KOMPAS.com - Pasca masuk Islamnya 6 orang Madinah saat bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, mereka kemudian menyebarkan agama Islam di Madinah. Penduduk Madinah dapat menerima Islam dengan baik hingga beberapa orang masuk Islam.
Setahun kemudian, tepatnya pada tahun ke-12 kenabian, sebanyak 12 penduduk Madinah yang sudah memeluk Islam mengunjungi Mekkah pada musim Haji.
Baca juga: Alasan Penduduk Madinah Menerima Islam dengan Tangan Terbuka
Sesampainya di Mekkah, Nabi Muhammad SAW menemui orang-orang Madinah yang melaksanakan ibadah haji. Saat itulah kemudian Nabi Muhammad SAW mengambil sumpah setia pada penduduk Madinah. Peristiwa ini dinamakan Baiat Aqabah yang pertama.
Pada saat itu Nabi Muhammad SAW bersabda: : “Kemarilah dan berbaiatlah kalian kepadaku untuk tidak menyekutukan sesuatupun dengan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak sendiri, tidak akan berbuat dusta yang kalian ada-adakan antara tangan dan kaki kalian, tidak mendurhakaiku dalam urusan yang baik.
Barangsiapa diantara kalian menepatinya, maka pahalanya ada pada Allah. Barangsiapa mengambil sesuatu dari yang demikian ini, lalu dia disiksa di dunia, maka itu merupakan ampunan dosa baginya.
Dan barangsiapa mengambil sesuatu dari yang demikian itu lalu Allah menutupinya, maka urusannya terserah Allah. Jika menghendaki Dia menyikasanya dan jika menghendaki Dia mengampuninya.”
Baca juga: Kisah Dakwah Nabi Muhammad SAW ke Thaif
Pada musim haji tahun ke-13 Nubuwah, penduduk Madinah baik yang sudah menganut agama Islam maupun belum menunaikan ibadah haji ke Mekkah.
Perjalanan itu dimanfaatkan oleh kaum Muslimin Madinah untuk bertemu Nabi Muhammad SAW. Sekitar 75 orang, terdiri dari 73 laki-laki dan 2 orang Perempuan menemui Nabi Muhammad SAW di Aqabah, Mina.
Saat itu Nabi Muhammad SAW pergi bersama Pamannya Abbas bin Abdul Muthalib yang saat itu belum masuk Islam menemui penduduk Madinah.
Sebelum pembicaraan antara Nabi Muhammad SAW dan penduduk Madinah berlangsung, paman Nabi Muhammad SAW, Abbas bin Abdul Muthalib memulai pembicaraan terlebih dahulu.
”Wahai, kaum Khazraj (maksudnya penduduk Madinah), sesungguhnya Muhammad memiliki kedudukan di sisi kami sebagaimana yang sudah kalian ketahui. Kami telah melindunginya dari kaum kami yang satu keyakinan dengan kami tentang dia. Jadi, Muhammad berada dalam penjagaan dan perlindungan kaumnya di daerahnya.
Namun dia lebih memilih bergabung dengan kalian. Jika kalian merasa sanggup memenuhi apa yang kalian janjikan untuknya dan sanggup melindunginya dari orang yang menentangnya, maka terserah kalian. Karena dia berada dalam penjagaan dan perlindungan kaumnya di daerahnya,” tegas Abbas bin Abdul Muthalib.
Meskipun belum masuk Islam, Bani Hasyim sebagai keluarga besar Nabi Muhammad SAW tetap menjaga ikatan kekeluargaan dan kehormatan keluarga sebagaimana tradisi saat itu.
Barra’ bin Ma’rur, perwakilan dari penduduk Madinah menjawab, “Demi Dzat yang telah mengutus dengan Al Haq, sungguh kami akan menjagamu (Nabi Muhammad SAW) dari segala hal yang kami tolak dari kaum, wanita kami.”
Setelah diberikan penjelasan mengenai berbagai hal, baiat pun dilakukan dengan menjabat tangan Nabi Muhammad SAW.
Baca juga: Berbagai Intimidasi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah
Nabi Muhammad SAW berkata, “Kalian berbai’at kepadaku untuk selalu mau mendengar dan taat dalam keadaan giat (senang) atau malas (berat), selalu memberikan nafkah dalam keadaan susah atau senang, selalu memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, selalu di jalan Allah dan jangan terpengaruh dengan celaan orang yang mencela, jika aku sudah datang ke (tempat) kalian agar kalian menolongku, melindungiku dari hal-hal yang kalian hindarkan dari diri, istri dan anak-anak kalian. Dan kalian akan mendapatkan surga.”
Setelah baiat tersebut, Rasulullah menunjuk 12 orang untuk menjadi pemimpin bagi kaumnya, mereka adalah:
1. As’ad bin Zurarah
2. Sa’ad bin Rabi’
3. Abdullah bin Rawahah
4. Rafi’ bin Malik
5. Barra’ bin Ma’rur
6. Abdullah bin Amr
7. Ubadah bin Shamit
8. Sa’ad bin Ubadah
9. Mundzir bin Amr
10. Usaid bin Hudhair
11. Sa’ad bin Khaitsamah
12. Rifa’ah bin Abdul Mundzir
Ketika baiat aqabah kedua terlaksana, penduduk Madinah sudah benar-benar siap menerima kedatangan kaum Muslimin Mekkah. Sebulan kemudian terjadilah peristiwa hijrah.
Kaum Muslimin Mekkah mulai berpindah ke Madinah yang lebih kondusif untuk menjalankan agama Islam.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini