KOMPAS.com-Selain puasa wajib di bulan Ramadhan, umat Islam juga dianjurkan untuk melaksanakan berbagai puasa sunnah.
Puasa sunnah tidak bersifat wajib, tetapi mendatangkan banyak pahala, ampunan, dan keberkahan bagi yang mengamalkannya.
Rasulullah SAW mencontohkan beberapa jenis puasa sunnah yang dapat dilakukan sepanjang tahun.
Baca juga: Niat dan Jadwal Puasa Ayyamul Bidh Oktober 2025: Waktu Terbaik Menyucikan Hati
Berikut macam-macam puasa sunnah beserta keutamaannya, dilansir dari laman Baznas:
Puasa Senin Kamis termasuk sunnah muakkad, yaitu amalan sunnah yang sangat dianjurkan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Amal perbuatan manusia dilaporkan kepada Allah pada hari Senin dan Kamis, maka Allah mengampuni setiap muslim kecuali dua orang yang saling bermusuhan.” (HR Ahmad)
Puasa ini melatih keistiqamahan dan menjaga kebersihan hati dari permusuhan serta iri dengki.
Puasa Ayyamul Bidh dilakukan pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriah.
Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa tiga hari setiap bulan seperti puasa sepanjang tahun.” (HR Abu Dawud, Nasai, dan Ibnu Majah)
Disebut Ayyamul Bidh karena pada malam-malam itu bulan tampak penuh dan terang, sehingga memiliki makna simbolis tentang kesucian dan cahaya iman.
Baca juga: Niat Puasa Ayyamul Bidh Oktober 2025, Lengkap dengan Keutamaannya di Bulan Rabiul Akhir
Puasa ini dilakukan setelah Idul Fitri, yaitu pada tanggal 2 hingga 7 Syawal.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa berpuasa Ramadhan lalu diikuti dengan enam hari di bulan Syawal, maka seakan-akan ia berpuasa sepanjang tahun.” (HR Muslim)
Puasa ini menjadi penyempurna pahala puasa Ramadhan dan tanda syukur atas keberhasilan menjalani ibadah sebulan penuh.
Puasa Arafah dikerjakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, bertepatan dengan hari wukuf di Padang Arafah bagi jamaah haji.
Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa Arafah menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR Muslim)
Puasa ini sangat dianjurkan bagi umat Islam yang tidak sedang menunaikan ibadah haji.
Puasa Asyura dilakukan pada 10 Muharram, sementara puasa Tasu’a dilakukan sehari sebelumnya, yaitu 9 Muharram.
Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa pada hari Asyura menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim)
Nabi juga bersabda:
“Seandainya aku masih hidup tahun depan, niscaya aku akan berpuasa pada hari kesembilan (Tasu’a).” (HR Muslim)
Puasa ini menjadi bentuk rasa syukur atas diselamatkannya Nabi Musa AS dari kejaran Firaun.
Baca juga: Apa Itu Puasa Nazar? Berikut Penjelasan Hukum dan Tata Caranya
Aisyah RA meriwayatkan:
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa satu bulan penuh selain Ramadhan, dan aku tidak melihat beliau lebih banyak berpuasa daripada di bulan Syaban.” (HR Bukhari dan Muslim)
Puasa di bulan Syaban menjadi momen persiapan spiritual menjelang Ramadhan, sekaligus amalan yang membuat amal seseorang diangkat dalam keadaan berpuasa.
Empat bulan haram yang dimuliakan adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Rasulullah SAW bersabda:
“Berpuasalah pada sebagian bulan haram, lalu tinggalkanlah.” (HR Nasai dan Ahmad)
Puasa di bulan-bulan ini melatih kesabaran, memperkuat keimanan, dan menjaga diri dari perbuatan maksiat.
Puasa Daud adalah puasa selang-seling, yaitu sehari berpuasa dan sehari berbuka.
Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Nabi Daud. Beliau berpuasa sehari dan berbuka sehari.” (HR Bukhari dan Muslim)
Puasa ini melatih kedisiplinan, keseimbangan spiritual, dan keikhlasan dalam beribadah. Rasulullah menyebutnya sebagai puasa terbaik karena menjaga semangat ibadah tanpa berlebihan.
Tiga jenis puasa ini berkaitan dengan peristiwa besar dalam sejarah kenabian.
Puasa Arafah meneguhkan makna pengampunan, sementara Asyura dan Tasu’a menjadi wujud rasa syukur atas keselamatan umat terdahulu.
Melaksanakan ketiganya mengajarkan nilai ketundukan dan keikhlasan kepada Allah SWT.
Puasa sunnah tidak hanya memperbanyak pahala, tetapi juga menyucikan jiwa dan menumbuhkan rasa empati terhadap sesama.
Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap amal anak Adam dilipatgandakan sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman: ‘Kecuali puasa, karena ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.’” (HR Muslim)
Puasa menjadi bentuk ibadah yang paling pribadi antara hamba dan Tuhannya, sebab hanya Allah yang mengetahui sejauh mana keikhlasan seseorang dalam menahan diri.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang