islah Redakan Dinamika Internal PBNU
Aktual
MUI Tegaskan Nikah Siri Sah Secara Agama tetapi Hukumnya Haram
MUI Tegaskan Nikah Siri Sah Secara Agama tetapi Hukumnya Haram
Aktual
Doa Agar Sedekah Membawa Berkah Lengkap dengan Terjemahannya
Doa Agar Sedekah Membawa Berkah Lengkap dengan Terjemahannya
Doa dan Niat
Kiai dan Santri Istighosah di Surabaya, Doakan NU Segera Berbenah
Kiai dan Santri Istighosah di Surabaya, Doakan NU Segera Berbenah
Aktual
Hubungan Takdir, Ikhtiar, Doa, dan Tawakal: Penjelasan Lengkap dalam Islam
Hubungan Takdir, Ikhtiar, Doa, dan Tawakal: Penjelasan Lengkap dalam Islam
Doa dan Niat
Ajak Selesaikan Konflik PBNU lewat Muktamar, Gus Yahya: Mari Jaga Keutuhan NU
Ajak Selesaikan Konflik PBNU lewat Muktamar, Gus Yahya: Mari Jaga Keutuhan NU
Aktual
4 Cara Berbakti kepada Orangtua yang Telah Meninggal
4 Cara Berbakti kepada Orangtua yang Telah Meninggal
Doa dan Niat
Kisah Salman Al Farisi: Perjalanan Mencari Kebenaran
Kisah Salman Al Farisi: Perjalanan Mencari Kebenaran
Doa dan Niat
Kerugian Orang yang Tidak Mau Menikah dan Punya Anak Menurut Islam
Kerugian Orang yang Tidak Mau Menikah dan Punya Anak Menurut Islam
Doa dan Niat
Gus Yahya Tegaskan Surat Pemberhentiannya sebagai Ketum PBNU Tidak Sah Secara Konstitusi
Gus Yahya Tegaskan Surat Pemberhentiannya sebagai Ketum PBNU Tidak Sah Secara Konstitusi
Aktual
Cara Rasulullah SAW Mengekspresikan Kasih Sayang Terhadap Anak
Cara Rasulullah SAW Mengekspresikan Kasih Sayang Terhadap Anak
Doa dan Niat
Kemenhaj RI Resmi Lantik Pejabat Struktural, Dorong Perubahan Tata Kelola Haji dan Umrah
Kemenhaj RI Resmi Lantik Pejabat Struktural, Dorong Perubahan Tata Kelola Haji dan Umrah
Aktual
Bahaya Dosa Terhadap Hati: Pelan dan Pasti Menutupi Cahaya Ilahi
Bahaya Dosa Terhadap Hati: Pelan dan Pasti Menutupi Cahaya Ilahi
Doa dan Niat
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com