Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjanjian Hudaibiyah, Perjanjian Damai yang Mengubah Sejarah Islam

Kompas.com, 29 Desember 2025, 13:00 WIB
Norma Desvia Rahman,
Khairina

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perjanjian Hudaibiyah merupakan salah satu peristiwa paling menentukan dalam sejarah awal Islam.

Meski pada awalnya tampak merugikan umat Islam, kesepakatan ini justru membuka jalan bagi kemenangan dakwah Nabi Muhammad SAW secara lebih luas dan berjangka panjang.

Peristiwa ini terjadi pada tahun keenam Hijriah, ketika umat Islam belum berada pada posisi politik dan militer yang sepenuhnya kuat.

Nabi Muhammad SAW bersama sekitar 1.400 sahabat berangkat dari Madinah menuju Makkah dengan niat menunaikan umrah.

Mereka mengenakan pakaian ihram dan tidak membawa perlengkapan perang, sebagai isyarat bahwa kedatangan mereka bersifat damai.

Namun, kaum Quraisy menilai kehadiran rombongan ini sebagai ancaman politik dan simbolik. Mereka khawatir wibawa Makkah runtuh jika kaum Muslimin memasuki kota tanpa perlawanan.

Baca juga: Piagam Madinah, Landasan Toleransi dan Persatuan Umat Islam

Ketegangan di Perbatasan Makkah

Rombongan Nabi akhirnya tertahan di wilayah Hudaibiyah, sekitar 20 kilometer dari Makkah. Di tempat inilah negosiasi panjang berlangsung.

Utusan demi utusan dikirimkan oleh kedua belah pihak untuk meredakan ketegangan. Salah satu momen paling menegangkan terjadi ketika Utsman bin Affan diutus Nabi untuk berunding ke Makkah, tetapi lama tidak kembali.

Isu bahwa Utsman dibunuh sempat beredar dan memicu baiat setia para sahabat kepada Nabi yang dikenal sebagai Baiat Ridwan.

Ketegangan itu akhirnya mereda ketika Quraisy mengirim Suhail bin Amr sebagai juru runding. Kehadirannya menjadi sinyal bahwa kesepakatan damai akan dicapai.

Isi Perjanjian yang Diperdebatkan

Perjanjian Hudaibiyah memuat beberapa poin utama. Umat Islam diminta kembali ke Madinah dan baru boleh melaksanakan umrah pada tahun berikutnya.

Gencatan senjata disepakati selama sepuluh tahun. Jika ada penduduk Makkah yang masuk Islam dan hijrah ke Madinah tanpa izin walinya, ia harus dikembalikan. Sebaliknya, jika ada Muslim Madinah yang kembali ke Quraisy, ia tidak wajib dikembalikan.

Bagi banyak sahabat, terutama Umar bin Khattab, isi perjanjian ini terasa tidak adil. Mereka mempertanyakan mengapa umat Islam harus mengalah, padahal berada di pihak yang benar.

Namun Nabi Muhammad SAW menerimanya dengan ketenangan dan keyakinan bahwa keputusan ini mengandung hikmah besar.

Baca juga: Kisah Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah

Kemenangan Tanpa Pedang

Waktu membuktikan kebijaksanaan Nabi. Masa damai membuka ruang dakwah yang sebelumnya tertutup oleh konflik bersenjata.

Interaksi antara Muslim dan non-Muslim meningkat dan ajaran Islam menyebar lebih cepat. Dalam dua tahun setelah perjanjian ini, jumlah orang yang masuk Islam melampaui seluruh periode sebelumnya.

Al-Qur’an bahkan menyebut perjanjian ini sebagai “kemenangan yang nyata” (QS. Al-Fath: 1). Kemenangan tersebut bukan dalam bentuk penaklukan wilayah, melainkan pengakuan politik dan legitimasi sosial terhadap komunitas Muslim.

Jalan Menuju Fathu Makkah

Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam, perjanjian Hudaibiyah menjadi landasan bagi peristiwa besar berikutnya, yakni penaklukan Makkah.

Ketika Quraisy melanggar perjanjian dengan menyerang sekutu kaum Muslimin, Nabi memiliki dasar moral dan politik untuk bertindak. Fathu Makkah pun terjadi hampir tanpa pertumpahan darah.

Baca juga: Asal Usul Suku Quraisy, Penguasa Mekkah di Zaman Nabi Muhammad SAW

Pelajaran Strategis dari Hudaibiyah

Perjanjian Hudaibiyah mengajarkan bahwa kemenangan dalam peradaban tidak selalu diraih melalui konfrontasi.

Kesabaran, diplomasi, dan visi jangka panjang sering kali lebih menentukan. Nabi Muhammad SAW menunjukkan bahwa mengalah secara taktis bukan berarti kalah secara strategis.

Dalam konteks sejarah Islam, Hudaibiyah menjadi contoh bagaimana kebijakan damai dapat menjadi alat transformasi sosial dan peradaban yang jauh lebih kuat daripada pedang.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com