KOMPAS.com - Perkembangan Islam di Madinah menunjukkan kemajuan yang sangat signifikan. Islam menjadi kekuatan baru yang sangat diperhitungkan. Hampir semua hambatan dan tantangan berhasil dilalui dengan gemilang.
Orang-orang Arab yang awalnya keras dengan Nabi Muhammad SAW dan orang-orang muslim satu persatu berhasil ditaklukkan. Tersisa satu kekuatan yang masih eksis, yaitu kampung halaman mereka sendiri, Mekkah.
Saat-saat yang dinantikan untuk bisa kembali ke Mekkah pun akhirnya tiba. Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin akhirnya bisa menaklukkan Mekkah melalui peristiwa Fathu Makkah. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 20 Ramadhan tahun ke-8 Hijriah.
Baca juga: Kisah Pengepungan Rumah Nabi Muhammad SAW Sebelum Hijrah
Peristiwa Fathu Makkah dilatarbelakangi oleh penyerangan Bani Bakr yang didukung kaum Musyrikin Mekkah kepada Bani Khuza’ah yang bersekutu dengan Rasulullah.
Dengan liciknya, Bani Bakr berkhianat terhadap perjanjian damai yang telah diikat oleh Kaum Muslimin dan sekutunya dengan Kaum Musyrikin Quraisy dan sekutunya.
Kaum Bani Bakr menyerang kaum Bani Khu'zaah sangat mereka lemah. Penyerangan ini juga mendapat dukungan amunisi dari kaum Musyrikin Quraisy.
Para petinggi Bani Khuza’ah kemudian menemui Nabi Muhammad SAW untuk mengadukan kejadian ini. Nabi Muhammad SAW berjanji akan menolong mereka. Maka Nabi Muhammad SAW segera menyiapkan pasukan untuk berangkat ke Mekkah.
Mendengar Nabi Muhammad SAW menyiapkan pasukan untuk menyerang Mekkah, penduduk Mekkah merasa sangat ketakutan dan mengutus Abu Sufyan untuk menemui Nabi Muhammad SAW guna memperbarui perjanjian damai.
Nabi Muhammad SAW menolak permohonan tersebut. Abu Sufyan kemudian merayu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ali bin Abu Thalib untuk membujuk agar membatalkan keputusan menyerang kota Mekkah. Namun semua menolak. Ali bin Abi Thalib menasihatkan agar Abu Sufyan melindungi orang-orangnya sendiri.
Dengan sikap Nabi Muhammad SAW ini, Abu Sufyan merasa pasrah. Ia tahu tidak akan mampu menghadapi kaum Muslimin yang sudah semakin kuat. Ia kembali ke Mekkah dengan tangan hampa.
Setelah seluruh pasukan siap, Nabi Muhammad SAW berdoa sebelum berangkat dengan doa seperti ini: "Ya Allah, tutuplah penglihatan dan pendengaran orang-orang Quraisy agar tidak mengetahui informasi keberangkatan kami, supaya kami bisa menyerang mereka dengan mengejutkan di dalam negeri mereka sendiri."
Baca juga: Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah
Nabi Muhammad SAW bersama sekitar 10 ribu pasukan berangkat ke Mekkah dengan baju besi. Saat mendekati Mekkah, Abbas bin Abdul Muthalib mengajak Abu Sufyan menemui Nabi Muhammad SAW.
Dengan kondisi tak berdaya menghadapi kedatangan kaum Muslimin, Abu Sufyan akhirnya menyatakan keislamannya. Ia kemudian kembali kepada kaumnya.
Abu Sufyan kemudian mengumumkan tiga hal yang bisa dilakukan agar selamat saat pasukan Nabi Muhammad SAW memasuki Mekkah sebagaimana dipesankan Beliau, yaitu memasuki rumah Abu Sufyan bin Harb, menutup pintu rumahnya, dan memasuki Masjidil Haram.
Saat Khalid bin Walid memasuki Mekkah bersama sejumlah pasukan, sempat terjadi perlawanan dari pasukan yang dipimpin Ikrimah bin Abu Jahal, Suhail bin Amr, dan beberapa orang lainnya.
Mereka akhirnya bisa dikalahkan dan melarikan diri. Ikrimah bin Abu Jahal sempat lari ke Yaman sebelum akhirnya masuk Islam dengan jaminan dari istrinya yang sudah masuk Islam terlebih dahulu.
Nabi Muhammad SAW dan pasukan Kaum Muslimin akhirnya berhasil masuk ke kota Mekkah tanpa ada pertumpahan darah.
Setelah seluruh Mekkah berhasil ditaklukkan, Nabi Muhammad SAW melakukan thawaf sebanyak 7 putaran di Ka’bah. Beliau kemudian meminta kunci Ka’bah dan memasukinya. Di dalamnya terdapat sebuah patung burung merpati, Beliau menghancurkannya. Patung-patung lain juga dihancurkan atas perintah Nabi Muhammad SAW.
Baca juga: Para Penentang Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah
Nabi Muhammad SAW selanjutnya berpidato dihadapan kaum Quraisy dan bertanya: "Wahai orang-orang Quraisy, menurut kalian kira-kita apa yang akan aku lakukan kepada kalian."
Orang-orang Quraisy menjawab: "Kebaikan. Karena engkau adalah saudara yang mulia dan anak saudara yang mulia."
Nabi Muhammad SAW bersabda: "Pergilah, sesungguhnya kalian bebas."
Perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam mengemban risalah berakhir dengan kemenangan gemilang. Mereka yang semula keras permusuhannya akhirnya tunduk tanpa pertumpahan darah. Nabi Muhammad SAW bermukim di Mekkah selama 15 malam sebelum beranjak ke Hunain.
Keberhasilan Nabi Muhammad SAW menaklukkan Mekkah membuktikan besarnya kekuatan kaum Muslimin dan mereka sadar tidak mampu memerangi mereka. Oleh karena itu, suku-suku lain di jazirah Arab mengirimkan utusan untuk menemui Nabi Muhammad SAW dan menyatakan keislamannya.
Hal tersebut terjadi pada tahun ke-9 Hijriyah dan disebut juga dengan Sanatul Wufuud (Tahun Utusan).
Baca juga: Kisah Perjalanan Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah
Pada tahun itu pula turun surat An Nashr 1-3:
اِذَا جَاۤءَ نَصْرُ اللّٰهِ وَالْفَتْحُۙ - ١
Artinya: "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan."
وَرَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اَفْوَاجًاۙ - ٢
Artinya: "Dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah."
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُۗ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا ࣖ - ٣
Artinya: "Maka bertasbihlah dalam dengan Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima taubat."
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini