KOMPAS.com - Luqman Al Hakim adalah salah seorang hamba Allah SWT yang terpilih dan dianugerahi hikmah kebijaksanaan oleh Allah SWT. Ada yang menyebut Luqman sebagai seorang Nabi, namun ada pula yang menganggap Luqman adalah seorang wali Allah SWT.
Nama Luqman diabadikan Allah SWT dalam Al Quran sebagai nama surat ke-31. Di dalamnya terdapat nasehat Luqman Al Hakim kepada anaknya. Selain nasehat yang diabadikan dalam Al Quran, ada pula nasehat Luqman Al Hakim kepada anaknya yang diabadikan dalam kitab-kitab Ulama.
Baca juga: Metode Parenting Luqman Al Hakim yang Diabadikan Al Quran
Salah satu kisah Luqman Al Hakim memberikan nasehat kepada anaknya ditulis oleh Ibnul Jauzy dalam kitabnya, 'Uyunul Hikayat.
Suatu hari, Luqman Al Hakim menasehati anaknya bahwa semua yang ditakdirkan Allah SWT adalah yang terbaik, baik itu berupa takdir buruk maupun takdir baik.
Sang anak menerima nasehat itu, tetapi belum bisa menerimanya tanpa bukti yang nyata.
Luqman Al Hakim kemudian mengajak anaknya untuk menemui seorang Nabi di zaman itu agar mendapat pelajaran yang lebih mendalam mengenai apa yang dinasehatkannya.
Sang anak menyetujui ajakan ayahnya. Mereka berdua kemudian melakukan perjalanan tersebut.
Pada hari yang sudah disepakati, Luqman dan Al Hakim melakukan perjalanan yang sudah disepakati sebelumnya. Dengan bekal yang diperkirakan cukup untuk melakukan perjalanan tersebut, keduanya memulai perjalanan.
Setelah beberapa hari melakukan perjalanan, keduanya sampai di sebuah gurun yang tandus. Tidak ada air dan makanan yang bisa dijadikan untuk mengganjal perut, sementara bekal yang dimiliki sudah menipis.
Kedua keledai yang ditunggangi juga sudah nampak lelah dan melambat saat berjalan. Keduanya kemudian sepakat untuk meninggalkan keledai tersebut dan meneruskan perjalanan dengan jalan kaki.
Baca juga: Nasehat Parenting Imam Ghazali dan Ibnul Qayyim Al Jauziyah
Di tengah beratnya melakukan perjalanan, keduanya diuji Allah SWT. Kaki sang anak menginjak tulang yang tajam sehingga kakinya terluka dan berdarah. Banyaknya darah yang keluar membuat anaknya pingsan.
Dengan kondisi tersebut, Luqman Al Hakim membebat luka sang anak dengan surbannya. Ia menangis melihat kondisi anaknya hingga anaknya siuman dari pingsannya.
Melihat ayahnya menangis, sang anak bertanya, "Ayah mengapa engkau menangis, bukannya semua takdir Allah selalu yang terbaik?”
Luqman menjawab, “Anakku, aku menangis sebagai ayah yang merasa sedih melihat kondisi anaknya. Kejadian ini pasti yang terbaik, hanya saja kita belum menemukan jawabannya. Mungkin di depan nanti akan mendapatkan jawabannya."
Setelah mengucapkan hal tersebut, terlihat sosok berkuda putih mendekat ke arah keduanya. Saat mendekat, tidak terlihat sosok tersebut, hanya saja suaranya terdengar lantang. Ternyata itu adalah malaikat Jibril yang diutus Allah untuk menghancurkan suatu kota.
Adapun kejadian yang menimpa Luqman Al Hakim dan anaknya adalah agar mereka tidak sampai masuk ke kota tersebut saat Jibril menghancurkannya. Malaikat Jibril kemudian memulihkan kondisi keduanya hingga akhirnya bisa kembali ke rumah mereka.
Dari kejadian tersebut, sang anak semakin yakin dengan nasehat ayahnya bahwa semua yang ditakdirkan Allah SWT adalah yang terbaik.
Baca juga: Nasehat-nasehat Imam Ghazali untuk Anaknya
Berdasarkan kisah di atas, ada beberapa pelajaran yang dapat diambil.
1. Semua yang ditakdirkan Allah SWT pastilah yang terbaik, hanya saja terkadang manusia belum mampu mengambil hikmah dari kejadian tersebut.
2. Orang-orang yang dekat dengan Allah SWT pasti akan mendapatkan pertolongan dari kebinasaan.
3. Nasehat yang disertai bukti akan lebih kuat melekat dalam diri anak.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang