Editor
KOMPAS.com - Ibadah haji bukan sekadar perjalanan spiritual ke Tanah Suci, tetapi juga rangkaian amalan yang sarat makna dan tuntunan.
Di balik rukun haji yang wajib dipenuhi, terdapat tujuh kewajiban haji yang menjadi bagian penting dalam menyempurnakan ibadah tersebut.
Dikutip dari situs resmi Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, hajj.gov.sa, tujuh kewajiban haji ini harus dilaksanakan oleh setiap jemaah agar ibadahnya berjalan sempurna dan sesuai tuntunan syariat.
Baca juga: 5 Amalan yang Setara Haji dan Umroh Menurut Hadis Nabi
Kewajiban pertama adalah memasuki ihram dari miqat yang telah ditentukan. Setiap jemaah wajib berniat haji dan mengenakan ihram saat melewati miqat sesuai arah kedatangannya. jemaah dari Mesir, misalnya, berihram di Al-Juhfah, sementara jemaah dari Yaman berihram di Yalamlam.
Untuk jemaah haji dan umrah dari Indonesia, miqat-nya adalah:
Yalamlam (dalam praktik modern sering disebut kawasan As-Sa‘diyah, Arab Saudi)
Yalamlam adalah miqat bagi jemaah yang datang dari arah Yaman dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, dan sekitarnya.
jemaah Indonesia yang berangkat menggunakan pesawat biasanya berihram di pesawat saat melintasi garis sejajar miqat Yalamlam, dengan pengumuman dari awak kabin.
Karena itu, jemaah sudah mandi ihram dan mengenakan pakaian ihram sejak dari embarkasi atau bandara keberangkatan, lalu berniat ihram ketika pilot mengumumkan telah mendekati miqat.
Jika jemaah lupa atau sengaja tidak berihram saat melintasi miqat, maka wajib membayar dam (denda). Miqat ini berlaku baik untuk haji maupun umrah.
Miqat menjadi penanda dimulainya rangkaian ibadah haji secara resmi.
Kewajiban kedua adalah wukuf di Arafah hingga matahari terbenam. Jemaah yang berada di Arafah pada siang hari wajib bertahan hingga magrib, sedangkan jemaah yang tiba pada malam hari cukup berwukuf sebelum fajar. Wukuf di Arafah menjadi inti haji, yang tanpanya ibadah haji tidak sah.
Selanjutnya, kewajiban ketiga adalah bermalam di Muzdalifah setelah meninggalkan Arafah. Minimal, jemaah harus berada di Muzdalifah setelah tengah malam, meski hanya dalam waktu singkat, sebagai bagian dari rangkaian ibadah.
Kewajiban keempat adalah bermalam di Mina pada malam-malam hari tasyrik. jemaah yang mengambil nafar awal wajib bermalam pada tanggal 11 dan 12 Zulhijah, sementara jemaah yang mengambil nafar tsani juga bermalam pada tanggal 13 Zulhijah. Kehadiran di Mina disyaratkan untuk sebagian besar waktu malam.
Kewajiban kelima adalah melempar jumrah, yakni jumrah Aqabah pada hari Iduladha serta tiga jumrah—Ula, Wustha, dan Aqabah—pada hari-hari tasyrik. Prosesi ini melambangkan perlawanan terhadap godaan dan kejahatan.
Kewajiban keenam adalah mencukur atau memendekkan rambut. Bagi jemaah laki-laki dianjurkan mencukur rambut hingga gundul, meski memendekkannya juga diperbolehkan. Sementara bagi jemaah perempuan, cukup dengan memotong sebagian kecil rambut.
Kewajiban terakhir adalah melaksanakan tawaf wada atau tawaf perpisahan. Tawaf ini dilakukan sebagai amalan penutup sebelum meninggalkan Makkah, khusus bagi jemaah yang tidak sedang haid atau nifas.
Baca juga: Bandara Taif Jadi Alternatif Haji, Masa Tinggal Bisa Dipangkas Jadi 35 Hari
Tawaf wada menjadi simbol perpisahan penuh haru dengan Baitullah setelah menunaikan seluruh rangkaian ibadah haji.
Dengan memahami tujuh kewajiban haji ini, jemaah diharapkan dapat menjalani ibadah haji dengan lebih khusyuk, tertib, dan sesuai tuntunan.
Haji bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan hati menuju kesempurnaan penghambaan kepada Allah SWT.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang