KOMPAS.com – Dalam ajaran Islam, jin merupakan makhluk gaib ciptaan Allah yang juga diberi kehidupan di muka bumi.
Walaupun berada pada dimensi berbeda dengan manusia, keberadaan jin seringkali dirasakan melalui berbagai bentuk gangguan.
Gangguan jin bisa muncul di lingkungan sehari-hari, misalnya rumah atau kantor yang dianggap dihuni makhluk gaib.
Dalam kasus tertentu, jin bahkan masuk ke tubuh manusia hingga menyebabkan kesurupan.
Baca juga: Mengenal Jin Qorin yang Selalu Menyertai Manusia
Selain itu, ada pula gangguan jin yang lebih halus dan sulit dikenali. Misalnya rasa malas beribadah, gelisah, cemas tanpa sebab, sering lupa jumlah rakaat saat sholat, hingga sakit yang tidak terdeteksi secara medis.
Salah satu cara yang diajarkan dalam Islam untuk mengusir jin adalah membaca ayat-ayat suci Alquran.
Namun, pada masa Rasulullah SAW pernah terjadi peristiwa ketika bacaan ayat Alquran tidak langsung mempan menghadapi jin.
Baca juga: 5 Cara Mengendalikan Amarah dalam Islam, Lengkap dengan Doa
Riwayat dari Ibnu Mas‘ud menyebutkan, suatu malam Rasulullah didatangi jin ifrit yang membawa obor api di tangannya. Riwayat lain menuturkan peristiwa itu terjadi pada malam Isra Mi’raj.
Rasulullah membaca ayat-ayat Alquran, tetapi jin tersebut tetap mendekat. Saat itu, Malaikat Jibril kemudian mengajarkan doa khusus agar jin tersebut tersungkur dan tidak berdaya.
“Maukah aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat, yang apabila engkau membacanya, maka ia (jin) akan jatuh tersungkur dan obornya padam?” ujar Jibril sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Malik, an-Nasa’i, ath-Thabrani, dan ulama hadis lainnya.
Seperti dilansir dari laman Kemenag, doa yang diajarkan Jibril kepada Rasulullah SAW terbukti membuat jin ifrit itu tersungkur dan obornya padam.
Arab:
أَعُوذُ بِوَجْهِ اللَّهِ الْكَرِيمِ، وَبِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ الَّتِي لَا يُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَلَا فَاجِرٌ مِنْ شَرِّ مَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ، وَمِنْ شَرِّ مَا يَعْرُجُ فِيهَا. وَمِنْ شَرِّ مَا ذَرَأَ فِي الْأَرْضِ، وَمِنْ شَرِّ مَا يَخْرُجُ مِنْهَا، وَمِنْ شَرِّ فِتَنِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَمِنْ شَرِّ طَوَارِقِ اللَّيْلِ، وَمِنْ شَرِّ كُلِّ طَارِقٍ إِلَّا طَارِقًا يَطْرُقُ بِخَيْرٍ يَا رَحْمَنُ
Latin:
A‘ûdzu biwajhillâhil karîm, wabikalimâtillâhit-tâmmâtil-latî lâ yujâwizuhunnâ barrun wa fâjirun, min syarri mâ yanzilu minas-samâ’i, wa min syarri ma ya‘ruju fîhâ, wa min syarri mâ dzara’a fil-ardhi, wamin syarri ma yakhruju minhâ, wa min syarri fitanil-laili wan-nahâri, wamin syarri thawâriqil-laili, wamin syarri kulli thâriqin illâ thâriqan yathruqu bi khairin, yâ rahmân.
Terjemahan:
“Aku berlindung dengan dzat Allah Yang Mahamul ia, dengan kalimat-kalimat-Nya yang sempurna, yang tidak ada orang baik maupun durhaka yang dapat melampauinya. Dari keburukan yang turun dari langit, dari keburukan yang naik ke langit, dari keburukan yang ada di bumi maupun yang keluar darinya, dari fitnah siang dan malam, dari bahaya malam, dan dari setiap mara bahaya yang datang kecuali yang datang membawa kebaikan, wahai Tuhan Yang Maha Penyayang.”