Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wasekjen PBNU Rahmat Pulungan: Saya Bertanya, Indonesia Emas ke Mana?

Kompas.com - 30/10/2025, 07:39 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com — “Saya sering bertanya, Indonesia Emas ke mana?” Kalimat itu diucapkan Rahmat Hidayat Pulungan, Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, di tengah ujian terbuka program doktoralnya di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rabu (29/10/2025).

Pertanyaan tersebut bukan sekadar refleksi pribadi, tetapi juga menggambarkan kegelisahan intelektual yang mendorong Rahmat meneliti tema kepemimpinan berkelanjutan (sustainability leadership) di sektor strategis negara, khususnya industri tambang BUMN.

Dalam disertasinya berjudul “Pengaruh Sustainability Leadership terhadap Sustainability Performance di PT Mineral Industri Indonesia (Persero): Peran Kepemimpinan dalam Orkestrasi Sumber Daya Organisasi”, Rahmat menyoroti bagaimana peran pemimpin menentukan arah keberlanjutan perusahaan di tengah krisis sumber daya dan tantangan transisi energi global.

Baca juga: Wasekjen PBNU Rahmat Pulungan Soroti Kinerja Danantara

Dari Dunia Tambang ke Dunia Akademik

Penelitian ini lahir dari pengalaman panjang Rahmat lebih dari satu dekade bekerja di sektor pertambangan PT Bukit Asam Tbk sebagai komisaris, serta sering terlibat rapat di lingkungan perusahaan tambang negara seperti PT Antam Tbk dan sejumlah entitas di bawah Mining Industry Indonesia (MIND ID Group).

“Selama bekerja di dunia tambang, saya melihat diskursus inovasi masih berorientasi pada produksi semata. Padahal, keberlanjutan menuntut cara pandang yang lebih luas—bagaimana produksi tidak hanya efisien, tetapi juga bertanggung jawab,” ujarnya di hadapan dewan penguji.

Dari pengalaman itu, Rahmat menyimpulkan bahwa tantangan industri tambang bukan hanya soal eksplorasi dan produksi, melainkan bagaimana kepemimpinan mampu mengorkestrasi sumber daya organisasi untuk menghasilkan inovasi berkelanjutan.

Sustainability: Konsep Lama, Semangat Baru

Dalam paparannya, Rahmat menegaskan bahwa konsep sustainability sejatinya bukan barang baru bagi bangsa Indonesia. “Sustainability secara akademik adalah konsep operasional dari Pancasila,” ujarnya.

Menurutnya, nilai-nilai keberlanjutan—yang dalam literatur Barat dibangun di atas tiga pilar: ekonomi, sosial, dan lingkungan—telah lama hidup dalam falsafah bangsa. “Pancasila mengajarkan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. Itu inti keberlanjutan,” kata Rahmat.

Ia menambahkan, kepemimpinan yang berkelanjutan (sustainability leadership) tidak sekadar soal kemampuan manajerial, tetapi juga tanggung jawab moral dan spiritual untuk memastikan sumber daya dikelola demi kesejahteraan generasi mendatang.

Kepemimpinan yang Menggerakkan Inovasi

Dalam penelitiannya terhadap ratusan responden di lingkungan PT Mineral Industri Indonesia (Persero), Rahmat menemukan bahwa pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja berkelanjutan (sustainability performance) berjalan signifikan melalui jalur mediasi sumber daya organisasi.

Artinya, seorang pemimpin yang berorientasi pada keberlanjutan dapat meningkatkan kinerja organisasi dengan cara memperkuat kapasitas inovasi, pembelajaran organisasi, dan manajemen aset strategis.

“Pemimpin berkelanjutan bukan hanya mengatur, tetapi menginspirasi dan memberdayakan. Ia menanamkan nilai bahwa pertumbuhan harus selaras dengan kelestarian,” tutur Rahmat.

Refleksi untuk Generasi 2045

Menutup presentasinya, Rahmat menyampaikan refleksi personal yang menggetarkan ruang sidang.

“Saya selalu bertanya, anak-anak saya nanti hidup di Indonesia seperti apa? Kita menuju 2045 dengan populasi lebih dari 300 juta jiwa, sementara daratan kita terbatas. Jika tidak ada perubahan mindset dan strategi, kita bisa menghadapi multi-krisis: pangan, energi, air, dan ruang hidup,” ujarnya.

Baca juga: Wasekjen PBNU: Patriot Bond Jangan Jadi Instrumen Danantara Mengelola Sampah

Bagi Rahmat, penelitian ini bukan sekadar syarat akademik, melainkan bentuk tanggung jawab moral dan intelektual untuk ikut menyiapkan arah keberlanjutan bangsa.

“Keberlanjutan tidak bisa hanya jadi jargon. Ia harus menjadi kesadaran kolektif—dari pemimpin, birokrat, hingga warga negara,” pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Nasehat Rasulullah SAW kepada Ibnu Abbas: Cocok Disampaikan kepada Anak
Nasehat Rasulullah SAW kepada Ibnu Abbas: Cocok Disampaikan kepada Anak
Aktual
Usia Berapa Anak Perempuan Seharusnya Mulai Berhijab dalam Islam?
Usia Berapa Anak Perempuan Seharusnya Mulai Berhijab dalam Islam?
Doa dan Niat
Jangan Bahagiakan Setan dengan Perceraian
Jangan Bahagiakan Setan dengan Perceraian
Doa dan Niat
Macam-Macam Puasa Sunnah dan Keutamaannya dalam Islam
Macam-Macam Puasa Sunnah dan Keutamaannya dalam Islam
Aktual
Doa Berhubungan Suami Istri Lengkap dengan Terjemahannya
Doa Berhubungan Suami Istri Lengkap dengan Terjemahannya
Doa dan Niat
Menag dan Vatikan Siapkan Langkah Nyata Deklarasi Istiqlal untuk Kemanusiaan dan Bumi
Menag dan Vatikan Siapkan Langkah Nyata Deklarasi Istiqlal untuk Kemanusiaan dan Bumi
Aktual
Menag Nasaruddin Umar: Ada 80 Pesantren Butuh Perhatian karena Kondisi Bangunan
Menag Nasaruddin Umar: Ada 80 Pesantren Butuh Perhatian karena Kondisi Bangunan
Aktual
Menag Nasaruddin Umar Berduka atas Musibah Asrama Ambruk di Situbondo, Tegaskan Keselamatan Pesantren Jadi Prioritas
Menag Nasaruddin Umar Berduka atas Musibah Asrama Ambruk di Situbondo, Tegaskan Keselamatan Pesantren Jadi Prioritas
Aktual
Wasekjen PBNU Rahmat Pulungan: Saya Bertanya, Indonesia Emas ke Mana?
Wasekjen PBNU Rahmat Pulungan: Saya Bertanya, Indonesia Emas ke Mana?
Aktual
Biaya Haji 2026 Turun Jadi Rp 54,19 Juta, DPR: Kualitas Layanan Tetap Nomor Satu
Biaya Haji 2026 Turun Jadi Rp 54,19 Juta, DPR: Kualitas Layanan Tetap Nomor Satu
Aktual
Menag Nasaruddin Umar Temui Paus Leo XIV di Vatikan, Bahas Deklarasi Istiqlal-Vatikan
Menag Nasaruddin Umar Temui Paus Leo XIV di Vatikan, Bahas Deklarasi Istiqlal-Vatikan
Aktual
Kemenag Berduka, Bantu Rp 200 Juta untuk Pesantren di Situbondo
Kemenag Berduka, Bantu Rp 200 Juta untuk Pesantren di Situbondo
Aktual
Tata Cara dan Doa Sholat Hajat, Amalan untuk Memohon Pertolongan kepada Allah
Tata Cara dan Doa Sholat Hajat, Amalan untuk Memohon Pertolongan kepada Allah
Doa dan Niat
Hak-Hak Istri Setelah Perceraian dalam Islam: Nafkah, Hak Asuh Anak, hingga Harta Gono-Gini
Hak-Hak Istri Setelah Perceraian dalam Islam: Nafkah, Hak Asuh Anak, hingga Harta Gono-Gini
Aktual
Surat Al Waqiah: Arab, Latin, dan Artinya
Surat Al Waqiah: Arab, Latin, dan Artinya
Doa dan Niat
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke