KOMPAS.com - Zaman Jahiliyah adalah zaman sebelum adanya kenabian. Jahiliyah artinya kebodohan. Zaman ini merujuk pada kondisi bangsa Arab sebelum diangkatnya Muhammad menjadi seorang Nabi.
Makna jahiliyah bukan berarti bangsa Arab adalah orang-orang bodoh yang tidak mempunyai pengetahuan. Bangsa Arab dikenal sebagai pedagang ulung yang biasa berdagang ke beberapa kerajaan besar di masa itu.
Baca juga: Bacaan Sholawat Tarhim: Arab, Latin, dan Terjemahannya
Bangsa Arab juga menggemari syair sehingga kerap diadakan perlombaan menulis syair yang kemudian digantungkan di dinding-dinding Ka’bah.
Selain itu, bangsa Arab waktu itu juga mempunyai sifat positif, seperti kedermawanan sebagai lambang kemuliaan. Penuh dengan keberanian dan kepahlawanan sebagai konsekuensi hidup di padang pasir yang keras dan harus siap untuk mempertahankan diri.
Zaman itu disebut zaman kebodohan karena bangsa Arab saat itu menyimpang dari ajaran tauhid alias melakukan kesyirikan dalam hal ibadah.
Mereka menyembah dan berdoa kepada sesuatu yang tidak bisa memberikan apa-apa, seperti para berhala yang terbuat dari batu.
Baca juga: Bacaan Sholawat Jibril: Arab, Latin, Arti, dan Keutamaannya
Saat itu di sekitar Ka’bah terdapat lebih dari 300 berhala yang dijadikan sesembahan. Orang yang pertama kali memasukkan berhala ke dalam Ka’bah adalah Amr bin Luhay.
Dalam haditsnya Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang pertama merubah agama Nabi Ibrahim adalah Amr bin Luhay bin Qam’ah bin Handaf Abu Huzaah.” (H.R. Ath Thabrani).
Kebodohan lain yang dilakukan bangsa Arab adalah banyak melakukan perbuatan negatif yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan, seperti gemar berperang, angkuh dan sombong, gemar berjudi dan mabuk-mabukan, serta merendahkan martabat wanita.
Sementara Rasulullah SAW pernah menyampaikan dalam haditsnya tentang perilaku jahiliyah yang sampai saat ini masih sering terlihat.
Baca juga: Sholawat Munjiyat: Arab, Latin, Arti, dan Keutamaannya
“Empat hal yang terdapat pada umatku yang termasuk dalam perbuatan jahiliah yang susah untuk ditinggalkan: (1) membangga-banggakan kebesaran leluhur, (2) mencela keturunan, (3) mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu (memepercayai ramalan), dan (4) meratapi mayit (niyahah).” Lalu, beliau bersabda, “Orang yang meratapi mayit, apabila ia wafat sebelum bertaubat, maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan dikenakan pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga, serta mantel yang bercampur dengan penyakit gatal.” (H.R. Muslim).
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!