Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hukum Berdoa di Media Sosial Menurut Muhammadiyah

Kompas.com - 11/10/2025, 06:56 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com - Di tengah maraknya unggahan doa di media sosial, Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengingatkan agar ibadah tersebut tetap dijaga dari sikap pamer dan kehilangan makna spiritualnya.

Dalam Pengajian Tarjih yang digelar pada Rabu (8/10/2025), Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Ali Yusuf, membahas fenomena berdoa di dunia digital — mulai dari WhatsApp hingga X (Twitter). Ia menekankan pentingnya memahami esensi doa sebagai ibadah, bukan sekadar ekspresi di ruang publik.

“Doa adalah ibadah,” ujarnya, mengutip sabda Nabi Muhammad SAW dari Nu’man bin Basyir, “Ad-dua hual-ibadah” (Doa adalah ibadah).

Baca juga: Makna dan Keutamaan Doa Kafaratul Majelis dalam Islam

Menurut Ali, doa memiliki dua dimensi: khusus dan umum. Doa dalam dimensi khusus, katanya, terikat dengan adab dan tata cara yang diatur syariat.

Seperti mengawali dengan pujian kepada Allah, membaca selawat, mengangkat tangan, serta dilakukan dengan penuh kekhusyukan dan kerendahan hati (tadaru‘).

“Pertanyaannya, apakah doa yang diunggah di media sosial memenuhi adab ini? Apakah dibaca sambil menghadap kiblat atau hanya sekadar tulisan tanpa kekhusyukan?” tutur Ali.

Ia mengingatkan, doa yang sifatnya pribadi sebaiknya tetap dijaga kerahasiaannya antara hamba dan Tuhan.

Mengunggah doa yang berisi keluh kesah atau pengakuan dosa di media sosial, menurutnya, justru bisa mengurangi keberkahan.

Ali mengutip hadis riwayat Abu Hurairah, “Tidaklah Allah menutupi aib seseorang di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat.”

Karena itu, menampakkan dosa atau kesedihan secara terang-terangan di ruang publik, katanya, bisa menyerupai perilaku mujahirun — orang yang membuka aib sendiri.

Namun, Ali menegaskan bahwa tidak semua doa di media sosial bersifat negatif. Doa dalam dimensi umum justru bisa menjadi sarana kebaikan jika diniatkan untuk dakwah, edukasi, atau mempererat silaturahim.

“Doa untuk pembelajaran, misalnya doa makan atau doa tidur yang bersumber dari dalil sahih, sangat baik untuk edukasi generasi muda. Begitu juga doa untuk saudara tanpa sepengetahuannya, karena itu akan diamini malaikat,” ujarnya mengutip hadis riwayat Muslim dari Abu Darda.

Ali menutup ceramahnya dengan ajakan agar umat Islam bijak memilah mana doa yang pantas diunggah dan mana yang sebaiknya disimpan dalam hati.

Baca juga: Makna dan Keutamaan Doa Kafaratul Majelis dalam Islam

“Berdoa di media sosial tidak salah, tapi harus dengan niat yang tulus. Bedakan antara doa pribadi dan doa untuk kebaikan bersama,” pesannya.

Menurutnya, media sosial seharusnya menjadi ruang penyebar kebaikan, bukan tempat mempertontonkan kesalehan. Sebab, inti dari doa adalah hubungan pribadi antara manusia dan Allah — hubungan yang lahir dari keikhlasan dan kerendahan hati.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke