Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zohran Mamdani, Wali Kota Muslim Pertama New York yang Tantang Donald Trump

Kompas.com, 6 November 2025, 14:15 WIB
Khairina

Editor

KOMPAS.com-Zohran Mamdani, politikus muda dari Partai Demokrat, resmi terpilih sebagai Wali Kota New York ke-111.

Dalam pidato kemenangannya, Mamdani menegaskan tekad menjadikan New York sebagai kota yang inklusif, beragam, dan melawan politik kebencian, sembari menyinggung Presiden AS Donald Trump.

“Jika ada yang bisa menunjukkan kepada bangsa yang dikhianati oleh Donald Trump bagaimana cara mengalahkannya, itu adalah kota yang melahirkannya,” ujar Mamdani dalam pidato di hadapan ribuan pendukung pada Selasa (4/11/2025) malam waktu setempat, dilansir dari Anadolu.

Ia menambahkan dengan tegas, “Donald Trump, karena saya tahu Anda sedang menonton, saya punya empat kata untuk Anda: turn the volume up.”

Baca juga: Wali Kota New York Zohran Mamdani dan Imam Shamsi Ali Awali Hari Pemilihan dengan Baca Al-Fatihah

Kemenangan Bersejarah untuk Sayap Progresif Demokrat

Mamdani berhasil mengalahkan calon independen sekaligus mantan Gubernur New York Andrew Cuomo dan kandidat Partai Republik Curtis Sliwa.

Kemenangan ini menjadi sejarah baru bagi sayap progresif Partai Demokrat, dengan Mamdani meraih lebih dari 50 persen suara dalam kontestasi tiga arah, menurut laporan The Associated Press.

Trump yang geram dengan hasil tersebut bahkan mengancam akan memotong dana federal untuk New York, dan menulis di media sosialnya: “AND SO IT BEGINS!”

Profil dan Latar Belakang Zohran Mamdani

Zohran Mamdani menjadi wali kota termuda dalam 100 tahun terakhir serta Muslim pertama dan keturunan Asia Selatan pertama yang memimpin New York City.

Ia lahir pada tahun 1991 di Kampala, Uganda, dari keluarga keturunan India. Ibunya, Mira Nair, adalah sutradara film asal India yang pernah dinominasikan Oscar, sedangkan ayahnya, Mahmood Mamdani, adalah profesor di Universitas Columbia, New York.

Mamdani menghabiskan masa kecilnya di Afrika Selatan dan pindah ke New York pada usia 7 tahun. Ia merupakan lulusan Bronx High School of Science dan meraih gelar studi Afrika dari Bowdoin College, Maine.

Sejak 2021, ia menjabat sebagai anggota Majelis Negara Bagian New York dari distrik ke-36 di Queens. Ia menikah dengan Rama Duwaji, seniman asal Suriah yang menetap di Brooklyn.

Baca juga: Mamdani Wali Kota Muslim Pertama New York, Muhammadiyah: Barat Lihat Kapasitas, Bukan Agamanya

Pandangan Politik dan Kebijakan Progresif

Mamdani dikenal sebagai demokrat sosialis dengan fokus kebijakan pada perumahan terjangkau, transportasi publik gratis, dan reformasi energi.

Ia menekankan pentingnya menurunkan biaya hidup warga kelas pekerja melalui kebijakan populis seperti pembekuan sewa, bus gratis, serta dukungan untuk penitipan anak yang terjangkau.

Selain itu, Mamdani merupakan pendukung kuat Palestina dan vokal menentang kebijakan Israel di Gaza.

Pada 2023, ia turut mogok makan di depan Gedung Putih untuk menyerukan gencatan senjata, serta menyatakan akan menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu jika menginjakkan kaki di New York.

Janji untuk New York yang Inklusif

Menurut survei CNN, Mamdani berhasil mendapatkan dukungan luas lintas agama, termasuk dari komunitas Yahudi.

Dalam pidato kemenangannya, ia berjanji membangun Balai Kota yang inklusif bagi seluruh warga, menolak antisemitisme, dan melawan Islamofobia.

“Kami akan membangun Balai Kota yang berdiri teguh bersama warga Yahudi New York, melawan antisemitisme, dan memastikan lebih dari satu juta Muslim tahu bahwa mereka memiliki tempat, bukan hanya di lima distrik kota ini, tetapi juga di ruang kekuasaan,” ujarnya.

Selama masa kampanye, Andrew Cuomo menuding Mamdani dengan narasi Islamofobia. Sementara itu, Donald Trump juga menuduhnya sebagai “pembenci Yahudi” dan menyerang para pemilih Yahudi yang mendukungnya.

Mamdani menolak tudingan itu dan menegaskan bahwa kritiknya terhadap Israel tidak berarti kebencian terhadap Yahudi atau agama mereka.

Baca juga: PBNU dan Muhammadiyah Dukung Soeharto Jadi Pahlawan Nasional

Tantangan untuk Donald Trump

Sebagai tokoh progresif, Mamdani berseberangan dengan kebijakan Trump, terutama terkait isu imigrasi dan kesenjangan ekonomi.

“New York akan tetap menjadi kota para imigran — dibangun oleh imigran, digerakkan oleh imigran, dan mulai malam ini, dipimpin oleh seorang imigran,” tegasnya.
“Jadi dengarkan saya, Presiden Trump: untuk sampai kepada salah satu dari kami, Anda harus melewati kami semua.”

Trump sebelumnya menyebut Mamdani sebagai “komunis” dan memperingatkan akan menghentikan dana federal bagi New York. Namun, Mamdani justru menanggapi dengan tenang dan menegaskan bahwa dirinya adalah “mimpi buruk terbesar Donald Trump.”

Ia juga mengecam tindakan keras agen Imigrasi AS (ICE) di era Trump, yang dianggapnya sebagai bentuk intimidasi terhadap komunitas imigran.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com