KOMPAS.com - Rasulullah SAW merupakan pribadi terbaik sepanjang zaman menurut umat Islam. Rasulullah SAW diangkat menjadi Nabi salah satu tugasnya adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَکَارِمَ الْأَخْلَاق
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.” (H.R. Bukhari).
Sebagai sosok yang bertugas untuk menyempurnakan akhlak manusia, tentunya Rasulullah SAW adalah pribadi yang sempurna dalam hal akhlak sehingga menjadi contoh bagi umatnya.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (Q.S. Al Ahzab: 21).
Baca juga: Bacaan Sholawat Jibril: Arab, Latin, Arti, dan Keutamaannya
Salah satu kesempurnaan akhlak Rasulullah SAW adalah senantiasa bersikap lemah lembut, baik kepada para sahabat maupun musuh-musuhnya.
Allah merahmati Rasulullah dengan sikap lemah lembut sebagaimana yang disampaikan dalam Q.S. Ali Imran ayat 159:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu…”
Sikap lemah lembut ini menjadi salah satu kunci keberhasilan dakwah Rasulullah SAW.
Baca juga: Bacaan Sholawat Tarhim: Arab, Latin, dan Terjemahannya
Dalam sebuah riwayat, dikisahkan bahwa ketika Rasulullah sedang berada diantara para sahabat. Datanglah seorang pendeta Yahudi bernama Zaid bin San’ah menerobos dan langsung mencengkeram kerah baju Rasulullah seraya menghardik dengan keras:
"Bayar utangmu, wahai Muhammad, sesungguhnya turunan Bani Hasyim adalah orang-orang yang selalu mengulur-ulur pembayaran utang!"
Melihat hal tersebut, Umar bin Khattab segera menghunus pedang dan memohon untuk menebas leher orang tersebut. Rasulullah kemudian menasehati Umar:
"Bukan berperilaku kasar seperti itu aku menyerumu. Aku dan Yahudi ini membutuhkan perilaku lembut. Perintahkan kepadanya agar menagih utang dengan sopan dan anjurkan kepadaku agar membayar utang dengan baik."
Baca juga: Sholawat Munjiyat: Arab, Latin, Arti, dan Keutamaannya
Reaksi Rasulullah tersebut membuat pendeta Yahudi tersebut berubah sikap dan menyampaikan maksud sebenarnya:
"Demi Allah yang telah mengutusmu dengan hak, aku datang kepadamu bukan untuk menagih utang. Aku datang sengaja untuk menguji akhlakmu.
Aku telah membaca sifat-sifatmu dalam Kitab Taurat. Semua sifat itu telah terbukti dalam dirimu, kecuali satu yang belum aku coba, yaitu sikap lembut saat marah. Dan aku baru membuktikannya sekarang.
Oleh sebab itu, aku bersaksi tiada Tuhan yang wajib disembah selain Allah dan sesungguhnya engkau wahai Muhammad adalah utusan Allah. Adapun piutang yang ada padamu, aku sedekahkan untuk orang Muslim yang miskin."
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!