Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musyawarah Kubro Lirboyo Tekankan Islah, Rais Aam PBNU Kembali Absen untuk Ketiga Kalinya

Kompas.com, 22 Desember 2025, 07:39 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com — Musyawarah Kubro yang digagas para Mustasyar dan sesepuh Nahdlatul Ulama (NU) kembali digelar di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Minggu (21/12/2025).

Namun, seperti dua pertemuan sebelumnya di Pesantren Ploso dan Tebuireng, forum penting ini kembali berlangsung tanpa kehadiran Rais Aam PBNU KH Miftachul Achyar.

Ketidakhadiran Rais Aam untuk ketiga kalinya itu menambah kegelisahan para kiai sepuh NU. Mereka khawatir konflik internal yang tak kunjung menemukan titik temu dapat berdampak serius terhadap keutuhan jam’iyah NU.

Sejak awal, Musyawarah Kubro Lirboyo ditegaskan bukan sebagai forum pembelaan atau penghakiman terhadap pihak mana pun. Forum ini dimaksudkan sebagai ikhtiar membuka ruang komunikasi langsung dengan mengedepankan islah sebagai jalan penyelesaian, tetap berpijak pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) NU.

Baca juga: Risalah Mlangi Serukan Islah PBNU dan Kembalikan NU ke Khittah 1926

Rais Syuriyah PBNU KH Muhibbul Aman Aly menjelaskan bahwa tujuan utama Musyawarah Kubro Lirboyo adalah mempertemukan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dengan Rais Aam. Menurutnya, hingga kini komunikasi langsung antara dua pucuk pimpinan PBNU tersebut belum terbangun.

“Forum Lirboyo ini tidak membela dan tidak menghukumi siapa pun. Ini semata-mata untuk membangun komunikasi dua belah pihak. Karena sepengakuan Gus Yahya, beliau belum bisa berkomunikasi langsung dengan pihak Rais Aam,” ujar KH Muhibbul Aman Aly dikutip dari siaran pers, Minggu (21/12/2025).

Ia mengungkapkan bahwa Rais Aam sempat menyatakan kesediaan hadir dengan sejumlah syarat, antara lain forum hanya dihadiri para Mustasyar, diupayakan dihadiri KH Yahya Cholil Staquf dan KH Ma’ruf Amin, berlangsung tertutup tanpa wartawan, serta tidak membatalkan keputusan Rais Aam. Namun, upaya tersebut belum membuahkan hasil.

“Nampaknya ada pihak yang tidak menginginkan kehadiran KH Miftach ke Lirboyo. Karena itu, menurut saya konflik ini harus diselesaikan melalui muktamar yang benar-benar diakui, bukan muktamar yang justru melahirkan konflik baru,” katanya.

Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, KH Abdullah Kafabihi Mahrus, menyampaikan keprihatinan mendalam atas dinamika yang berkembang. Ia menilai muncul banyak kejanggalan sejak pertemuan di Hotel Aston, Jakarta, yang memunculkan prasangka di kalangan warga NU.

“Mosok kiai sepuh diminta sowan ke sana, kan kurang elok,” ujarnya.

Ia mengingatkan bahwa langkah-langkah sepihak berpotensi menyeret NU ke jurang perpecahan. Jika konflik terus berlarut tanpa jalan tengah, NU dikhawatirkan menghadapi dua muktamar.

“Kalau ulama cekcok, yang rugi adalah umat. Artinya kita semua sepakat islah, tinggal caranya bagaimana. Kalau ini tidak bisa ditempuh, jalan satu-satunya adalah muktamar sebagai jalan akhir,” tegasnya.

Keprihatinan Para Kiai

Mantan Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin yang mengikuti Musyawarah Kubro secara daring menegaskan bahwa forum Lirboyo merupakan pertemuan ketiga setelah Ploso dan Tebuireng, dan seharusnya menjadi momentum mengakhiri konflik agar tidak berkepanjangan.

Ia mengingatkan pentingnya mendahulukan kemaslahatan jam’iyah di atas kepentingan pribadi. Menurutnya, NU sejak awal menyelesaikan persoalan melalui musyawarah mufakat atau keputusan muktamar, bukan kehendak sepihak.

KH Ma’ruf Amin juga menilai dalih menghindari dharar yang belum nyata justru berpotensi melahirkan dharar yang lebih besar, yakni perpecahan jam’iyah. Ia menegaskan bahwa islah dan kembali ke mekanisme muktamar merupakan jalan paling maslahat.

Sementara itu, mantan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj menyampaikan keprihatinan atas kondisi NU yang kini menjadi sorotan publik. Ia menegaskan bahwa konflik yang terjadi bukan soal ambisi personal, melainkan persoalan tertib organisasi.

“AD/ART harus dihormati, jangan dianggap seperti bungkus kacang. Hormati para Mustasyar. Kalau pertemuan ketiga ini sampai gagal, sampai kapan kita harus sowan?” ujarnya.

KH Said Aqil juga menyoroti dampak konflik di tingkat pusat yang mulai merembet ke daerah. Ia menyebut gagasan mengembalikan mandat kepada pemilik suara muktamar sebagai opsi terakhir demi menjaga NU sebagai warisan besar para pendiri.

Di tengah situasi yang kian mengeras, sejumlah PC dan PW NU mulai menyuarakan tuntutan agar segera digelar muktamar yang legitimate. Bahkan, muncul ultimatum bahwa jika dalam waktu tiga hari tidak terjadi pertemuan langsung antara Ketua Umum PBNU dan Rais Aam, dorongan pelaksanaan muktamar akan semakin menguat.

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf sendiri telah menyampaikan jawaban tertulis atas berbagai tuduhan yang diarahkan kepadanya.

Baca juga: Mubes Warga NU Serukan Percepat Muktamar dan Tolak Konsesi Tambang

Dalam penjelasannya, Gus Yahya menyatakan bahwa tudingan tersebut dapat dipatahkan oleh kondisi riil di lapangan. Ia juga mengenang pesan mendiang KH Maimun Zubair yang menurutnya akan sangat bergembira apabila NU kembali menyelenggarakan muktamar.

Musyawarah Kubro Lirboyo pun ditutup dengan satu pesan kuat: islah tetap menjadi jalan utama, dengan AD/ART sebagai kompas bersama. Namun, absennya Rais Aam untuk ketiga kalinya menjadi penanda bahwa waktu terus berjalan, sementara jam’iyah NU dihadapkan pada pilihan-pilihan besar demi menjaga persatuan dan keutuhan organisasi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Azab Bagi Pelakor di Kehidupan Dunia dan Akhirat
Azab Bagi Pelakor di Kehidupan Dunia dan Akhirat
Doa dan Niat
Gus Yahya Taslim pada Keputusan Musyawarah Kubro Lirboyo, Siap Diperiksa dan Dorong Islah PBNU
Gus Yahya Taslim pada Keputusan Musyawarah Kubro Lirboyo, Siap Diperiksa dan Dorong Islah PBNU
Aktual
Gus Yahya Menyatakan Patuh dan Siap Menjalankan Islah di Lirboyo
Gus Yahya Menyatakan Patuh dan Siap Menjalankan Islah di Lirboyo
Aktual
Teks Doa Hari Ibu 2025 Resmi dari KemenPPPA, Dibacakan Saat Upacara
Teks Doa Hari Ibu 2025 Resmi dari KemenPPPA, Dibacakan Saat Upacara
Aktual
Musyawarah Kubro Lirboyo Tekankan Islah, Rais Aam PBNU Kembali Absen untuk Ketiga Kalinya
Musyawarah Kubro Lirboyo Tekankan Islah, Rais Aam PBNU Kembali Absen untuk Ketiga Kalinya
Aktual
Risalah Mlangi Serukan Islah PBNU dan Kembalikan NU ke Khittah 1926
Risalah Mlangi Serukan Islah PBNU dan Kembalikan NU ke Khittah 1926
Aktual
Mubes Warga NU Serukan Percepat Muktamar dan Tolak Konsesi Tambang
Mubes Warga NU Serukan Percepat Muktamar dan Tolak Konsesi Tambang
Aktual
ISNU Gelar Fun Walk Peduli Lingkungan dan Galang Dana Bencana Sumatera
ISNU Gelar Fun Walk Peduli Lingkungan dan Galang Dana Bencana Sumatera
Aktual
Keutamaan Bulan Rajab dalam Islam, Dalil Alquran, dan Amalan Sunnah yang Dianjurkan
Keutamaan Bulan Rajab dalam Islam, Dalil Alquran, dan Amalan Sunnah yang Dianjurkan
Doa dan Niat
Forum Bahtsul Masail Pesantren DIY: Syuriyah Tak Berwenang Makzulkan Ketum PBNU
Forum Bahtsul Masail Pesantren DIY: Syuriyah Tak Berwenang Makzulkan Ketum PBNU
Aktual
PBNU Apresiasi Strategi Pemerintah Tangani Dampak Bencana di Sumatera
PBNU Apresiasi Strategi Pemerintah Tangani Dampak Bencana di Sumatera
Aktual
Jarang Diungkap, Yerusalem Pernah Menjadi Kota Toleransi Antariman
Jarang Diungkap, Yerusalem Pernah Menjadi Kota Toleransi Antariman
Aktual
Hadits-hadits Lemah dan Palsu Seputar Puasa Rajab yang Populer di Masyarakat
Hadits-hadits Lemah dan Palsu Seputar Puasa Rajab yang Populer di Masyarakat
Doa dan Niat
Kontroversi Puasa Bulan Rajab, Antara Sunnah dan Bid'ah
Kontroversi Puasa Bulan Rajab, Antara Sunnah dan Bid'ah
Doa dan Niat
Niat Puasa Rajab: Bacaan, Waktu Niat, dan Penjelasan Hukumnya
Niat Puasa Rajab: Bacaan, Waktu Niat, dan Penjelasan Hukumnya
Aktual
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com