KOMPAS.com — Tujuh finalis Olimpiade Pendidikan Agama Islam (PAI) 2025 dari wilayah Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat terpaksa absen dari Grand Final yang digelar di Jakarta, Minggu (30/11/2025).
Mereka tidak dapat hadir akibat bencana banjir bandang dan longsor yang melanda daerah asal masing-masing sejak beberapa hari terakhir.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kemenag, Amien Suyitno, mengungkapkan bahwa kondisi darurat di sejumlah wilayah membuat finalis tersebut tidak memungkinkan melakukan perjalanan ke Jakarta. Meski begitu, Kementerian Agama memastikan hak mereka untuk mengikuti kompetisi tetap terjaga.
Baca juga: Ketua Umum MUI Minta Pemerintah Tetapkan Banjir Sumatera sebagai Bencana Nasional
Ia menegaskan bahwa keputusan tersebut merupakan bentuk komitmen Kemenag menjaga keadilan bagi seluruh peserta, sekaligus menunjukkan empati atas musibah yang sedang menimpa warga di berbagai daerah. Dalam pembukaan Olimpiade PAI, panitia juga menggelar doa khusus untuk keselamatan masyarakat yang terdampak bencana.
“Kita tidak pernah menyangka musibah terjadi saat kegiatan berjalan. Karena itu, kami selipkan doa khusus agar Allah mengangkat musibah ini. Semoga saudara-saudara kita diberi ketabahan,” ucap Suyitno,” imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Menteri Agama (Wamenag), Romo Muhammad Syafi’i, resmi membuka Grand Final Olimpiade Pendidikan Agama Islam (PAI) 2025 dan Doa PAI untuk Bangsa di Jakarta, Minggu (30/11/2025).
Dalam sambutannya, Wamenag menegaskan bahwa olimpiade ini bukan sekadar ajang perlombaan, tetapi ruang bagi siswa untuk mengaktualisasikan nilai keagamaannya secara lebih mendalam.
Kegiatan yang menjadi bagian dari rangkaian PAI Fair 2025 ini mempertemukan para pelajar dari SD, SMP, SMA hingga mahasiswa dari berbagai daerah. Ribuan peserta mengikuti seleksi panjang sebelum akhirnya terpilih menjadi finalis yang datang ke Jakarta.
Wamenag menyebut, Olimpiade PAI merupakan momentum penting untuk menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Islam di sekolah umum mampu melahirkan generasi yang berkarakter kuat, unggul, moderat, dan cinta tanah air.
“Saya mengapresiasi kegiatan ini karena memberi kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan pemahaman keagamaannya. Saya berharap, pulang dari sini para peserta menjadi pribadi yang lebih Islami dan berkarakter mulia,” ujarnya.
“Kualitas itu harus dibawa pulang, menjadi teladan di daerah masing-masing,” tambahnya.
Romo Syafi’i juga meminta peserta melaporkan hasil dan pengalaman mereka kepada kepala daerah masing-masing. Menurutnya, kehadiran siswa dalam ajang nasional ini menjadi bukti bahwa investasi pemerintah daerah dalam pendidikan agama telah menghasilkan prestasi membanggakan.
“Juara atau tidak, kalian tetap pemenang. Jadikan pengalaman di sini sebagai persembahan untuk daerah dan bangsa,” tegasnya.
Hadir pula Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq, yang menyoroti pentingnya PAI sebagai pilar utama pembentukan karakter generasi muda.
Fajar menegaskan bahwa pembelajaran agama harus dipahami sebagai proses internalisasi nilai, bukan sekadar penyampaian materi.
Ia menjelaskan fungsi ganda PAI: Bonding, memperkuat keimanan dalam diri peserta didik; serta Bridging, membentuk keterampilan sosial dan kemampuan hidup harmonis di tengah keberagaman.
Mengutip survei BRIN 2024, Fajar mengungkap bahwa meski mayoritas masyarakat Indonesia mengaku religius, hanya sebagian kecil yang memahami ajaran agamanya secara komprehensif. Kondisi ini dinilainya sebagai tantangan besar dalam pendidikan agama modern.
Baca juga: Tujuh Imbauan MUI bagi Umat Islam di Tengah Banjir Bandang dan Longsor Sumatera
“Karena itu, guru PAI harus menguasai pedagogi pembelajaran mendalam. Yang penting bukan banyaknya materi, tetapi esensi nilai yang benar-benar perlu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.
Ia menilai Olimpiade PAI sebagai ruang perjumpaan sosial yang mempertemukan peserta dari berbagai daerah. Fajar berharap nilai-nilai moderasi dan keterbukaan dapat dibawa pulang oleh setiap peserta sebagai energi positif bagi sekolah masing-masing.
Olimpiade PAI 2025 sendiri diikuti 430 finalis dari total 54.880 pendaftar berbagai jenjang pendidikan. Selain berlomba dalam delapan kategori, ajang ini juga menjadi ruang pembinaan karakter, kepedulian, dan moderasi beragama bagi pelajar dari seluruh Indonesia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang