Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Penemuan Sumur Zamzam oleh Abdul Muthalib

Kompas.com - 26/09/2025, 19:15 WIB
Agus Susanto

Penulis

KOMPAS.com - Sumur Zamzam adalah salah satu sumur tua yang sampai saat ini masih berfungsi. Sumur ini pertama kali mengalirkan air pada masa Nabi Ibrahim AS, tepatnya ketika Nabi Ismail yang masih bayi menghentakkan kakinya di tanah sehingga muncullah sumur Zamzam.

Sumur Zamzam pernah tertimbun saat Ka'bah diserang oleh pasukan dari Bani Bakr dan Bani Khuza’ah. Suku Jurhum yang saat itu menguasai ka'bah dapat dikalahkan sehingga harus terusir dari Mekkah dan kembali ke asalnya di Yaman.

Sebelum meninggalkan Mekkah, pimpinan Suku Jurhum, Amr bin Al Harits mengambil dua patung kijang emas di Ka’bah dan dua batu tiang untuk dilemparkan ke sumur Zamzam dan ditimbun.

Selama ribuan tahu, sumur Zamzam tertimbun. Barulah pada masa kepemimpina Abdul Muthalib, sumur Zamzam kembali ditemukan.

Baca juga: Kisah Pengepungan Rumah Nabi Muhammad SAW Sebelum Hijrah

Kisah Penemuan Sumur Zamzam

Suatu hari, Abdul Muthalib tidur di dekat hajar aswad dan bermimpi diperintahkan menggali sumur zamzam. Mimpi itu hadir beberapa kali hingga Abdul Muthalib melaksanakan apa yang diperintahkan dalam mimpinya. Hal ini seperti diriwayatkan dari Ali Bin Abi Thalib bahwasanya ia pernah menyampaikan kisah dari kakeknya tersebut.

“Aku sedang tidur di Hajar Aswad, tiba-tiba seseorang datang kepadaku kemudian berkata, 'Galilah Thaibah.' Aku berkata, 'Apa Thaibah itu?' Orang tersebut langsung pergi dariku. Esok harinya, aku kembali ke tempat tidurku semula (Hajar Aswad) kemudian tidur di dalamnya, tiba-tiba orang kemarin datang lagi kepadaku dan berkata, 'Galilah Barrah.'

Aku bertanya, 'Apa Barrah itu?' Orang tersebut langsung pergi. Esok harinya, aku kembali ke tempat tidurku semula (Hajar Aswad) kemudian tidur di dalamnya, tiba-tiba orang kemarin datang lagi dan berkata, 'Galilah Al-Madhnunah.' Aku bertanya, 'Apa Al-Madhnunah itu?' Orang tersebut langsung pergi dariku.

Esok harinya, aku kembali ke tempat tidurku semula (Hajar Aswad) kemudian tidur di dalamnya, tiba-tiba orang kemarin datang lagi kepadaku dan berkata, 'Galilah Zamzam.' Aku bertanya, 'Apa Zamzam itu?'

Orang tersebut berkata, 'Air Zamzam tidak pernah habis, airnya melimpah, dan memberi minum kepada jama'ah haji yang agung itu. Zamzam terletak di galian burung gagak hitam di rumah semut'."

Abdul Muthalib menggali sumur zamzam bersama dengan anaknya Harits. Ketika mencapai sumur zamzam, Abdul Muthalib bertakbir. Penemuan ini membuat orang-orang Quraisy lainnya merasa ikut memiliki sumur tersebut karena sumur itu berasal dari nenek moyang mereka Ismail. Maka timbullah perselisihan tentang kepemilikan sumur tersebut.

Baca juga: Fathu Makkah: Penaklukan Kota Mekkah Tanpa Pertumpahan Darah

Konflik Kepemilikan Sumur Zamzam

Orang-orang Quraisy mengetahui bahwa Abdul Muthalib berhasil mencapai menggali sumur Zamzam kembali, mereka kemudian menemu Abdul Muthalib dan berkata kepadanya, "Hai Abdul Muththalib, sesungguhnya sumur tersebut adalah sumur nenek moyang kita, Ismail, dan kami mempunyai hak atas sumur tersebut. Oleh karena itu, libatkan kami di dalamnya."

Abdul Muththalib berkata, "Tidak, sesungguhnya persoalan ini dikhususkan untukku dan tidak untuk kalian. Persoalan ini diberikan kepadaku dan tidak kepada kalian."

Mereka berkata kepada Abdul Muthalib, "Berlaku adillah kepada kami. Sungguh kami tidak akan membiarkanmu dan melawanmu dalam masalah ini."

Abdul Muththalib berkata, "Kalau begitu, carilah orang yang kalian sukai kemudian kita selesaikan persoalan ini kepadanya."

Mereka berkata kepada Abdul Muthalib, "Dukun wanita Bani Sa'ad Hudzaim."

Abdul Muththalib berkata, "Ya."

Dukun wanita tersebut tinggal di pinggiran Syam. Kemudian Abdul Muththalib berangkat ke sana dengan ditemani beberapa orang dari kabilah ayahnya, Bani Abdu Manaf, dan berangkat pula ke sana beberapa orang dari setiap kabilah Quraisy.

Perjalanan mereka melewati lokasi-lokasi yang ada berbentuk padang sahara yang tandus. Ketika mereka melewati salah satu padang Sahara yang tandus di antara Hijaz dengan Syam, persediaan air Abdul Muththalib, dan rombongannya habis.

Mereka pun kehausan dan yakin akan mati. Mereka meminta air kepada kabilah-kabilah Quraisy, namun kabilah-kabilah Quraisy menolak memberi air kepada mereka.

Kabilah-kabilah Quraisy berkata, "Kita sedang berada di padang sahara yang tandus dan kami juga takut mengalami apa yang kalian alami."

Ketika Abdul Muthalib mengetahui jawaban kabilah-kabilah Quraisy dan kekhawatiran mereka terhadap diri mereka, ia berkata, Bagaimana pendapat kalian?'

Mereka berkata, "Pendapat kami selalu mengikuti pendapatmu. Maka perintahkan apa saja yang engkau inginkan kepada kami!"

Abdul Muthalib berkata, "Aku berpendapat, hendaklah setiap orang dari kalian membuat galian untuk dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Jika ada yang meninggal dunia, maka sahabat-sahabatnya mendorongnya ke dalam lubang galiannya, kemudian menguruknya, hingga tinggal tersisa satu orang di antara kita, karena kehilangan satu orang itu lebih ringan madharatnya daripada kehilangan semua rombongan."

Mereka berkata, "Apa yang engkau perintahkan ini sangat tepat."

Kemudian setiap orang dari mereka menggali lubang untuk dirinya, dan menunggu datangnya kematian karena kehausan. Abdul Muthalib berkata kepada sahabat-sahabatnya, "Demi Allah, sesungguhnya menjatuhkan diri kepada kematian seperti ini, dan tidak berjalan di muka bumi, serta tidak berusaha untuk diri sendiri adalah sebuah kelemahan. Mudah-mudahan Allah memberi kita air di salah satu negeri. Pergilah kalian!"

Baca juga: Kisah Perjalanan Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah

Sumur Zamzam Menjadi Milik Abdul Muthalib

Setelah sahabat-sahabat Abdul Muththalib pergi,  Abdul Muthalib berjalan menuju hewan tunggangannya. Ketika hewan tunggangannya berjalan membawanya, tiba-tiba dari telapak kaki hewan tunggangannya memancar air tawar.

Abdul Muthalib bertakbir dan diikuti sahabat-sahabatnya. Abdul Muthalib turun dari hewan tunggangannya, kemudian bersama sahabat-sahabatnya meminum air tersebut, mengisi tempat air minun mereka hingga penuh.

Setelah itu, Abdul Muthalib memanggil kabilah-kabilah Quraisy dan berkata kepada mereka, "Mari kita pergi ke air! Sungguh Allah telah memberi air kepada kita. Minumlah kalian dari air tersebut dan isilah tempat air minum kalian."

Mereka datang ke air tersebut, kemudian minum dan mengisi tempat air minum mereka.

Mereka berkata, "Demi Allah, persoalan ini engkau menangkan atas kami, wahai Abdul Muthalib. Demi Alah, kami tidak melawanmu dalam perkara Sumur Zamzam selama-lamanya.

Sesungguhnya Dzat yang memberimu air di padang Sahara yang tandus seperti ini adalah Dzat yang memberimu Zamzam. Kembalilah engkau kepada tempat airmu, Zamzam.

Setelah itu, Abdul Muththalib pulang dan mereka pulang bersamanya. Mereka tidak meneruskan perjalanan kepada dukun wanita.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke