Editor
KOMPAS.com - Pergantian tahun Masehi kerap disambut dengan berbagai bentuk perayaan dan euforia di tengah masyarakat.
Pesta kembang api, konser musik, hingga keramaian di ruang-ruang publik menjadi pemandangan yang lazim setiap akhir tahun.
Namun dalam pandangan Islam, pergantian tahun Masehi tidak memiliki kedudukan sakral sebagaimana hari besar keagamaan.
Momentum tersebut tidak diposisikan sebagai peristiwa ibadah yang memiliki tuntunan ritual khusus.
Baca juga: Ketua MUI Imbau Malam Tahun Baru 2026 Diisi Doa Bersama, Bukan Hura-hura
Anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Zia Ul Haramein, menegaskan bahwa umat Islam tidak diwajibkan untuk merayakan pergantian tahun Masehi secara ritualistik.
Menurutnya, pergantian tahun hanyalah penanda perubahan waktu, bukan peristiwa sakral yang harus disambut dengan perayaan tertentu.
“Pergantian tahun Masehi itu bukan sesuatu yang sakral dan bukan pula sesuatu yang berdiri sendiri untuk ditunggu-tunggu,” ujar Gus Zia, sapaan akrabnya, dilansir dari MUI Digital, Rabu (30/12/2025).
Meski demikian, Gus Zia menjelaskan bahwa pergantian tahun tetap dapat dimaknai secara positif apabila ditempatkan dalam perspektif keimanan.
Perubahan waktu justru menjadi pengingat penting bagi manusia tentang keterbatasan hidup di dunia.
Menurutnya, setiap pergantian tahun adalah isyarat bahwa manusia semakin dekat dengan akhir kehidupan dan pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.
“Pergantian tahun adalah pertanda bahwa kita semakin dekat dengan akhirat, semakin dekat dengan kematian. Jarak antara kita dengan akhir usia semakin menipis,” jelasnya.
Dalam Islam, waktu memiliki kedudukan yang sangat penting. Hal ini ditegaskan dalam Surah Al-‘Asr:
وَٱلْعَصْرِ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ
“Demi masa, sungguh, manusia dalam keadaan rugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.” (QS al-Ashr 1–3).
Ayat tersebut menunjukkan bahwa waktu bukan sekadar pergantian angka dalam kalender, melainkan amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
Karena itu, Gus Zia menekankan pentingnya membaca pergantian tahun sebagai isyarat evaluatif, bukan sekadar perayaan seremonial yang berulang setiap tahun.
“Semestinya pergantian tahun ini kita maknai sebagai momentum muhasabah, bukan hanya rutinitas tahunan tanpa makna,” ujarnya.
Muhasabah atau introspeksi diri menjadi adab utama yang dianjurkan dalam Islam ketika menghadapi pergantian waktu.
Seorang Muslim diajak untuk menilai kembali perjalanan hidupnya selama satu tahun terakhir, baik dari sisi ibadah, amal sosial, maupun kesalahan yang telah dilakukan.
“Kita melihat kekurangan diri kita, apa yang sudah dicapai, apa yang masih banyak kealpaan dan kekhilafan, bagaimana taubat kita, serta bagaimana kualitas amal saleh kita,” katanya.
Gus Zia juga mengingatkan sabda Rasulullah SAW tentang hakikat kecerdasan seorang mukmin, yakni mereka yang mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah kematian.
عَنْ أبي يَعْلَى شَدَّادِ بْن أَوْسٍ عن النَّبيّ ﷺ قَالَ: الكَيِّس مَنْ دَانَ نَفْسَهُ, وَعَمِلَ لِما بَعْدَ الْموْتِ, وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَه هَواهَا, وتمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Dari Syaddad bin Aus dari Nabi SAW bersabda, “Orang yang cerdas adalah orang yang menyiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang jiwanya selalu mengikuti hawa nafsunya dan hanya berangan-angan kepada Allah.” (HR at-Tirmidzi).
Baca juga: Antrean Haji di Lebak Tembus 28 Tahun, Baru Bisa Berangkat 2053
Dengan demikian, pergantian tahun sejatinya menjadi momentum untuk memperbaiki orientasi hidup, memperkuat keimanan, dan menyusun kembali rencana amal saleh ke depan.
“Kalau pergantian tahun ini hanya diisi dengan hura-hura tanpa refleksi, maka nilai waktunya justru terbuang sia-sia,” pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang