KOMPAS.com — Dalam momen bersejarah bagi politik Amerika Serikat, Zohran Kwame Mamdani, politisi muda berusia 34 tahun asal Queens, resmi terpilih sebagai Wali Kota New York City ke-111 pada Selasa malam (4/11/2025) waktu setempat.
Kemenangan ini menandai tonggak penting: Mamdani menjadi Muslim pertama yang memimpin kota terbesar di Amerika Serikat, sekaligus wali kota termuda dalam lebih dari satu abad yang menduduki jabatan eksekutif tersebut.
Sebagai calon dari Partai Demokrat dan seorang demokrat sosialis, Mamdani berhasil menumbangkan dua pesaing kuat: mantan Gubernur New York Andrew Cuomo yang maju sebagai calon independen, serta Curtis Sliwa dari Partai Republik.
Baca juga: PBNU dan Muhammadiyah Dukung Soeharto Jadi Pahlawan Nasional
Menurut laporan The New York Times, CNN, dan NBC News, Mamdani meraih 50,3 persen suara dari total 88 persen yang telah dihitung hingga tengah malam waktu New York.
Cuomo berada di posisi kedua dengan 41,6 persen, sedangkan Sliwa tertinggal jauh di angka 7,2 persen.
Lahir di Uganda dari keluarga imigran, Mamdani tumbuh besar di New York dan memulai karir politiknya sebagai anggota Majelis Negara Bagian New York pada 2020. Kampanyenya berfokus pada isu-isu kelas pekerja, seperti pembekuan sewa, transportasi umum gratis, dan perawatan anak universal dengan pajak progresif bagi kalangan kaya.
Strategi kampanye digital yang inovatif dan gaya komunikasinya yang karismatik membuat Mamdani populer di kalangan pemilih muda.
Menurut jajak keluar NBC News, ia unggul hingga 43 poin di kelompok usia di bawah 45 tahun.
Partisipasi pemilih juga mencapai rekor tertinggi sejak 1969, dengan lebih dari dua juta suara masuk — melonjak 65 persen dibandingkan pemilihan 2021.
Meski meraih dukungan luas, Mamdani juga menjadi sasaran serangan dari media konservatif seperti New York Post yang menudingnya “terlalu radikal” dan “tidak berpengalaman”.
Bahkan mantan Presiden Donald Trump ikut menyerang melalui platform Truth Social, menyebut Mamdani “tidak mampu” dan mendesak pendukungnya memilih Cuomo.
Namun, dalam pidato kemenangannya di Brooklyn Paramount Theater, Mamdani tampil penuh semangat:
“Kalian telah berani meraih sesuatu yang lebih besar. Kita telah menumbangkan dinasti politik lama!” ujarnya di hadapan ribuan pendukung.
“Kita akan membangun kota yang bekerja untuk semua orang — bukan hanya untuk segelintir elite.”
Kemenangan Mamdani mendapat sambutan luas, termasuk dari Indonesia. Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dadang Kahmad menyebut kemenangan ini sebagai momentum positif bagi citra umat Islam di Barat.
“Sungguh menggembirakan. Saya ucapkan selamat bertugas, semoga sukses karena jika sukses membawa kemajuan akan mengubah citra Muslim, dan kepercayaan rakyat di seluruh AS untuk tidak ragu memilih Muslim sebagai pimpinan di berbagai level,” ujar Dadang dilansir dari Muhammadiyah.or.id, Rabu (5/11/2025).
Ia menilai kemenangan Mamdani menunjukkan masyarakat Barat bersifat fungsional, menilai individu dari kapasitas, bukan agamanya.
“Kelihatannya Barat bersifat fungsional, individu tersebut bisa meyakinkan pemilih untuk memilih dirinya tanpa melihat latar belakang agamanya, sekaligus memanfaatkan sentimen negatif masyarakat terhadap Presiden Trump dalam hal ini juga Partai Republik,” tambahnya.
Zohran Mamdani akan resmi dilantik pada Januari 2026. Tantangan besar menantinya: krisis perumahan, keamanan publik, hingga kesenjangan ekonomi.
Baca juga: MUI Akan Bahas 6 Fatwa di Munas XI, Mulai dari Asuransi Syariah hingga Zakat Penghasilan
Namun, bagi banyak pihak, terutama umat Islam global, keberhasilan ini menjadi simbol harapan baru — bahwa visi inklusif, kerja keras, dan integritas bisa menembus sekat prasangka.
Seperti dikatakan Mamdani dalam kampanyenya:
“Ini bukan tentang siapa kita, tapi tentang apa yang bisa kita capai bersama."
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang