Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah

Kompas.com, 15 Desember 2025, 19:05 WIB
Agus Susanto

Penulis

KOMPAS.com - Hijrah bukan hanya sekedar momen berpindah. Hijrah adalah strategi Nabi Muhammad SAW untuk mengembangkan agama Islam. Perkembangan Islam yang berat dan penuh tekanan menyebabkan hijrah harus dilakukan.

Madinah dipilih sebagai tempat hijrah karena penduduknya terbuka menerima kedatangan Nabi Muhammad SAW. Hijrah inilah titik tolak perkembangan Islam hingga mencapai kejayaan dan kemenangan.

Untuk memahami peristiwa hiijrah Nabi Muhammad SAW, berikut kisahnya seperti dikutip dari kitab Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam.

Baca juga: Kisah Hijrah Umat Islam ke Madinah

Perintah Awal Hijrah

Perintah awal hijrah disampaikan Allah SWT dalam Al Quran surat Az Zumar ayat 10.

قُلْ يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ فِى هَٰذِهِ ٱلدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

Artinya: "Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (Q.S. Az Zumar: 10).

Umat Islam pada awalnya berhijrah ke Habasyah. Namun pada perkembangannya, negeri Habasyah bukan negeri yang ideal untuk berkembang. Maka gelombang hijrah kedua dilaksanakan ke Madinah pada awal bulan Muharram.

Setelah sebagian umat Islam hijrah ke Madinah, maka Nabi Muhammad SAW kemudian juga berangkat ke Madinah. Perjalanan ini dimulai dari pengepungan rumah Nabi Muhammad SAW oleh perwakilan semua suku Quraisy.

Baca juga: Alasan Penduduk Madinah Menerima Islam dengan Tangan Terbuka

Pengepungan Rumah Nabi Muhammad SAW dan Strategi Meloloskan Diri

Melihat gelombang hijrah ke Madinah yang semakin membesar, para pembesar kaum Quraisy berkumpul di Darun Nadwah untuk melakukan musyawarah. Mereka kemudian sepakat mengirimkan perwakilan dari setiap kabilah untuk membunuh Nabi Muhammad SAW.

Pasca rapat tersebut, malam harinya keputusan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW dilaksanakan. Nabi Muhammad SAW sudah diberitahu Malaikat Jibril tentang rencana tersebut. Maka pada malam pengepungan tersebut, Nabi Muhammad SAW meninggalkan rumah.

Ali bin Abi Thalib yang saat itu masih remaja diperintahkan Nabi Muhammad SAW menggantikannya di tempat tidur. Nabi Muhammad SAW berhasil lolos berkat pertolongan Allah SWT.

وَجَعَلْنَا مِنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ

Artinya: “Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” (Q.S. Yasin: 9).

Nabi Muhammad SAW segera menuju rumah Abu Bakar Ash Shiddiq. Keduanya berangkat hijrah pada tanggal 27 Shafar tahun ke-14 kenabian. Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar Ash Shiddiq memilih jalan melingkar untuk menghindari pengejaran.

Baca juga: Kisah Pembangunan Masjid Nabawi dan Sejarah Adzan

Kaum kafir Quraisy yang mengetahui Nabi Muhammad SAW telah berangkat hijrah, melakukan pencarian ke berbagai penjuru. Jejak Nabi Muhammad SAW berhasil diketahui. Keduanya kemudian bersembunyi di gua Tsur

Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar di Gua Tsur

Sebelum memasuki gua Tsur, Abu Bakar terlebih dahulu mengecek keadaan gua. Ia tidak ingin Nabi yang sangat dicintainya terkena bahaya saat memasuki gua.

Abu Bakar Ash Shiddiq berkata: “Demi Allah, janganlah Engkau masuk dalamnya sebelum aku masuk terlebih dahulu.Jika di dalam ada sesuatu yang tidak beres, biarlah aku yang terkena, asal tidak mengenai engkau.”

Abu Bakar kemudian masuk ke dalam gua. Mantelnya ia lepas dan dirobek menjadi dua bagian. Satu untuk menutupi lubang yang ada di gua tersebut, satunya lagi untuk alas. Nabi Muhammad SAW kemudian masuk dan tertidur di pangkuan Abu Bakar karena lelah.

Saat Nabi Muhammad SAW tertidur, Abu Bakar disengat seekor binatang berbisa. Namun karena tidak ingin menganggu istirahat Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar hanya diam nenahan sakit hingga mengeluarkan air mata.

Nabi Muhammad SAW baru terbangun saat air mata Abu Bakar jatuh mengenai wajahnya. Mengetahui Abu Bakar disengat binatang berbisa, Nabi Muhammad SAW meludahi bagian yang sakit itu hingga hilang rasa sakitnya.

Baca juga: Kisah Baiat Aqabah Pertama dan Kedua: Janji Kesetiaan Penduduk Madinah

Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar berada di gua tersebut selama tiga hari. Selama berada di gua tersebut, Abdullah bin Abu Bakar selalu datang untuk memberikan informasi dan perkembangan yang terjadi di Mekkah.

Sementara untuk keperluan minum dan menghilangkan jejak, Abu Bakar memerintahkan pembantunya yang bernama Amir bin Fuhairah untuk menggembalakan domba di dekat gua Tsur sehingga susunya bisa diperah.

Keberadaan Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar di Gua Tsur hampir saja ketahuan seandainya tidak ada pertolongan Allah. Beberapa pengejar Nabi Muhammad SAW ada yang sudah sampai di gua Tsur.

Seandainya para pengejar itu melihat ke bawah, tentu akan dapat melihat Rasulullah dan Abu Bakar.

Abu Bakar sebenarnya sudah sangat ketakutan dengan kondisi tersebut. Namun Nabi Muhammad SAW menenangkannya dengan menyatakan Allah selalu bersama mereka. Abu Bakar pun menjadi tenang karenanya.

Setelah 3 hari, Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan. Sebelumnya, Abu Bakar ternyata sudah menyiapkan kendaraan untuk berhijrah. Ia membeli 2 ekor unta dan dititipkan kepada Abdullah bin Uraiqith yang menjadi penunjuk jalan bagi perjalanan keduanya.

Baca juga: Akhir Tragis Kehidupan Abu Lahab, Penentang Utama Dakwah Rasulullah SAW

Beberapa Kejadian Sebelum Sampai di Madinah

Selama menempuh perjalanan hijrah, ada beberapa kejadian yang dialami Nabi Muhammad SAW. Beliau sempat bertemu dengan Ummu Ma’bad, seorang wanita yang terkena dermawan.

Sayangnya, saat itu sedang masa paceklik. Kambing-kambing Ummu Ma’bad tidak ada yang hamil atau bisa menghasilkan susu.

Nabi Muhammad SAW kemudian mendekati salah satu kambing yang sudah tua. Nabi Muhammad SAW meminta ijin untuk memerah susu kambing tersebut.

Ajaib, atas izin Allah, kambing tersebut menghasilkan susu dalam jumlah banyak yang dapat mencukupi kebutuhan Nabi Muhammad SAW beserta rombongan dan memenuhi bejana Ummu Ma’bad.

Nabi Muhammad SAW juga bertemu dengan Abu Buraidah. Pada awalnya Abu Buraidah ingin menangkap Nabi Muhammad SAW karena menginginkan hadiah 100 unta.

Namun setelah bertemu Nabi Muhammad SAW, Abu Buraidah beserta 70 orang kaumnya masuk Islam.

Sebelum masuk ke Madinah, Nabi Muhammad SAW sempat mampir ke pinggiran kota Madinah, tepatnya di Quba’. Disitu Nabi Muhammad SAW dan rombongan menginap selama empat hari di rumah Kultsum bin Al Hidm. Selama berada di Quba’, Nabi Muhammad SAW mendirikan masjid pertama setelah Nubuwah.

Baca juga: Kisah Salman Al Farisi: Perjalanan Mencari Kebenaran

Nabi Muhammad SAW Tiba di Madinah

Setelah berada empat hari di Quba', Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar Ash Shiddiq melanjutkan perjalanan hingga sampai Mekkah. Sesampainya di Madinah, Nabi Muhammad SAW disambut dengan sukacita dan gegap gempita.

Sejak saat itu Madinah berubah nama menjadi Madinah. Hampir semua orang yang hadir berharap Rasulullah bersedia menginap di rumahnya.

Demi menghindarkan kecemburuan, Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk menginap ditempat dimana untanya berhenti.

Berdasarkan ketentuan Allah, unta beliau berhenti di daerah Bani Najjar yang masih punya hubungan darah dengan Beliau. Tempat tersebut saat ini berada di kompelks Masjid Nabawi.

Begitu unta berhenti dan Nabi Muhammad SAW turun dari punggung unta, Abu Ayyub Al Anshary berinisiatif mengambil pelana unta Nabi Muhammad SAW dan berkata: “Seseorang itu beserta pelananya.”

Rasulullah akhirnya singgah di rumah Abu Ayyub Al Anshary untuk beberapa hari sebelum akhirnya membangun rumah dan Masjid Nabawi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com