Editor
KOMPAS.com-Keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah menjadi dambaan setiap pasangan suami istri dalam membangun rumah tangga yang harmonis dan penuh keberkahan.
Islam memberikan panduan yang jelas mengenai konsep tersebut melalui Alquran dan keteladanan Rasulullah SAW, termasuk pembagian peran suami dan istri agar ketenangan, kasih sayang, serta rahmat Allah senantiasa hadir dalam kehidupan keluarga.
Baca juga: Viral “Tepuk Sakinah”, Inovasi Kemenag untuk Mudahkan Calon Pengantin Ingat Nilai Keluarga
Sakinah bermakna ketenangan dan kedamaian batin yang dirasakan suami dan istri dalam kehidupan rumah tangga.
Dilansir dari laman Masjid Istiqlal, ketenangan menjadi tujuan utama pernikahan dalam Islam, yaitu agar pasangan saling merasa tenteram dan aman satu sama lain.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
فَمَا خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لِآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QS. Ar-Rum [30]: 21)
Ketenangan rumah tangga akan terwujud ketika suami dan istri saling menjalankan peran serta tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan saling menjaga perasaan pasangan.
Baca juga: Viral Tepuk Sakinah, Kemenag Jelaskan Makna Yel-yel Calon Pengantin
Mawaddah merujuk pada rasa cinta dan kasih sayang yang diwujudkan dalam akhlak yang baik, sikap saling menghargai, serta perlakuan yang lembut antara suami dan istri.
Kasih sayang ini tampak dalam perhatian, empati, serta kemampuan memahami kekurangan pasangan tanpa saling menyakiti.
Rasulullah SAW menegaskan bahwa kualitas iman seseorang tercermin dari akhlaknya kepada pasangan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِنِسَائِهِمْ
"Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya." (HR. Tirmidzi)
Hadits ini menegaskan bahwa kasih sayang dalam rumah tangga tidak hanya terwujud melalui ucapan, tetapi juga melalui sikap dan perilaku sehari-hari.
Warahmah berarti limpahan rahmat Allah yang menghadirkan sikap saling memaafkan, menolong, dan melindungi satu sama lain.
Rahmat ini menjadi penopang utama ketika rumah tangga menghadapi ujian, perbedaan pendapat, maupun kesulitan hidup.
Allah subhanahu wata’ala menggambarkan hubungan suami dan istri sebagai pakaian satu sama lain:
هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ
"...mereka (istri-istri) adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka..." (QS. Al-Baqarah [2]: 187)
Perumpamaan ini menegaskan bahwa suami dan istri memiliki kewajiban saling melindungi, menutupi kekurangan, serta menjaga kehormatan pasangannya.
Baca juga: Lirik Tepuk Sakinah, Inovasi Kemenag untuk Edukasi Calon Pengantin di KUA
Keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah tidak tercipta secara instan.
Nilai-nilai tersebut tumbuh melalui proses panjang dengan menjalankan peran suami dan istri sesuai tuntunan Islam.
Komunikasi yang jujur dan terbuka menjadi fondasi utama keharmonisan rumah tangga.
Suami dan istri perlu membiasakan berdialog dengan sikap saling menghargai, serta menyelesaikan permasalahan tanpa emosi dan saling menyalahkan.
Kedekatan kepada Allah menjadi sumber ketenangan dan kekuatan spiritual dalam rumah tangga.
Ibadah, doa, dan tawakal membantu pasangan menghadapi konflik dengan hati yang lebih lapang dan penuh kesabaran.
Nilai amanah, tanggung jawab, dan saling menghormati harus tertanam kuat dalam kehidupan rumah tangga.
Seorang suami memiliki kewajiban memimpin keluarga dan memenuhi kebutuhan lahir batin istri, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ
"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, dan karena mereka menafkahkan sebagian dari harta mereka." (QS. An-Nisa [4]: 34)
Rasulullah SAW juga menjelaskan ciri istri terbaik melalui sabdanya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ؟ قَالَ: الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَلَا مَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
"Yang menyenangkan suaminya ketika dipandang, menaati perintahnya, dan menjaga diri serta harta suaminya dari hal-hal yang dibenci." (HR. An-Nasa’i dan Ahmad)
Keharmonisan rumah tangga terjaga dengan saling menutup aib dan menjaga rahasia pasangan.
Rasulullah SAW memberikan peringatan keras terkait penyebaran rahasia rumah tangga:
إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِي إِلَيْهِ، ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا
"Sesungguhnya manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang menyebarkan rahasia istrinya." (HR. Muslim No. 1437)
Rasulullah SAW juga bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Barang siapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat." (HR. Muslim)
Dengan menjalankan peran masing-masing secara seimbang serta berlandaskan Alquran dan sunnah, keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah bukan hanya menjadi cita-cita, tetapi dapat terwujud dalam kehidupan rumah tangga sehari-hari.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang